Jumat, 27 Juli 2012

Fenomena Keunggulan Jokowi-Ahok dan Kekalahan Foke-Nara


Fenomena Keunggulan Jokowi-Ahok
dan Kekalahan Foke-Nara
Muchtar Pakpahan ; Dosen di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia
SINAR HARAPAN, 26 Juli 2012


Terjadi sebuah fenomena diluar dugaan banyak pihak.

Pilkada DKI telah berlangsung dengan tertib dan damai. Hasil pilkada tersebut telah diumumkan dengan perolehan suara Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Fauzi-Nara) 34,05 persen, Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama (Jokowi-Ahok) 42,60 persen. Kini kita menunggu pilkada putaran kedua untuk menentukan salah satu pasangan dengan suara terbanyak.

Karena penasaran, pada 11 Juli 2012, saya mengecek masyarakat golongan menengah ke bawah dalam bentuk mendengar diskusi formal dan informal serta bertanya secara acak dengan siapa saja saya bertemu apakah buruh, pedagang pasar dan kaki lima, PNS, sopir atau pengusaha warteg. Kesimpulannya saya kategorikan menjadi tiga.

Peran Orang Solo

Saya mulai dari hal pendorong mereka memilih Jokowi-Ahok.

Masyarakat Solo dan sekitarnya yang berdiam di Jakarta berceritera kepada setiap orang yang mereka temui, seputar kebijakan Joko Widodo-Hadi Ridyatmo (wali kota/wakil wali kota Solo) yang sangat pro rakyat kecil. Kini Kota Solo menjadi kota bersih, indah dan tertib, dan Jokowi masuk dalam kategori wali kota terbaik di dunia.

Selain itu masyarakat Belitung sekitarnya dan Bangka Belitung pada umumnya juga berceritera betapa rakyat Belitung Timur merasakan sentuhan kebijakan Basuki Tjahja Purnama-Khairul Efendi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Belitung Timur. Rakyat lapisan bawah sangat tertolong dengan berbagai kebijakan ekonomi kesejahteraan yang diterapkan.

Sekarang saya mengungkapkan apa kata masyarakat Jakarta tentang Fauzi Bowo. Waktu Pilkada 2007, rakyat memilih Fauzi Bowo-Prijanto, dengan tema: serahkan Jakarta ke ahlinya.

Fauzi Bowo adalah ahli, beliau doktor bidang teknik dari Jerman, merangkak dari PNS jadi sekwilda DKI, lalu jadi Wakil Gubernur DKI, kemudian menjadi Gubernur DKI. Apa yang dirasakan masyarakat? Jakarta tetap kotor, semrawut dan banjir.

Masyarakat korban kebijakan Fauzi Bowo lalu berceritera bahwa kebijakan gubernurnya pro pemodal. Sebutlah tiga kasus yang besar: penggusuran pedagang Rawasari menjadi apartemen mewah, penggusuran rumah susun Pulomas menjadi apartemen mewah, dan kasus Mbah Priok yang mengambil korban beberapa nyawa.

Faktor Prijanto

Awal tahun ini saya berkunjung ke kantor wali kota Solo. Saya mendapat kesan mulai dari wakil wali kota hingga pegawai terendah bersikap memuji kebijakan-kebijakan pro rakyat dan antikorupsi sang wali kota.

Pada pihak lain, Prijanto Wakil Gubernur DKI mengundurkan diri karena berbagai kebijakan Fauzi Bowo yang tidak pro rakyat dan tidak membuat birokrasi DKI bersih dari korupsi, malah Prijanto mengadukan korupsi di tubuh Pemprov DKI ke KPK.

Hal ini ditulis oleh Prijanto dalam bukunya berjudul Mengapa Saya Mundur. Banyak juga bisik-bisik di kalangan PNS di DKI yang mengiyakan hal-hal yang ditulis Prijanto itu.

Partai Pendukung

Jokowi-Ahok didukung PDIP dan Gerindra yang kini menjadi partai oposisi dengan tema melawan politik pencitraan atau tebar pesona. Ditambah lagi, ketika tampil berkampanye dan dipublikasikan berbagai media, masyarakat melihat Joko Widodo dan Basuki (Ahok) berpenampilan apa adanya serta merakyat.

Fauzi Bowo-Nachrowi didukung Partai Demokrat, partai pemerintah yang dicap partai korup karena beberapa pemimpin terasnya terlibat kasus korupsi. Selain itu, Presiden SBY yang berasal dari Partai Demokrat, lebih sering membuat pencitraan menebar pesona daripada berbuat konkret bagi kepentingan rakyat. Rakyat lalu berkeyakinan bahwa Foke-Nara adalah perpanjangan tangan SBY dan Partai Demokrat.

Tiga hal di atas sangat kuat sebagai pendorong mengapa rakyat memilih Jokowi-Ahok. Selain tiga hal di atas, ada ingatan rakyat disegarkan tentang kesamaan masalah Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2009 yang dimenangkan Partai Demokrat dan DPT Pilkada DKI kemarin juga mendorong protes dan membuat banyak orang merelakan diri menjadi pengawas agar tidak terjadi manipulasi perhitungan suara.

Dari semua itu yang tidak kalah berperannya adalah media yang mengungkapkan rakyat ingin yang baru atau rakyat ingin perubahan. 

2 komentar:

  1. Mau tahu tempat nongkrong favorit Jokowi? Silahkan kunjungan balik untuk mendapatkan info selengkapnya!

    BalasHapus
  2. Mau tahu mobil dinas Pemprov DKI yang akan digunakan para pegawai Pemda DKI? Silahkan kunjungan balik untuk mendapatkan indo selengkapnya!

    BalasHapus