Kamis, 23 Februari 2012

Railvolution


Railvolution
Bambang Susantono, WAKIL MENTERI PERHUBUNGAN
Sumber : KORAN TEMPO, 22 Februari 2012



Banyak pihak berpendapat bahwa perkeretaapian Indonesia beberapa tahun terakhir telah berada di titik nadir. Statistik yang sering digunakan adalah panjang kilometer jalan rel yang lebih pendek saat ini bila dibandingkan dengan panjang jalan pada zaman Belanda dulu. Belum adanya keberpihakan terhadap KA sering dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa moda transportasi ini tak kunjung naik kinerjanya. Bila dibandingkan dengan anggaran pemerintah untuk jalan raya sebesar sekitar Rp 31 triliun per tahun, anggaran KA hanya berkisar Rp 6-7 triliun. Tidak salah bila banyak pihak skeptis dan memandang Program Revitalisasi Perkeretaapian terkesan hanya terhenti pada tatanan wacana.

ahun Naga 2012 ini diharapkan menjadi tonggak bangkitnya perkeretaapian Indonesia. Dimulai dengan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), identifikasi besaran investasi untuk sektor transportasi membutuhkan paling tidak Rp 814 triliun dalam 5-10 tahun ke depan. Jumlah ini terdiri atas investasi untuk jalan Rp 339 triliun, pelabuhan Rp 117 triliun, bandara Rp 32 triliun, dan kereta api Rp 326 triliun. Yang menarik dari komposisi angka-angka ini adalah, untuk pertama kalinya identifikasi investasi di perkeretaapian di Indonesia hampir menyamai rencana investasi di jalan raya.

“Railvolution” sedang berlangsung! Hal ini ditandai dengan paling tidak lima kegiatan utama, yaitu, pertama, penuntasan jalur rel ganda KA di Pantura Jawa pada akhir 2013 nanti yang menelan biaya konstruksi sekitar Rp 9,8 triliun. Saat ini sudah mulai dikerjakan pembangunan jalur rel di ruas Cirebon-Brebes dan Pekalongan-Surabaya.

Kedua, dimulainya pembangunan KA komuter Bandara Soekarno-Hatta yang melalui Tangerang dengan rute jalur ganda Manggarai-Tangerang (via Duri) 28 km, dan pembangunan jalur baru Tangerang-Bandara sepanjang kurang-lebih 7 km dengan estimasi biaya Rp 2,3 triliun. Melalui Perpres Nomor 83/2011, PT KAI diberi tugas oleh pemerintah untuk membangun jalur baru Tangerang-Bandara, yang sebagian akan melalui tanah PT Angkasa Pura 2. Adapun rute Duri-Tangerang tahun ini dan tahun depan sedang dikerjakan jalur gandanya. Dengan keberadaan KA komuter bandara ini, akses menuju Bandara CGK diperkirakan akan dapat ditempuh dalam 60 menit pada awal 2014.

Sementara itu, rute KA bandara lainnya via Pluit dan menyusuri tol bandara saat ini sedang diteliti kelayakannya oleh PT Sarana Multi Infrastruktur. Konsep awal jalur ekspres sepanjang 33 km ini dirancang sebagai jalur yang dedicated (hanya untuk KA ekspres bandara), elevated (melayang sehingga tidak terpengaruh oleh perlintasan sebidang dengan jalan), dan double track (dua jalur agar kapasitas dan jeda waktu antar-KA dapat optimal). Estimasi biaya konstruksi terdahulu sebesar Rp 10 triliun dan proyek ini akan ditawarkan dengan pola kerja sama pemerintah-swasta atau public-private partnership (PPP). Di samping KA bandara di Jakarta, akan dikembangkan KA bandara di Medan yang menghubungkan pusat kota Medan ke bandara baru Kualanamu, yang rencananya akan mulai dioperasikan pada awal 2013.

Ketiga, KA barang swasta pertama di Kabupaten Kutai Timur, yang merupakan investasi dari Middle East Company (MEC) Coal, sebuah perusahaan investasi yang berasal dari Uni Emirat Arab. Panjang jalur yang saat ini sedang disiapkan 130 km dan menghubungkan pertambangan batu bara dan alumina di Muarawahau dengan pelabuhan khusus di Bengalon. Prakiraan besaran investasi sebesar US$ 1,5 miliar untuk jaringan KA dan pelabuhan khusus. Sedangkan pengolahan alumunium dan batu bara sebesar US$ 3,5 miliar. Ground breaking proyek swasta murni ini diharapkan dilakukan pada awal semester II tahun ini. Apabila nanti beroperasi, KA barang ini merupakan yang pertama dengan formasi rangkaian tiga lokomotif dan 120 gerbong yang panjangnya dapat mencapai sekitar 2 km. Secara keseluruhan operasi KA swasta ini akan membutuhkan paling tidak 16 lokomotif dan 630 gerbong.

Keempat, dimulainya konstruksi mass rapid transit (MRT) Jakarta tahap I yang memang sudah cukup lama diwacanakan. Keberadaan MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sepanjang 15,7 km ini diharapkan mengurangi kepadatan lalu lintas Jabodetabek yang menggunakan koridor utara-selatan. Tahap II dari proyek ini, yang meneruskan rute Bundaran HI hingga Kota, diharapkan dapat dibangun sebelum 2015. Total biaya untuk tahap I MRT ini akan menelan biaya sekitar Rp 10,7 triliun atau setara dengan sekitar Rp 680 miliar per km. Pada saat ini juga sedang dilakukan kajian untuk membangun MRT jalur timur-barat Jakarta dengan beberapa opsi rute dengan panjang sekitar 45-87 km. Nantinya, melalui penataan ulang angkutan umum di Jakarta secara terintegrasi, diharapkan pergerakan penumpang di Jakarta dapat terfasilitasi dengan keberadaan dua jalur MRT (utara-selatan dan timur-barat) yang dikombinasikan dengan jejaring BRT Transjakarta, KA komuter Jabodetabek, dan jalur lingkar KA loop line di tengah kota Jakarta.

Kelima, dari sisi penyediaan sarana, mulai tahun ini PT KAI akan mendatangkan secara bertahap lokomotif, gerbong barang, dan gerbong penumpang. Untuk menambah armada KA Jabodetabek, telah didatangkan 100 unit KRL pada 2011 yang sedang dalam tahap sertifikasi operasi. Sedangkan pada 2012 ini akan datang 160 unit KRL, dengan kemungkinan penambahan hingga 300 unit. Penambahan armada ini tentunya harus dibarengi dengan ketersediaan listrik, sterilisasi stasiun, pengoperasian tiket elektronik, dan ketersediaan workshop KRL di Balai Yasa KA Manggarai. Rencananya, PT KAI akan mencoba mengoperasikan KA Jabodetabek dengan jeda waktu antar-rangkaian 8-10 menit pada jam sibuk. Kesemua program ini telah berupa rencana aksi yang terukur dalam kerangka penugasan PT KAI melalui Perpres No. 83/2011.

Untuk keperluan angkutan batu bara Sumatera Selatan, PT KAI membutuhkan 50 lokomotif dan 1.400 gerbong PPCW (flat) yang rencananya akan didatangkan secara bertahap. Sedangkan untuk angkutan barang di Jawa, dibutuhkan paling tidak 1.600 gerbong PPCW dan 120 lokomotif. Penghela rangkaian KA buatan GE ini sebagian akan dirakit di Indonesia, dan secara bertahap akan didatangkan dari Pennsylvania, Amerika Serikat. Karena jenis lokomotif ini menggunakan teknologi state-of-the art mutakhir dengan panel instrumen yang baru pula, bersamaan dengan kedatangannya juga akan diadakan simulator yang digunakan untuk melatih para awak perkeretaapian Indonesia. 

Penguasaan teknologi juga akan meliputi pengembangan workshop PT KAI di Yogyakarta, yang direncanakan akan menjadi pusat workshop lokomotif traksi motor AC-AC (utamanya produksi GE) di Asia Tenggara. Ambisi yang dicanangkan adalah ekspor lokomotif GE yang memiliki certificate of origin (COO) Indonesia pada 2014 ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini merupakan bagian dari strategi peningkatan daya saing Indonesia dalam menghadapi ASEAN Free-Trade Agreement 2015. Pemberlakuan AFTA 2015 akan memungkinkan produk ini lebih murah 20 persen dibandingkan dengan produk sejenis yang dijual dari AS.

Dengan berbagai program pengembangan sarana dan prasarana ini, “Railvolution” juga harus menyentuh sisi sumber daya manusia sebagai bagian terpenting dalam pengembangan teknologi perkeretaapian di Indonesia. Akademi Perkeretaapian di Madiun, yang saat ini sedang dibangun, diharapkan dapat mulai menerima taruna dan taruni pada 2013. PT KAI bersama ITB juga mengembangkan program pendidikan dan latihan perkeretaapian dan non-gelar. Pendek kata, berbagai program pengembangan SDM dirancang sebagai pengembangan brainware yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan software dan hardware perkeretaapian Indonesia.

Berbagai perkembangan yang menjanjikan ini seyogianya harus dibarengi dengan optimisme dan kerja keras yang terkoordinasi dari berbagai pemangku kepentingan. Sudah saatnya kita benar-benar membangun untuk menjadikan angkutan berbasis rel sebagai tulang punggung konektivitas dan logistik di Indonesia. Tidak mengherankan bila beberapa pihak mulai mengkaji kemungkinan pembangunan kereta api supercepat Argo Cahaya, yang menghubungkan dua pusat ekonomi Indonesia, Jakarta dan Surabaya, dalam waktu kurang dari 3 jam. Tren yang sama juga berkembang di dunia, seperti Tokyo-Osaka, Taipei-Kaohsiung, New York-Washington, ataupun Beijing-Shanghai. Maka, bagi mereka yang pesimistis dan menganggap hal ini masih mimpi, bukankah Laskar Pelangi memberi kita pelajaran bahwa “mimpi adalah kunci bagi kita untuk menaklukkan dunia?” ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar