Minggu, 30 Desember 2012

TKI Oh TKI


TKI Oh TKI
James Luhulima ;  Wartawan Kompas
KOMPAS, 29 Desember 2012



Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersepakat menutup Terminal 4 (Gedung Pendataan Kepulangan TKI) di Selapajang, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Untuk selanjutnya, tenaga kerja Indonesia yang pulang dari luar negeri akan melalui jalur penumpang umum di Terminal 2.

Penutupan Terminal 4, yang merupakan terminal khusus pemulangan TKI, dilakukan karena dianggap belum memberikan keamanan bagi TKI yang pulang. Di sana dilakukan banyak pemerasan oleh oknum terhadap TKI yang pulang dari luar negeri. ”Jika terminal kepulangan TKI itu ditutup, 50 persen permasalahan yang dialami buruh migran selama ini dapat dikurangi,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar.

Ia berjanji, keamanan bandara akan ditingkatkan sehingga TKI yang tiba di bandara akan semakin terlindungi dari penipuan dan pemerasan oleh oknum.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan mengadakan sosialisasi pemulangan TKI melalui jalur penumpang umum, termasuk untuk urusan keimigrasian, khususnya mengenai pengisian kartu embarkasi.

Kita berharap janji Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu dapat ditepati. Ini mengingat perlakuan TKI yang pulang ke Tanah Air sangat memprihatinkan dan sudah berlangsung dalam waktu yang lama.

Nasib TKI, terutama perempuan, memang menyedihkan. Kelemahan dan keluguan mereka menjadikan mereka selalu menghadapi berbagai ragam masalah, mulai dari tingkat perekrutan, saat bekerja di luar negeri, hingga kepulangan ke Tanah Air.
Khusus pada saat bekerja di luar negeri, akhir- akhir ini kondisinya sudah jauh lebih baik. Kesepakatan yang dicapai antara Pemerintah Indonesia dan negara-negara yang menjadi tujuan TKI membuat TKI yang bekerja di luar negeri semakin terlindungi.

Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, 18 Desember lalu, juga menyinggung tentang kondisi TKI di Malaysia.

Kita kerap mendengar cerita-cerita miring tentang bagaimana Malaysia memperlakukan TKI, yang sering disebut dengan istilah Indon itu, dengan sikap merendahkan. Namun, sesungguhnya cerita tentang TKI di Malaysia tidak semuanya miring, ada juga yang positif. Salah satu di antaranya penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak TKI di Sabah dan Sarawak oleh Pemerintah Malaysia. Dalam pertemuannya dengan PM Najib Razak, Presiden Yudhoyono secara khusus mengucapkan terima kasih dengan adanya penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak TKI tersebut.

Kita juga harus mengingat bahwa tidak semua TKI di Malaysia masuk secara legal. Tidak sedikit mereka yang masuk secara ilegal karena berbagai alasan. Salah satunya karena ketiadaan dana. Perlakuan terhadap TKI ilegal tentunya berbeda dengan TKI legal. TKI ilegal biasanya berupah rendah dan tidak memiliki perlindungan apa pun. Bahkan, jika tertangkap oleh otoritas Malaysia, mereka akan ditahan dan dipulangkan (dideportasi) pada kesempatan pertama.

Sebelum mendampingi Presiden Yudhoyono dalam kunjungannya ke Malaysia, Muhaimin Iskandar kepada pers menegaskan, ”Hari ini saya masih menjumpai pengiriman TKI ilegal ke Malaysia. Saya akan menindak tegas siapa pun yang mengirimkan TKI tanpa prosedur sesuai perundang-undangan.” Kita hanya bisa berharap, ia akan memenuhi janjinya.

Khusus bagi TKI yang bekerja di luar negeri, secara umum akhir-akhir ini kondisinya sudah makin baik. Memang beberapa kasus masih terjadi, tetapi jumlahnya relatif kecil apabila dibandingkan dengan jumlah TKI yang bekerja di luar negeri. Namun, kita tidak boleh melihatnya dalam rasio atau angka mengingat TKI adalah manusia, satu TKI pun harus dilindungi.

Pahlawan yang Diperas

TKI sering disebut-sebut sebagai pahlawan devisa karena selama bekerja di luar negeri mereka secara rutin mengirimkan uang ke kampung halamannya. Bukan itu saja, saat kembali ke Tanah Air pun, mereka membawa uang dalam jumlah banyak.
Namun, saat kembali ke Tanah Air, perlakuan yang mereka terima justru bertolak belakang dengan sebutan pahlawan yang diberikan kepada mereka. Saat mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, tidak sedikit oknum yang memperlakukan mereka dengan kasar. Bukan itu saja, banyak juga yang berusaha memeras mereka karena mengetahui mereka membawa banyak uang.

Seperti disebutkan di atas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan mengadakan sosialisasi pemulangan TKI melalui jalur penumpang umum. Itu baik-baik saja. Namun, sebaiknya sosialisasi tidak hanya diberikan kepada TKI, tetapi juga kepada petugas imigrasi di bandara. Dengan demikian, jika TKI mengalami kesulitan dalam mengisi kartu embarkasi, mereka diminta mengisinya secara baik-baik.

Pada saat pemulangan TKI melalui jalur penumpang umum, perlakuan sewenang-wenang terhadap TKI itu dilakukan di depan penumpang lain yang mengantre di loket imigrasi. Bisa dibayangkan apa yang dialami TKI ketika pulang melalui terminal khusus TKI. Perlakuan seperti itulah yang membuat Terminal 4 ditutup. Bagi kita, termasuk TKI tentunya, yang penting bukan harus melalui terminal yang mana, yang lebih penting adalah agar TKI yang pulang diperlakukan secara bermartabat. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar