Sabtu, 29 Desember 2012

Misteri Kredit “Siluman” IMF


Misteri Kredit “Siluman” IMF
Abdul Mongid ;  Dosen STIE Perbanas Surabaya dan Pengurus Pusat ISEI
JAWA POS, 27 Desember 2012



KARUT-MARUT informasi kredit ke Dana Moneter Internasional (IMF) menimbulkan pertanyaan besar, yaitu seberapa baik administrasi keuangan negara saat ini. Untuk satu pembukuan atas transaksi sederhana, tiga lembaga negara memberikan informasi menurut versi masing-masing. Menurut laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP), disebutkan dana yang dipinjamkan adalah Rp 25 triliun. Kementerian Keuangan menyatakan bahwa setoran ke IMF tersebut bukan pinjaman, tapi kewajiban sebagai anggota. Sementara itu, menurut Bank Indonesia (BI), tidak ada setoran karena yang ada adalah iuran khusus. Ketidaktransparanan tersebut menimbulkan kesan adanya kredit ''siluman'' ke IMF.

Kesan masyarakat awam, pemerintah berusaha menutupi transaksi itu karena pertimbangan citra politis. Sampai saat ini, publik telanjur menilai IMF sebagai konsultan yang gagal dalam menangani krisis ekonomi 1998. Foto Michael Camdessus yang bersedekap sambil melihat Presiden Soeharto menandatangani LoI (letter of intents) masih dirasakan sebagai simbol ''runtuhnya'' kedaulatan ekonomi Indonesia. Kenyataannya, krisis kita tidak membaik dibanding Malaysia yang tidak menerima IMF, tapi makin parah pasca masuknya IMF.

Antipati publik itulah yang, tampaknya, menjadi latar belakang informasi ke publik terkait masalah tersebut seperti terlambat diungkapkan. Fatalnya, yang pertama mengungkap hal itu adalah LSM Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), sehingga posisi pemerintah menjadi sulit. Kalau BPK mencatat transaksi tersebut pada 2011 dan menyatakan sebagai transaksi wajar, sudah sepatutnya informasi itu disampaikan kepada publik secara transparan. 

Terlebih, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberikan komitmen ke IMF untuk memberikan pinjaman USD 1 miliar ketika bos IMF Christine Lagarde berkunjung ke Jakarta pada pertengahan 2012. Sebelumnya, dalam pertemuan G-20, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan hal yang sama. Saat itu, Indonesia mengemukakan syarat agar IMF juga memperhatikan negara lain di Afrika, bukan Eropa saja.

Penguatan IMF 

Sebenarnya, pemberian kredit ke IMF bukan masalah besar. Alasannya, IMF merupakan satu-satunya lembaga yang berperan dalam menangani krisis ekonomi global yang cukup valid. Walaupun sering gagal, IMF adalah satu-satunya lembaga internasional yang selalu dimintai nasihat untuk menangani krisis ekonomi. Peran IMF dalam penyelesaian krisis tidak hanya dari sisi penyediaan dana jangka pendek, tapi peran ''polisional'' merekalah yang lebih diperlukan. Saat ini saja, Jerman terus meminta IMF masuk dalam penyelesaian krisis utang Yunani. Sebab, IMF paling bersikap tegas kepada politisi di Yunani. 

Penempatan dana atau kredit di IMF saat ini seharusnya menjadi momentum untuk peran negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, yang lebih besar di IMF. Sudah menjadi rahasia umum, IMF dan Bank Dunia sebenarnya merupakan lembaga yang dikendalikan Amerika Serikat dan Eropa karena mereka adalah penyetor modal terbesar. Mengingat status Amerika Serikat saat ini adalah ''mantan orang kaya'' dan Eropa sedang krisis, setoran modal hanya dapat diharapkan dari negara Asia dan Brasil. Itu berarti ada kesempatan untuk memiliki porsi ''suara'' lebih besar dalam proses penentuan kebijakan IMF dan Bank Dunia.

Saat ini, Tiongkok sudah berkomitmen menambah dana USD 43 miliar. Tapi, yang namanya Tiongkok, mereka selalu memainkan kartu, sehingga dana akan dicairkan jika salah seorang direksi di IMF adalah wakil dari negara dalam kategori BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa). Tiongkok menuntut BRICS diberi peran lebih besar dalam pengambilan keputusan di lembaga internasional, baik IMF maupun Bank Dunia. Brasil juga menuntut peran yang sama. Jadi, sebenarnya kredit Indonesia ke IMF lebih dari USD 1 miliar adalah simbolis, sehingga sepatutnya kita tidak selalu melihatnya dari aspek ekonomis seperti efektivitas dan kemanfaatan. Dana Rp 10 triliun itu hanya 0,8 persen kekuatan APBN yang nilainya mencapai Rp 1.200 triliun.

Negara-negara yang tergabung dalam G-20 beberapa waktu lalu juga bersepakat bahwa peran IMF masih diperlukan untuk stabilitas perekonomian global. Indonesia termasuk anggota yang mengusulkan. Karena itu, peran IMF akan ditingkatkan dengan penambahan kapasitas pembiayaan. Disepakati tambahan USD 461 miliar untuk memperkuat keuangan IMF. Dari jumlah tersebut, telah dilakukan perjanjian pemberian pinjaman kepada IMF sebesar USD 286 miliar.

Hancurkan Citra 

Penguatan IMF merupakan bagian dari kesadaran bahwa ekonomi dunia akan makin rentan mengalami krisis. Tambahan modal diharapkan bisa mengurangi dampak krisis ekonomi. Indonesia merupakan salah satu pencetus ide peningkatan peran IMF. Jadi, aneh jika Indonesia saat ini mampu memberikan kontribusi, tapi malah tidak berbuat. Terlebih, menurut kesepakatan, dana kredit tersebut tidak akan disetor ke IMF, namun tetap ada di neraca BI karena bersifat pinjaman siaga (standby loan).

Dengan memberikan pinjaman ke IMF, selain bisa membantu negara lain mengatasi krisis, kredit itu aman. IMF secara riil kaya. Saat ini, mereka memiliki cadangan 2,814 metriks ton emas. Jika cadangan emas tersebut dinilai dengan uang berdasar harga saat ini, nilainya USD 160 miliar alias Rp 1.500 triliun. IMF pernah menjual emas senilai USD 4,2 miliar pada 2009 untuk memperkuat posisi likuiditas dan dana operasional. Artinya, kredit ke IMF bukan kredit fiktif ke perusahaan fiktif. 

Karena itu, wajar jika kita mempertanyakan ketidaktransparanan kredit ke IMF. Publik pasti mafhum jika ada penjelasan yang jujur dan masuk akal atas kebijakan tersebut. Sekarang penjelasan itu sudah terlambat. Kalau sekarang ada penjelasan dari pemerintah walaupun itu benar dan jujur, publik pasti akan melihatnya dalam perspektif sebaliknya. Ketakutan citra pemerintah akan jatuh di mata publik karena memberikan kredit ke IMF merupakan alasan rasional kenapa transaksi itu ''disembunyikan''. Sekarang citra pemerintah lebih payah karena tidak transparan soal kredit ke IMF. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar