Rabu, 27 Maret 2013

“CSM” dan Wisata Kapal Pesiar Indonesia


“CSM” dan Wisata Kapal Pesiar Indonesia
Al Busyra Basnur  ;  Konsul Jenderal RI Houston
KORAN SINDO, 27 Maret 2013


Indonesia tampil dalam Cruise Shipping Miami (CSM) - Conference and Exhibition pada 11-14 Maret di Miami Beach, Florida, Amerika Serikat (AS). 

Delegasi Indonesia dipimpin Rizki Handayani Mustafa, Direktur Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan anggota antara lain Kementerian Perhubungan, Pelindo, Pelni, Pertamina, dan sejumlah pengusaha bidang wisata kapal pesiar. Kehadiran Indonesia di CSM bukan yang pertama. Tahuntahun sebelumnya Indonesia juga mempromosikan wisata kapal pesiar Indonesia di event akbar wisata dunia ini. Pada 2012 delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu. Sementara sebelumnya Dirjen Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar. 

Strategis 

Kehadiran Indonesia di CSM sangat penting, tepat, dan strategis mengingat potensi wisata kapal pesiar Indonesia begitu besar, terutama karena Indonesia negara maritim, negara kepulauan terbesar di dunia. Sementara CSM mempunyai andil besar dalam koneksi pasar, promosi, kemajuan, dan perkembangan wisata kapal pesiar dunia, tidak hanya di Amerika, juga Eropa, Asia, dan Australia. 

Sebagian besar peserta CSM berdatangan dari kawasan tersebut. Di CSM berjejer penjual agresif dan “berkeliaran” pembeli potensial. CSM salah satu pameran dan konferensi terbesar bagi promosi wisata kapal pesiar (cruise) dunia, diikuti 123 negara dengan sekitar 10.000 peserta. Masingmasing peserta mendirikan paviliun di mana mereka berpromosi sekaligus menampilkan seni dan budaya. Sektor industri wisata yang hadir meliputi trade show dengan fokus tujuan wisata, peralatan kapal, teknologi informasi dan hiburan, desain, perbaikan, pelayanan kapal, hotel, serta makanan dan minuman. 

Diselenggarakan juga World Cruise Tourism Summit dan diskusi dengan menampilkan ahli dan mentor pariwisata dunia. Di forum ini dibahas peluang, prospek, tantangan, persoalan, dan solusi yang menyangkut wisata kapal pesiar dunia. Itulah gambaran kenapa Indonesia penting hadir dan mengikuti semua agendanya. Tragedi kapal pesiar mewah dan modern Costa Concordia dan Carnival Triumph beberapa waktu lalu terlihat tidak memengaruhi CSM. 

Sebagai diketahui, Costa Concordia menabrak batu lalu terguling di lepas pantai Giglio, Italia, sementara Carnival Triumph mati mesin di Teluk Meksiko, lepas pantai selatan AS yang mengakibatkan ribuan wisatawan terkatungkatung puluhan jam tanpa makan-minum dan sistem bersih diri memadai.

Meningkat 

Perkembangan wisata kapal pesiar di Indonesia tercatat terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kunjungan wisatawan kapal pesiar dunia ke Indonesia naik dari 68.500 pada 2009 menjadi 113.000 pada 2010 dengan tujuan utama Bali (40%), Lombok (40%), Komodo, dan Tanjung Emas. Sementara pada 2016 diperkirakan 500.000. 

Memang belum seperti di negara-negara kawasan Karibia yang sangat ramai dikunjungi wisatawan kapal pesiar. Virgin Islands misalnya, jumlah kunjungan wisatawan kapal pesiar di sana lebih 2 juta setahun, sementara jumlah penduduknya hanya 100.000. Padahal negara ini hanya mengandalkan pulau, pantai, dan barang-barang impor yang dijual kepada wisatawan. Tidak ada ragam seni dan budaya seperti Indonesia miliki. Dampak ekonomi wisata kapal pesiar bagi Indonesia sangat signifikan dan kontribusinya ke daerah-daerah yang disinggahi cukup besar pula. 

Pada 2010 Indonesia memperoleh USD8,7 juta dari wisata pesiar, berasal dari 190 kapal yang membawa 94.372 wisatawan. Namun, dibandingkan dengan Australia, angka tersebut sangat kecil. Pada 2008-2009 Australia mendapat keuntungan USD430 juta dari 521 kunjungan kapal dengan 863.000 penumpang. Pada 2013 ini diperkirakan 305 kapal pesiar akan mengunjungi Indonesia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Kementerian Perhubungan sedang menyiapkan sedikitnya 10 pelabuhan sebagai pintu masuk kapal pesiar. Apa artinya? Wisata kapal pesiar Indonesia akan tumbuh pesat pada tahun-tahun mendatang. 

Dampak ekonominya akan kian terasa pula terutama bagi masyarakat di daerah tujuan singgah kapal. Wisata kapal pesiar dunia terus berkembang dari tahun ke tahun sehingga menjadi penting ditangkap bagi industri wisata berbagai negara dunia. Pada 1990 wisatawan kapal pesiar dunia hanya 5 juta, 2009 menjadi 13juta, 2010naiklagi 15juta, dan pada 2015 di-perkirakan 24 juta. Indonesia tentu harus jeli melihat dan menangkap perkembangan ini. Pem-buatan kapal pesiar juga berkembang pesat. Pada 2000-an lebih 100 kapal pesiar dibuat. Sementara pada 1980-1990-an hanya 40.

Tantangan 

Prospek wisata kapal pesiar Indonesia sangat bagus di atas kertas. Cantik dalam visual. Bangga kita mempromosikannya di luar negeri. Namun, wisata kapal pesiar Indonesia bukan tanpa tantangan, baik karena alam maupun manusia. Belum lagi bicara persaingan dengan negara-negara tetangga. Terkait faktor alam, banyak pelabuhan di Indonesia yang tidak mampu menampung kapal-kapal pesiar berukuran besar seperti Royal Caribbean karena pelabuhan dangkal. 

Kapal-kapal besar terpaksa lepas jangkar di luar pelabuhan yang membuat mobilitas wisatawan ke darat tidak efisien karena harus diangkut bolak-balik dengan kapal kecil yang tentu memerlukan waktu lama. Konsultan wisata kapal pesiar, Hugues Lamy, mengatakan tidak ada satu pun pelabuhan di Indonesia yang bisa menerima kapal-kapal besar mewah. Indonesia kalah dari Turki yang sama-sama memulai pengembangan wisata kapal pesiar. 

Sebetulnya ini cerita lama yang selalu muncul dalam setiap pembicaraan dengan pengelola wisata kapal pesiar luar negeri, termasuk di CSM 2013 baru-baru ini. Ada kemajuan, namun tidak seimbang dengan tingginya minat dan permintaan masuk kapal pesiar asing ke Indonesia. Ada sesuatu yang urgen kita selesaikan di dalam negeri, bersama-sama. Sementara faktor manusia, banyak wisatawan mengeluh karena lamanya proses keimigrasian di pelabuhan yang dituju. Bahkan berjam-jam lamanya mereka harus menunggu. 

Padahal waktu wisatawan berada di darat atau tujuan wisata sangat singkat, biasanya hanya satu hari, tiba pagi dan bertolak sore. Kejadian seperti ini mestinya tidak boleh lagi di negara kita. Kita tahu, Indonesia punya sumber daya manusia yang bagus. Pendidikan pejabat dan staf kita di lapangan juga bagus. Perkembangan perangkat teknologi di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan negara maju. Indonesia bahkan termasuk salah satu pengguna teknologi dan internet terbesar di dunia. Kenapa tidak kita gunakan potensi itu dengan baik untuk melayani wisatawan kapal pesiar ke Indonesia agar lebih cepat, praktis, dan efisien. 

Apabila kita hanya berputarputar di tempat atau bergerak merangkak mengurusi masalah yang hampir sama setiap tahun, tentu sulit kita berharap wisata kapal pesiar Indonesia akan cepat maju. Tentu tidak mencapai target-target kunjungan yang diprediksi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 

Sementara potensi wisata kapal pesiar kita terhampar luas dan pada saat yang sama negara-negara tetangga terutama Singapura, Malaysia, dan Thailand terus melesat. Untuk kita renungkan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar