Rabu, 28 Maret 2012

Perlu untuk ASEAN 2012


Perlu untuk ASEAN 2012
Dinna Wisnu, Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi Universitas Paramadina 
SUMBER : SINDO, 28 Maret 2012



Kalau kita sejenak keluar dari rutinitas berita-berita di dalam negeri, akan kelihatan ada banyak negara yang saat ini sedang mengamat-amati Indonesia, terutama atas kegiatannya di ASEAN.

Perkumpulan 10 negara se-Asia Tenggara ini telah menjadi branding yang lekat dengan politik luar negeri Indonesia. Di mana ada ASEAN, negara lain pasti bertanya di mana Indonesia? Bila mereka ingin bekerja sama melalui ASEAN, mereka pasti meminta pendapat para pengamat serta pengambil kebijakan di Indonesia. Tahun lalu, ketika Indonesia menjadi ketua, ASEAN telah mengeksplorasi dan membuka berbagai bentuk kerja sama, antara lain dengan Uni Eropa, India, dan Rusia.

Dengan China, kesepakatan untuk perdagangan bebas yang ditandatangani pada 2005 kembali dipertegas. Tahun lalu saja Perdana Menteri China Wen Jiabao sampai mengunjungi Indonesia tiga kali sambil mampir ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Hal ini demi menunjukkan kepada ASEAN bahwa China serius untuk menjalani kerja sama yang samasama menguntungkan bagi China maupun ASEAN.

Selain itu,di bidang keamanan, ada Brasil yang menjadi negara Amerika Latin pertama yang menandatangani Treaty of Amity and Cooperation, nota kerja sama perdamaian di kawasan ASEAN.Target Brasil adalah terbukanya ruang kerja sama dengan negara-negara di kawasan ini. Jadi ujung-ujungnya ekonomi juga. Pada bulan November 2011, Jepang dan ASEAN menyepakati rencana aksi untuk menerapkan deklarasi bersama untuk memperkuat kemitraan strategis ASEAN-Jepang agar sama-sama sejahtera.

Tahun ini, beragam jenis kerja sama dan rencana aksi tersebut perlu terealisasi dalam bentuk kegiatan. Harapannya, pada 2015,hasilnya akan terasa konkret bagi warga negara biasa, baik itu di dalam negara anggota ASEAN maupun di dalam negara mitra. Harapan Menteri Luar Negeri Indonesia: ASEAN menjadi people-centered association (asosiasi yang fokus kegiatannya pada manfaat bagi penduduknya).

Yang pasti, ini merupakan tugas yang menantang bagi siapa pun di dalam posisi ketua ASEAN. Dunia secara umum masih didera problem pertumbuhan ekonomi yang rendah, utang yang berlebihan, pengangguran yang tinggi (terutama di antara orang muda), populasi penduduk yang menua, pelayanan kesehatan yang mahal, serta berkurangnya sumber daya alam dan bahan bakar fosil.

Problem-problem itu justru tidak dialami di kawasan ASEAN sehingga dari kawasan inilah diharapkan ada pertumbuhan ekonomi yang bisa menarik negara-negara lain dari keterpurukan ekonomi. Bila dikelola dengan baik, ASEAN akan menjadi kekuatan luar biasa dari Selatan. Keketuaan Kamboja akan menentukan nada suara kebersamaan bagi ASEAN sebagai suatu kesatuan bangsa di kawasan Asia Tenggara.

Bukan hal yang mustahil karena Kamboja terkenal sebagai bangsa yang berani mengambil terobosan-terobosan baru, sama seperti tetangga mereka Vietnam. Yang penting, Kamboja harus berpikir outside the box alias berpikir kreatif di luar kebiasaan. Suasana dinamis dari ASEAN harus dijaga sambil terus menjaga aura positif agar para mitra kerja sama dari negara lain tetap berdatangan.

Dalam tahapan ini,kebijaksanaan dalam memanfaatkan keterbatasan waktu dan tenaga akan sangat menentukan hasil akhir dari jumlah kegiatan ASEAN yang jumlahnya mencapai ratusan per tahun. Kuncinya adalah dengan membuat lompatan-lompatan perubahan agar kebijakan domestik di negara-negara anggota ASEAN segera selaras dengan rencana-rencana besar ASEAN sebagai suatu komunitas.

Misalnya saja terkait kebijakan menjaga pasokan pangan di ASEAN, melindungi hutan, menciptakan langit bersama (sehingga penerbangan antar-ASEAN bebas keluar masuk), meningkatkan konektivitas antar negara anggota ASEAN,menciptakan jalur gas dan air trans-ASEAN, serta membuka jalur perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Bukanlah suatu rahasia bahwa rencana-rencana ini baru indah di atas kertas.

Para mitra kerja sama justru harap-harap cemas kapan proyek-proyek ini dapat segera terealisasi. Masalahnya sebagai berikut. Kebijakan pertanian sangatlah beragam di ASEAN dan di sebagian besar negara anggota, menteri pertanian bukanlah pemberi pengaruh utama dalam kabinet. Manajemen hutan masih penuh perdebatan dan tergolong sulit untuk dipecahkan karena melibatkan bisnis-bisnis besar dan pembagian wewenang dengan pemerintah daerah.

Kebijakan langit bersama terbentur klaim-klaim wilayah di ASEAN di mana ada keengganan untuk membahas soal itu.Konektivitas di ASEAN membutuhkan konsesi lahan dan dana besar dari pemerintah agar investasi asing dapat terlaksana. Sulit karena masih ada perdebatan tentang tata guna lahan dan keterbatasan kemampuan fiskal dari negara-negara yang membutuhkan konektivitas itu.

Lagipula, problemnya tidak di darat saja, tetapi juga di laut dan di wilayah-wilayah terpencil seperti wilayah timur Indonesia. Demikian pula halnya dengan pembuatan jalur gas dan air trans-ASEAN. Belum jelas bagaimana dan siapa yang dapat mengurus pengelolaan air dan gas di seluruh negara ASEAN. Padahal, suka atau tidak, mitra-mitra ASEAN ingin hasil cepat.

Kritik mereka cukup tegas, yakni bahwa cara-cara ASEAN dianggap terlalu berbeda dari kebiasaan di belahan dunia lain. Karena serbalewat konsensus, keputusan diambil melalui diskusi dan dialog yang berlarut-larut. Pada 2012, tidak mustahil akan ada tawaran untuk memecah kerangka-kerangka kerja sama yang ada menjadi porsi-porsi kecil agar negara yang sudah siap saja yang bisa mengambil kerja sama.Yang lain menyusul. Konsekuensinya tentu kepada sentralitas ASEAN.

Semakin sering ada negara yang ditinggalkan, berarti ASEAN tidak sentral dalam kerangka-kerangka kerja sama yang ada. ASEAN melemah di hadapan tekanan mitra kerja. Di sini Ketua ASEAN dan sekretariatnya perlu lebih tegas dalam melakukan pengarusutamaan visi ASEAN ke dalam pembuatan kebijakan di antara negaranegara anggota ASEAN. Karena itu, diperlukan keterlibatan publik yang lebih luas dalam penentuan dan pelaksanaan agenda-agenda ASEAN.

Wali kota, pebisnis, asosiasi, kaum muda, perempuan, universitas,semua perlu mendapatkan kejelasan dalam peranan mereka membangun Komunitas ASEAN. Di situ, ASEAN perlu bekerja sama dengan universitas dan lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan berskala kecil yang menarik perhatian kalangan yang lebih variatif.Kerja sama semacam ini akan membantu Kamboja sebagai ketua sambil mempercepat dikenalnya ASEAN oleh seluruh lapisan masyarakat.

Mudah-mudahan cara seperti ini akan lebih cepat pula menolong seluruh elemen masyarakat di kawasan Asia Tenggara untuk berpikir dan bertindak sebagai bagian dari suatu komunitas bersama. Akankah Indonesia membuat terobosan baru demi mendorong pelaksanaan beragam komitmen dan inisiatif kerja sama yang sudah dibangunnya tahun lalu? Bulan April ini akan mulai marak beragam kegiatan mengenai implementasi kerja sama ASEAN dengan negara-negara mitra. Semoga hasilnya bukan sekadar jabat tangan, tetapi kegiatan yang manfaatnya langsung bisa dirasakan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar