Selasa, 27 Desember 2011

Menuju Macan Baru Asia

Menuju Macan Baru Asia
Jony Oktavian Haryanto, ALUMNUS PROGRAM DOKTOR FAKULTAS EKONOMI UI;
DOSEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA (UKSW)
Sumber : SUARA MERDEKA, 27 Desember 2011


TAHUN 2011, yang tinggal dalam hitungan hari, bangsa kita menorehkan sejumlah prestasi. Misalnya menjadi juara umum SEA Games XXVI, pertumbuhan ekonomi di atas 6%, tertangkapnya Nazaruddin dan Nunun Nurbaetie, serta beberapa prestasi lain. Hadiah lain akhir tahun kita dapatkan ketika lembaga pemeringkat Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia dari BB+ menjadi BBB- dengan gambaran stabil. 

Peringkat BBB- merupakan peringkat yang layak investasi.
Fitch menaikkan country ceiling menjadi BBB, dan utang jangka pendek dalam mata uang asing dinaikkan menjadi F3. Philip McNicholas, Direktur Fitch’s Asia-Pacific Sovereign Ratings mengatakan bahwa kenaikan peringkat ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berdaya tahan, rasio utang publik yang rendah dan terus menurun, likuiditas eksternal yang menguat, dan kerangka kebijakan makro yang hati-hati. (Kompas.com, 16/12/11).

Meskipun beberapa prestasi dapat kita capai pada 2011, beberapa hal perlu mendapatkan perhatian ekstra. Kepala Ekonom Bank Dunia di Indonesia Shubbam Chaudhuri mengatakan bahwa Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 6.2% dari prediksi 3 bulan sebelumnya 6.3%. Demikian pula neraca berjalan defisit 1.7 miliar dolar AS yang merupakan revisi dari surplus 0.3 miliar dolar AS (Bisnis Indonesia, 15/12/11). Di pihak lain, survei dari Transparency International menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan negara terkorup rangking 100 dengan skor 3, dari 183 negara.

Kalangan masyarakat menengah dan menengah bawah belum merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi. Masyarakat mengeluh harga-harga barang yang makin melonjak tetapi tidak diikuti kenaikan pendapatan. Pengusaha mengeluh serbuan produk impor, terutama dari China dan lesunya daya beli masyarakat. Resesi di Amerika Serikat dan Eropa juga menimbulkan kekhawatiran banyak pihak sehingga semua pihak mengerem belanja mereka. Kondisi ini berisiko  memperdalam resesi dan bisa memicu krisis global yang lebih parah dari krisis 2008.

Lebih Percaya Diri

Beberapa masalah itu perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Beberapa masalah klasik seperti proses perizinan yang lambat dan berbelit-belit, pembebasan lahan yang tak kunjung usai, distribusi logistik yang tak terurus, dan biaya produksi yang tinggi merupakan persoalan yang tak kunjung selesai dari tahun ke tahun. Pemerintah ditengarai sedang berubah dari rezim keterbukaan pasar global menjadi rezim proteksi. Kebijakan keterbukaan atau proteksi seharusnya dalam konteks pembangunan nasional. Contohnya, proteksi impor buah seharusnya diikuti dengan pembangunan holtikutura buah.

Pertumbuhan ekonomi tercekik oleh infrastuktur dan institusi. Pelabuhan-pelabuhan laut sangat memprihatinkan keadaannya dibandingkan pelabuhan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Jalan menuju Tanjung Priok harus ‘’menyeberangi’’ kemacetan parah yang menghabiskan energi dan menambah biaya. Demikian juga kondisi bandara-bandara utama di Indonesia seperti Bandara Soekarno-Hatta yang kumuh dan semrawut sehingga tidak menarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia.

Di atas semuanya itu adalah masalah korupsi yang terus menghantui setiap elemen pemerintahan, dari dari tingkat atas hingga bawah belum bebas dariu KKN yang sangat menganggu. Jembatan Kutai yang baru berusia 10 tahun sudah ambruk, padahal Golden Gate di Amerika Serikat dalam usianya yang ke-74 masih kokoh. Jika diusut dengan benar dan dapat dibuktikan, pasti tak terlepas dari korupsi.

Melihat banyaknya pekerjaan rumah, pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi membenahi banyak lini. Presiden dan para pembantunya tidak boleh lagi berpikir sempit untuk kepentingan partai atau golongannya tapi harus bekerja demi kepentingan rakyat yang telah memberikan amanat kepada mereka. Dengan sumber daya alam melimpah, kondisi politik yang relatif stabil, jumlah penduduk besar, dan lokasi geografis yang strategis seharusnya Indonesia mampu mencatatkan diri sebagai bangsa yang memiliki harkat dan martabat tinggi.  

Stereotipe sebagai bangsa babu karena hanya bisa mengekspor TKI yang banyak dilecehkan di luar negeri harus bertahap dihilangkan serta menjadi bangsa yang disegani dan dihormati karena kekuatan ekonominya.

Tahun 2012 menanti dan dengan kepercayaan diri yang tinggi, semangat kerja keras, dan pengabdian untuk kepentingan rakyat saya yakin kita mampu menjadi macan baru Asia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar