Jumat, 29 Maret 2013

Facework, Pemantapan Citra Diri Pemerintahan


Facework, Pemantapan Citra Diri Pemerintahan
Agustina Zubair ;  Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana, Jakarta
MEDIA INDONESIA, 28 Maret 2013
  

MANUSIA memiliki berbagai cara untuk menampilkan citra dirinya. Istilah populernya disebut facework. Istilah itu dikembangkan oleh Stella Ting Toomey, yaitu mengenai cara memprediksi bagaimana seseorang mengelola facework dalam interaksinya. Face di sini mengacu pada self image seseorang yang ditampilkan pada saat berhadapan dengan orang lain.

Dengan kata lain, menurut Littlejohn, face bermakna perasaan positif tentang diri sendiri dalam cara apa pun budaya itu sudah ditetapkan. Facework adalah perilaku komunikasi seseorang yang digunakan untuk membangun dan melindungi citra diri, juga untuk membangun, melindungi, atau mengancam citra diri orang lain. Citra diri merupakan kajian universal. Tetapi bagaimana citra diri didefinisi kan dan cara bagaimana citra diri dibangun berbeda-beda pada tiap orang dan pada setiap budaya.

Ketika facework diaplikasikan pada kepemimpinan sebuah organisasi termasuk negara maka facework menjadi sebuah upaya untuk menutupi sebagian kelemahan diri, baik dalam kepemimpinan ataupun dalam mempertahankan argumentasi berkinerja di depan publik, pengikut, maupun para penentangnya--kalangan oposisi.

Dalam politik Amerika Serikat, Barack Obama ketika berkampanye berhasil mencitrakan dirinya dengan kemampuan berorasi sehingga mampu mengungguli pesaingnya, John McCain, dalam pemilu 2008 dan kemudian mengungguli Mitt Romney dalam pemilu kedua 2012. Ada kemampuan berpolitik serta keandalan berkinerja sehingga ia berhasil mengalahkan rival utamanya, veteran pejuang terkemuka McCain.

Dalam pemilu kedua yang mengalahkan m Romney, Obama menang m dan menjadikan dirinya tokoh campuran kulit putihhitam pertama dalam sejarah yang berhasil menjadi Presiden AS untuk kedua kalinya.

Faktor Penentu

Kita juga segera mengetahui hasil pemilu di Inggris yang menetapkan David Cameron sebagai perdana menteri (PM), atau pengukuhan tokoh wanita Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman. Atau keputusan Cameron menunjuk mantan PM Tony Blair sebagai mediator perdamaian Timur Tengah, Afghanistan, dan nuklirisasi Korea Utara.

Lalu faktor apa sebagai penentu sukses dalam pemerintahan Obama atau Cameron? Obama memperjuangkan santunan kesehatan bagi masyarakat AS, menyelesaikan dua perang besar, Irak dan Afghanistan. Adapun Cameron membantu Wali Kota London Boris Johnson menyukseskan Olimpiade London 2012 serta mendukung Blair menyelesaikan perdamaian Irak dan Afghanistan, serta menjajaki kemungkinan mendinginkan nuklirisasi Korea Utara.

Saya sebagai pengamat komunikasi dan akademisi mengangkat beberapa substansi mengenai kepemimpinan Presiden Obama untuk membandingkan-nya dengan pengalaman di Indonesia, khususnya dalam mengamati kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Memang belakangan Partai Demokrat sebagai the Indonesian ruling party era reformasi mengalami tekanan politik akibat berbagai kasus korupsi yang melibatkan beberapa tokohnya. Namun, kita harus objektif dalam memahami berbagai sukses yang dicapainya. Artinya, berbagai kebijakan dalam KIB I dan II cukup baik meskipun ada cacat (khususnya korupsi) di sana-sini.

Tuntutan Konstitusi

Sebagai akademisi, saya ingin mengutip prakarsanya untuk memenuhi tuntutan konstitusional, yakni pertambahan persentase dana pendidikan yang sejak lama dituntut mahasiswa dan para insan perguruan tinggi agar mencapai 20% dari APBN. Jumlah APBN 2012 berkisar Rp1.425 triliun. Meskipun masih timpang, karena jumlah warga miskin hanya turun 12%, persentase itu dianggap politisi Senayan belum berimbang perbandingannya dengan Malaysia. Adapun dana pendidikan menjadi Rp26,7 triliun karena bertambah dari Rp12,8 triliun pada APBN Perubahan 2012.
Pertambahan itu akibat kenaikan harga minyak dunia. Jadi memang ada kejadian global yang mendorong prakarsa pemerintahan SBY dan ditetapkan pada rapat Komisi X DPR dengan Mendikbud Mohammad Nuh pada 29 Maret 2012. Saya boleh mengatakan itu salah satu kesuksesan facework KIB II dari segi kebijakan pendidikan.

Facework yang dimaksud ialah upaya untuk memperbaiki citra diri atau perbaikan citra diri (restorative facework) yang dirancang untuk membangun kembali kesan orang lain setelah kita melakukan kesalahan yang membuat orang lain tidak berkenan.

Mundurnya Andi Mallarangeng dari jabatan menpora, mundurnya Ibas dari DPR adalah upaya facework kepemimpinan SBY memperbaiki citra diri walau kemudian tercemar kembali dengan kasus turunnya Anas Urbaningrum dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Padahal pada awal terpilihnya Anas dengan mengalahkan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie, secara tidak langsung mendorong pemeliharaan citra diri kepemimpinan SBY sebagai pembina partai yang bersikap demokratis.

Kini facework apa yang akan dipresentasikan dalam kongres luar biasa Demokrat di Bali akhir Maret nanti. Siapa kader partai yang akan terpilih sebagai ketua umum akan menjadi diskusi lebih lanjut. Kasus korupsi yang bertubi-tubi menimpa kader Demokrat membuat partai itu menjadi sibuk dengan upaya memelihara citra diri (preventive facework), yaitu komunikasi yang dirancang untuk melindungi seseorang dari perasaan terancam oleh kesan orang lain, termasuk kesan bahwa partai yang dibina sejalan dengan tekad negara untuk memberantas korupsi maupun sibuk dengan upaya perbaikan citra diri guna merebut kembali simpati.

Dengan kata lain facework adalah harga diri. Kepemimpinan partai apa pun di Indonesia ataupun di Amerika akan memperjuangkan harga dirinya apalagi menjelang pemilu. Face is more important than life itself, bahwa harga diri itu lebih penting daripada kehidupan itu sendiri.  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar