Kamis, 15 November 2012

Sistem Pembayaran ASEAN Plus China


Sistem Pembayaran ASEAN Plus China
Achmad Deni Daruri ;  President Director Center for Banking Crisis  
SINDO, 14 November 2012



Sistem pembayaran ASEAN plus China harus didesain secara baik sejak awal dengan berbagai alasan. Pertama, kebutuhan sistem pembayaran bersama untuk menopang perdagangan bebas di ASEAN dan China.

Sistem pembayaran yang tercipta harus memperlancar pergerakan barang,mo dal dan manusia. Sistem pembayaran yang modern bahkan harus mampu meningkatkan transaksi non traded goods antarwarga negara di ASEAN dan China. Sistem pembayaran ini juga berfungsi sebagai alat stabilisasi dari penyakit Belanda bagi negara seperti Indonesia yang kerap mengandalkan ekspor komoditas tambang. 

Keuntungan positifnya adalah persamaan dalam tingkat perekonomian di negara ASEAN dan China yang tidak terlalu jauh walaupun negara seperti Singapura memiliki pendapatan per kapita yang relatif lebih tinggi. Menurut penelitian Profesor Rodrik dari Universitas Harvard, suatu negara mampu memproduksi dan mengekspor barang yang seharusnya hanya efisien untuk dibuat oleh negara dengan pendapatan per kapita yang relatif lebih tinggi darinya. 

Artinya, negara di luar Singapura bukan menuntut Singapura untuk mengurangi pertumbuhan ekonominya agar terjadi kesetaraan kesejahteraan di ASEAN plus China, melainkan negara selain Singapura harus memacu perekonomiannya agar mampu menghasilkan produk-produk seperti itu. Dengan begitu, negara ASEAN plus China mampu berkompetisi secara sehat dengan negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Untuk itu, perlu sistem pembayaran yang mampu mendukung upaya tersebut.
Kedua, sejak krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, desakan agar sistem pembayaran di ASEAN plus China tidak terkena dampak negatif dari krisis tersebut semakin besar. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN dan China ketimbang Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa harus mampu dijaga dengan baik. 

Untuk itu, harus ada sistem pembayaran yang berbeda di ASEAN dan China dengan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Berbeda dalam arti kualitas yang jauh lebih baik sehingga dampak krisis tidak menulari sistem di ASEAN dan China. Untuk itu,ASEAN dan China harus menciptakan standar sistem pembayaran yang lebih tinggi ketimbang Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. 

Ketiga, sistem pembayaran ASEAN dan China harus mampu melakukan percepatan tren dalam sistem pembayaran yang lebih cepat ketimbang yang bakal terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Untuk itu, sistem pembayaran yang akan dibentuk harus melakukan positioningdalam metode pembayaran apakah berupa transfer kredit atau lainnya. 

Kajian harus segera dilakukan untuk menghitung biaya dan manfaatnya. Idealnya sistem pembayaran yang akan terbentuk merupakan sistem pembayaran yang fleksibel sehingga mudah melakukan shifting dalam mekanisme pembayaran secara cepat.Hal ini juga penting mengingat masing-masing negara ASEAN dan China memiliki pendekatan akan metode pembayaran yang berbeda-beda.
Keempat, harus dibuat sistem informasi dan manajemen risiko yang sama sehingga terjadi kerja sama dan analisis yang apple to apple antara negaranegara dalam kelompok ASEAN dan China.

Sistem pembayaran tanpa sistem informasi dan manajemen risiko yang sama akan sulit berkembang dan bersaing dengan sistem pembayaran yang sudah matang seperti di Amerika Serikat. Sederhananya sistem pembayaran harus lebih maju ketimbang standar yang diterapkan oleh Basel Tiga untuk perbankan.
Kelima, harus ada target yang jelas dan nyata.Misalnya, jika di Amerika Serikat penggunaan kartu kredit dan debit meningkat dari 16% menjadi 73% dalam dua puluh lima tahun, penggunaan kartu yang sama di ASEAN dan China meningkat dalam sepuluh tahun. Untuk itu,harus dibangun lembaga otoritas jasa keuangan ASEAN plus China yang bertugas untuk memantau perkembangan target-target ini.
Keenam, ASEAN plus China harus memberikan insentif kepada bank-bank pembayaran di wilayahnya untuk melakukan kerja sama.Demikian pula dengan merger maupun akuisisi di antara mereka haruslah diberikan insentif. Jaringan ATM bersama antarbank di ASEAN plus China harus ada dengan biaya yang murah dan keamanan yang terjamin. 

Ketujuh, harus dibangun pusat pendidikan dan penelitian perbankan yang satu dalam ASEAN plus China. Dengan pusat pendidikan dan penelitian yang sama,akan ada standar dalam sistem pembayaran dalam konteks kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuhkan. Bagaimanapun diperkirakan bahwa ATM juga akan bertumbuh secara pesat dan misalnya di Amerika Serikat kondisi itu juga dibarengi oleh pertumbuhan cabang perbankan dan petugas teller bank yang juga meningkat. 

Tren dan fakta membuktikan bahwa tidak terjadi substitusi negatif antara mesin dan manusia dalam sistem pembayaran. Arah teknologi pembayaran akan semakin terkait dengan teknologi internet sehingga penelitian mengenai teknologi internet harus menjadi agenda utama dari badan penelitian dan pengembangan sistem pembayaran ASEAN plus China. 

Terlepas dari itu semua,pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan persyaratan penting bagi terciptanya sistem pembayaran di ASEAN plus China yang kompetitif. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan hanya akan tercipta jika negara dalamASEAN plus China mampu mengembangkan pasar domestik bersama untuk kepentingan bersama. ASEAN plus China harus mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan secara merata oleh tenaga kerja, modal, dan kemajuan teknologi. 

Misalnya, dalam lima tahun terakhir Indonesia justru hanya mengandalkan dukungan dari pertumbuhan tenaga kerja dan pembentukan modal tetap bruto nonteknologi komputer dan informasi yang berbeda sekali dengan China di mana justru peran tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi sangatlah kecil sekali. Koordinasi makroekonomi merupakan persyaratan penting agar terjadi harmonisasi dalam sistem pembayaran. Krisis ekonomi kali ini kesempatan bagi ASEAN dan China untuk mengambil alih hegemoni ekonomi dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar