Kamis, 23 Februari 2012

Ancaman Kanker Anak


Ancaman Kanker Anak
Edi Setiawan Tehuteru, DOKTER RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA
Sumber : REPUBLIKA, 23 Februari 2012



Tanpa terasa, bulan Februari ini kita sudah mera yakan kembali Hari Kanker Anak Internasional (HKAI). Seperti biasanya, pada setiap perayaan HKAI saya mencoba merefleksikan beberapa permasalahan yang masih harus kita perbaiki dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya anak-anak yang terkena kanker.

Dari berbagai aspek yang ada dari kanker anak, pada kesempatan ini saya hendak menyorot lebih mendalam tentang masih banyaknya anak-anak yang terkena kanker yang datang sudah dalam kondisi atau stadium yang lanjut.

Bukan rahasia lagi jika kanker pada dasarnya dapat disembuhkan.        Permasalahannya, jika ingin disembuhkan, kasus-kasus kanker yang ada itu harus ditemukan pada kondisi atau stadium yang masih dini.

Mengapa hingga saat ini masih banyak kita jumpai di lapangan kasus-kasus kanker anak yang justru datang sudah dalam kondisi atau stadium yang lanjut? Artinya, kita butuh strategi bagaimana mengelola kasus-kasus kanker anak dengan kondisi atau stadium yang sudah lanjut ini.

Salah satu penyebab keadaan tersebut akibat kurangnya pengetahuan ma syarakat tentang gejala kanker pada anak. Masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuannya tentang kanker anak karena hingga saat ini hanya upaya itu yang memungkinkan orang tua membawa anaknya yang “Tuhan izinkan untuk terkena kanker” ke dokter dalam kondisi atau stadium yang masih awal.

Hal ini memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan.
Oleh karena itu, strategi pertama adalah penyebarluasan informasi tentang     kanker anak kepada masyarakat luas.

Mengingat wilayah Indonesia yang luas, diperlukan cara yang efektif dan efisien untuk melakukan upaya tersebut. Cara pertama—yang saya sebut sebagai cara klasik—dengan melakukan penyuluhan. Permasalahannya, cara klasik ini kurang dapat menjangkau masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Artinya, perlu dicari cara yang lebih dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Dalam upaya mewujudkannya, saya dan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) mencoba memanfaatkan sumber-sumber yang ada agar tujuan men jangkau seluruh masyarakat dapat tercapai. Selain cara yang klasik, YPKAI juga menyebarluaskan informasi tentang kanker anak melalui twitter, facebook, blog C3-friends.

Media elektronik juga pernah dicoba, seperti dengan salah satu televisi streaming milik sebuah universitas swasta ternama di Ibu Kota dan berbagai radio swasta yang ada. Dalam hubungannya dengan tulis-menulis, yayasan ini beker ja sama dengan sebuah perusahaan yang menjalankan program multilevel marketing. Perusahaan ini memiliki majalah intern yang distribusinya ke seluruh Indonesia.

Program itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan (Cor porate Social Responsibility/CSR) ini untuk masyarakat Indonesia. Akhir nya, kumpulan tulisan di majalah intern ini disatukan untuk dijadikan buku dan tetap didistribusikan secara gratis kepada masyarakat.

Apakah ada hubungannya atau tidak? Kenyataannya, jumlah anak yang ter kena kanker yang datang ke Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) dalam kondisi atau stadium yang sudah lanjut menunjukkan tren yang menurun. Data menunjukkan pada 2006 ada 43 persen dan 2010 turun menjadi 34 per sen.

Walaupun masih cukup tinggi, namun kita patut berbangga hati karena ini berarti upaya penyebarluasan informasi tentang kanker anak kepada masyarakat membawa hasil yang positif. Upaya itu dapat dikatakan mengusahakan agar anak-anak yang terkena kanker tidak datang ke fasilitas kesehatan sudah dalam kondisi atau stadium yang lanjut.

Bagaimana bila anak-anak ini justru datang sudah dalam kondisi atau stadium yang lanjut? Strategi berikutnya dengan melakukan pelayanan paliatif anak di pusat-pusat pelayanan kanker anak yang ada. Memang, belum semua pusat pelayanan kanker anak memiliki fasilitas ini. Di RSKD, pelayanan paliatif pada anak sudah dilakukan sejak seorang anak didiagnosis sebagai kanker.

Hal ini sesuai dengan definisi yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Du nia (WHO) tentang pelayanan paliatif anak. Di rumah sakit, pelayanannya ke banyakan bersifat manajemen gejala, seperti yang paling banyak dilakukan    adalah penanganan nyeri. Jika sudah masuk pada pelayanan untuk pendam pingan anak-anak yang menjelang kematian, pasien dirujuk ke Yayasan Rumah Rachel, sebuah yayasan pertama di Indonesia yang bergerak di bidang pelayanan paliatif anak.

Perawat-perawat dari yayasan ini yang akan melakukan kunjungan ke rumah anak-anak yang dinyatakan sudah paliatif atau sudah tidak lagi dilakukan upaya yang sifatnya untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun tidak diobati lagi, bukan berarti anak ini dibiarkan saja.

Selama Tuhan belum memanggil pulang anak-anak ini, mereka tetap berhak untuk mempunyai kualitas hidup yang baik. Pada saat waktunya tiba, mereka diharapkan mempunyai quality of death yang baik juga sehingga mereka dapat menghadap yang Kuasa dengan bermartabat.

Karena pelayanan ini belum populer di kalangan masyarakat kita, sudah waktunya semua pihak, baik pemerintah maupun nonpemerintah, menyosialisasi kannya dan tenaga kesehatan mau mene rima dengan akal yang sehat dan mata terbuka pelayanan ini. Sudah saatnya Indonesia menyelenggarakan pelayanan ini guna memenuhi salah satu komponen dalam program penanggulangan kanker di Indonesia.

Kiranya tulisan ini dapat menjadi inspirasi dan peringatan bagi kita semua yang bekerja di bidang kanker anak bah wa masih banyak yang harus kita kerjakan untuk anak-anak yang terkena kan ker di Indonesia. Selamat memperingati Hari Kanker Anak Internasional dan selamat berkarya. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar