Selasa, 26 Februari 2013

Prospek Politik Hanura


Prospek Politik Hanura
Ridho Imawan Hanafi Peneliti Masalah Politik
dari Soegeng Sarjadi Syndicate, Jakarta
SUARA MERDEKA, 25 Februari 2013


KEBERGABUNGAN Hary Tanoesoedibdjo ke dalam Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) menimbulkan setumpuk optimisme bagi partai itu. Hary Tanoe, demikian ia biasa disebut, disambut baik oleh tuan rumah. Wiranto mengatakan Hary ibarat darah segar yang akan membakar adrenalin perjuangan Hanura. 

Hary didaulat menjadi ketua dewan pertimbangan partai itu. Bagaimana prospek politik Hanura ke depan, terutama persiapan menjelang Pemilu 2014, mengingat sejauh ini sejumlah lembaga survei kerap menyebutnya akan menempati papan bawah.  

Sebelumnya, Hary mengemukakan sejumlah alasan mengapa bergabung ke Hanura. Antara lain kesamaan visi dan misi, serta Hanura bukan kelompok partai koalisi pendukung pemerintah, dan dinilai bersih. Selain itu, keterjagaan soliditas dan kekompakan, yang bisa menerima seluruh bekas orang partai sebelumnya untuk bergabung dan melebur bersama. 

Terhadap Wiranto, Hary menilai sebagai sosok yang bisa diajak diskusi dan memiliki pengendalian diri sangat baik. ’’Chemistry-nya cocok,’’ kata Hary. 

Hanura layak mensyukuri kehadiran bos MNC Group tersebut mengingat memiliki logistik yang tidak kecil guna membantu mengibarkan bendera partai. Hanura dan umumnya semua partai, tentu butuh biaya besar politik untuk kontestasi 2014. Ketika ditemui bahwa biaya politik di Hanura selama ini sebagai salah satu kekurangan maka Hary bisa diharapkan menutup celah ini. Yang terdekat, ia bisa memberi dukungan finansial para caleg. 

Selain itu, kekuatan media yang digenggamnya, bisa menjadi instrumen yang infiltratif kepada publik. Potensi plus Hary seperti itu pernah dia tunjukkan saat berada di Partai Nasdem hingga bisa menjadi satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Publik mendapat gambaran bagaimana dia dan gerbongnya yang kebanyakan anak muda bekerja. 

Hary juga memanfaatkan jaringan medianya sehingga hampir tiap hari Partai Nasdem bisa bersosialisasi, membangun persepsi positif. Hasilnya, Nasdem dalam berbagai rilis survei menggeser posisi beberapa partai menengah. 

Hary akan membawa sejumlah mantan kader Partai Nasdem untuk bergabung dalam Hanura. Beberapa loyalis yang sebelumnya selalu berada di belakangnya saat di Nasdem diajak bermigrasi massal. Langkah ini tidak saja menunjukkan keseriusannya tapi lebih jauh akan menambah kekuatan politik Hanura. Inilah yang kemudian membuat Hanura pada Pemilu 2014 menargetkan perolehan suara dua digit. Sebuah target yang jauh melampaui perolehan suara Hanura dalam Pemilu 2009.

Target boleh dipancang setinggi mungkin, optimisme bisa direntangkan sepanjang pandangan. Namun perlu memperhatikan apakah faktor kebergabungan figur yang memiliki modal politik tertentu bisa seketika itu melejitkan Hanura? Apakah waktu kurang lebih setahun ke depan bisa dengan mudah menyihir publik berbondong-bondong memilih Hanura? Apalagi sinisme publik yang kian membuncah terhadap partai-partai saat ini yang sebagian besar mereka nilai tak memiliki kinerja baik dan banyak kader partai tersandung berbagai kasus hukum, terutama korupsi. 

Orang Baru

Bagaimanapun publik masih merekam memori bahwa Hary Tanoe pernah bergabung dengan Nasdem. Tatkala ia membentuk ormas Persatuan Indonesia (Perindo), publik menilai sisi idealisme Hary kuat. Tetapi, ketika ia pada akhirnya juga memilih bergabung ke partai lain (Hanura) maka tidak sedikit yang menganggap ia bisa dengan mudah pindah perahu. 

Selain itu, Hary sejauh ini masih belum berada dalam deret figur nasional yang memiliki akar dukungan di masyarakat. Dalam politik kepartaian kita, figur masih memegang peranan penting sebagai salah satu preferensi elektoral pemilih. Hanura memang memiliki Wiranto yang sudah dikenal sebagai figur lama dalam pentas politik nasional, namun daya tarik Wiranto masih belum terlalu kuat mengangkat citra Hanura ataupun citranya sebagai capres unggulan. Hal ini bisa dilihat dari posisi elektabilitasnya dalam berbagai hasil survei, yang belum pernah berada di puncak. Tantangan lain adalah keberadaan Hary di Hanura tetaplah dilihat sebagai orang baru. Karena itu, ia memerlukan proses adaptasi dan komunikasi politik yang baik di partai barunya. 

Seandainya ia mengabai-kan hal itu, kemungkinan yang terjadi adalah risiko kemunculan gesekan antara kader lama dan baru yang dia bawa. Dengan kata lain, kader-kader baru itu juga harus dapat menempatkan diri sesuai proporsi sehingga tak sampai menggeser kader lama.

Selain itu, upaya meningkatkan popularitas partai dengan ’’serangan udara’’ melalui jaringan media yang dimiliki Hary perlu diimbangi oleh penguatan kerja riil di lapangan. Pasalnya, dalam kontestasi di ruang publik, intensitas publikasi lewat media juga menghadapi keterbatasan, terkait dengan regulasi kampanye dan alokasi ruang yang sama bagi partai lain. 

Kerja riil seperti itu juga memerlukan strategi dan fokus isu sehingga Hanura menemukan diferensiasi atau kekhasan program. Jika mampu melewati tantangan itu bukan hal yang mustahil bagi Hanura untuk mendekati target. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar