Selasa, 29 Januari 2013

Surya Restorasi Indonesia


Surya Restorasi Indonesia
Ahmad Baedowi ;  Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta
MEDIA INDONESIA, 28 Januari 2013



SURYA Paloh, penggagas, inisiator, dan pendiri organisasi masyarakat Nasional Demokrat, resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem). Dalam sambutan tanpa teks pada acara penutupan kongres pertama partai tersebut, Surya secara berani menantang partai-partai politik lainnya untuk bersaing secara sehat, berkompetisi dalam harmoni.

Dengan visi ingin menjadikan negara Indonesia lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera, Surya dengan NasDem-nya bercita-cita ingin merestorasi Indonesia melalui sebuah gerakan perubahan. Akankah berhasil?

Restorasi, jika diartikan sebagai pemulihan kembali suatu kondisi seperti sediakala, jelas mempunyai banyak peluang untuk diinterpretasi. Kondisi sediakala semacam apa yang pernah dicapai Indonesia? Hal mana dan sektor apa yang dulu pernah membanggakan kita sebagai bangsa dan ingin dihidupkan kembali melalui sebuah partai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, jika dianalisis secara mendalam dan benar, pasti akan menempatkan NasDem sebagai partai paling serius yang akan mengubah jalan sejarah Indonesia. “History is a race between education and catastrophe,“ kata HG Wells.

Jika NasDem ingin dikenang sepanjang masa, titik pangkal perjuangannya harus dinisbatkan kepada keyakinan untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Tanah Air. Sepanjang sejarah Indonesia, pendidikan belum pernah menjadi sektor paling membanggakan bagi bangsa ini. Malah sebaliknya, jika kita becermin dalamdalam, kita akan sadar bahwa karut-marut kondisi Indonesia merupakan mata rantai yang tak putus dari rendahnya kualitas pendidikan anak bangsa.

Ada banyak anak yang kurang beruntung dalam hal pendidikan. Mereka gagal bukan hanya karena faktor sistem yang tidak menempatkan anak sebagai pusat perhatian, melainkan banyak juga kegagalan dibentuk oleh kelemahan guru dan manaje men sekolah yang tidak becus dalam mendidik. Banyak juga anak yang berhasil, bahkan untuk contoh yang satu ini lebih banyak datang dari sisi kemampuan anak yang memperoleh dukungan, baik secara finansial maupun moral, dari orangtua, guru dan lingkungan sekolah yang sehat.

Pendidikan, dalam diaspora yang sangat luas, memang memberikan banyak kesempatan dan peluang bagi masa depan anak-anak. Keyakinan itulah yang harus terlihat dari visi besar Partai NasDem dalam memperjuangkan kesetaraan kondisi (equality of condition) untuk masa depan anak-anak Indonesia. Jika kesetaraan adalah fitrah yang secara normatif merupakan kebutuhan manusia secara keseluruhan, benar adanya jika UUD 1945 telah menyebutnya secara kasatmata. Partai politik harus memiliki platform pendidikan yang cerdas dan bermutu, terutama dalam memahami dan memaknai ga gasan tentang kesetaraan.

Baker (2004), dalam Equality: From Theory to Action, memberi banyak inspirasi dalam menafsirkan makna kesetaraan. Baginya, kesetaraan kondisi (equality of condition) jauh lebih penting dari kesetaraan dalam konteks akses dan partisipasi. Dalam equality of condition, fokus kita berikan bukan hanya terhadap tujuan dan proses (purposes and process) pendidikan itu sendiri, tetapi juga berkaitan dengan kesetaraan terhadap sumber daya (equality of resources), kesetaraan dalam pengakuan dan penghargaan (respect and recognition), kesetaraan dalam kekuasaan (equality of power), dan kesetaraan dalam kepedulian, solidaritas, dan cinta (love, care, and solidarity). Semua jenis kesetaraan itu jelas membutuhkan kecerdasan partai politik seperti NasDem untuk merealisasikannya.

Menciptakan Kesetaraan

Kesetaraan sumber daya harus dibuktikan dengan penciptaan sistem pendidikan yang lebih terbuka dan nondiskriminatif, sedangkan kesetaraan dalam pengakuan dan respek harus diciptakan tidak hanya dengan membangun budaya sekolah yang menghargai perbedaan, tetapi juga harus diekspresikan secara tertulis dalam skema pedagogis dan desain kurikulum yang efektif.

Sementara itu, kesetaraan kekuasaan harus dilihat dalam relasi guru-siswa yang semakin peduli dengan proses belajar mengajar yang demokratis, sehingga implikasi dari pandangan ini akan membawa keterbukaan pandangan untuk saling menghargai posisi dan peran masing-masing dalam proses belajar.

Demokratisasi dalam dunia pendidikan merupakan ruang segar yang harus diciptakan sehingga antara siswa dan guru memiliki kebebasan untuk menyatakan perasaan dan pendapat. Dalam konteks ini, kesetaraan kondisi-kondisi tersebut penting untuk dilakukan terlebih dahulu oleh penyelenggara pendidikan kita. Hal itu merupakan sebuah keniscayaan jika secara komprehensif menjadi bahan kajian partai politik secara kritis.

Bagi saya, membuat partai harus kurang lebih sama dengan membangun sebuah sekolah atau lembaga pendidikan. Dalam membuat sekolah, yang terpenting ialah keyakinan bahwa apa yang kita buat hari ini adalah untuk kemenangan dan kesuk sesan anak-cucu kita ke depan. Alangkah indahnya jika seluruh partai, tidak terkecuali NasDem, menjadikan partai politik sebagai lembaga pendidikan yang akan menciptakan generasi penerus yang cerdas dan beriman serta membanggakan ibu pertiwi.

Tentu kita ingin restorasi dan gerakan perubahan yang dikumandangkan Surya Paloh dengan Partai NasDem melihat persoalan pendidikan ini secara serius dengan membuat sayap kajian bidang pendidikan yang komprehensif. Ini lantaran jika Partai NasDem dipilih dan dipercaya rakyat, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama yang telah dibuat banyak partai politik, yang memasukkan dan memasung isu pendidikan ke dalam ranah politik.

Itu artinya jika niat membuat partai hanya untuk kekuasaan semata, malapetaka akan selalu setia mendampingi. Menyentuh pendidikan secara asasi hanya bisa dilakukan dengan keikhlasan. Karena itu, jika Partai NasDem ingin berumur panjang, keikhlasan harus menjadi bagian dari visi besar membangun masa depan yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar