Jumat, 31 Mei 2013

Kobaran Bara Suriah

Kobaran Bara Suriah
Ibnu Burdah;  Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam,
Dosen Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
MEDIA INDONESIA, 30 Mei 2013


DI tengah-tengah upaya serius beberapa pihak mencari solusi damai, ancaman konflik Suriah akan meluas ke Libanon, Turki, Yordania, dan Israel semakin nyata. Keputusan Uni Eropa untuk mencabut embargo senjata kepada oposisi moderat di Suriah berpotensi meningkatkan konflik yang tak kunjung selesai itu.
Tujuan keputusan itu, seperti dinyatakan beberapa menlu negara-negara Uni Eropa, sebenarnya memperkuat oposisi agar Assad `serius' dalam melakukan negosiasi untuk mengakhiri konflik tersebut.

Akan tetapi, pengalaman di lapangan menunjukkan penguatan kapasitas oposisi selalu diimbangi dengan peningkatan kapasitas perang rezim Assad baik dari bantuan Hezbullah, Iran, ataupun Rusia. Yang dikhawatirkan, keputusan itu justru kontraproduktif, memicu perlombaan senjata kedua pihak tanpa ada ujung. Keputusan Uni Eropa itu jelas berpotensi memperparah dan memperluas konflik Suriah.

Beberapa peristiwa belakangan ini juga memperkuat potensi perluasan konflik itu. Bom mobil Reyhanli, di Turki Selatan, belum lama ini kembali mengeskalasi ketegangan Suriah-Turki. Pemerintahan Erdogan langsung menuduh rezim Assad di balik tragedi yang menewaskan lebih 50 orang itu. Jika sejumlah orang yang diduga pelaku--yang sebagian besar sudah ditangkap ketika hendak melintas perbatasan Turki menuju Suriah-terbukti memiliki hubungan dengan Assad,kemungkinan ketegangan di front Utara itu memuncak sangat besar.

Di front lain, setelah dua kali ofensif udara Israel terhadap Suriah baru-baru ini yang disertai pelanggaran telanjang terhadap wilayah udara Libanon, Assad menjanjikan pembalasan yang sangat keras dan segera terhadap Israel. Demikian pula kelompok Hezbullah di Libanon berteriak sangat keras untuk melakukan pembalasan langsung ke wilayah pendudukan Israel termasuk Dataran Tinggi Gholan.

Salah satu strategi Assad yang y ia nyatakan sendiri ialah membuat Libanon yang disebutnya sebagai negara `perlawanan' terlibat langsung dalam upaya mengalahkan konspirasi Barat-Arab Takfiri itu. Assad menyatakan akan segera mempersenjatai Hezbullah dengan persenjataan yang akan mengubah perimbangan kekuatan di kawasan. Assad juga pernah mengancam Yordania yang dipandang sangat berpihak kepada oposisi. Dimensi kawasan dalam perang ini semakin nyata.

Intervensi Barat

Faktanya perang saat ini memang telah melibatkan tentara dan milisi bahkan kelompok teroris dan gangster dari berbagai negara seperti tentara-tentara elite Iran, pejuang Hezbullah, para mantan pejuang Afghanistan, Libia, Tunisia, dan para pekerja perang bayaran. Lebih dari itu, keterlibatan agen-agen rahasia Israel, mata-mata Turki, dan negara-negara Barat dipasti kan tidak ketinggalan. Perang itu jelas tidak hanya melibatkan tentara Assad versus kelompok oposisi Suriah.

Dimensi kawasan bahkan mondial dalam perang itu sudah sangat kentara. Gejala itu semakin menguat akhir-akhir ini sehingga menimbulkan kekhawatiran meluasnya konflik terbuka di empat negara sekitar Suriah. Mengapa bara Suriah potensial membakar empat negara itu?

Pertama, karakter dasar perang Suriah jelas bukan hanya perang saudara. Ia lebih tepat disebut sebagai perang kawasan melalui perwakilan (proxy war/al-harb bi al-wikalah). Fakta di lapangan memang demikian. Kedua pihak baik Assad maupun oposisi juga sangat ingin melibatkan sekutusekutu masing-masing untuk membantu dan terlibat secara langsung dalam perang itu.
Aktor-aktor kawasan seperti Qatar, Arab Saudi, Hezbullah, Iran, dan Turki memainkan peran sangat aktif sejak awal. Israel yang biasanya sangat pasif juga tidak tinggal diam.

Kedua, kedua pihak termasuk para sekutu masingmasing merasa sama-sama tidak puas dengan capaian perang sekarang ini dan masih merasa memiliki peluang untuk mencapainya. Para elite yang berperang seperti benarbenar tuli dan buta dengan realitas kemanusiaan yang sangat mengerikan di lapangan.
Pidato-pidato mereka masih sangat lantang dan telanjang, menyeru untuk `membunuh' dan `menghancurkan'. Jarang sekali rasa kemanusiaan muncul atau tecermin dalam pidato-pidato para pemimpin itu, padahal situasi kemanusiaan di lapangan diberitakan demikian mengerikan.

Mereka tetap ingin mewujudkan tujuan-tujuan perang yang sesungguhnya tak akan mungkin mereka wujudkan sepenuhnya dalam perang ini. Kelompok oposisi ingin menjatuhkan rezim dengan segera dan memperlakukan Assad sebagaimana Khaddafi. Para sekutu mereka sepertinya juga menginginkan hal itu. Qatar, Arab Saudi, dan Turki berupaya dengan segala cara untuk mendukung oposisi agar segera menjatuhkan Assad.

Mereka tidak mau menerima realitas bahwa Assad masih terlalu kuat untuk dijatuhkan saat ini. Mereka kemudian mendorong intervensi militer sebagaimana di Libia tanpa mau menghitung berapa korban lagi yang akan jatuh jika intervensi militer itu dipaksakan.

Teori konspirasi

Di sisi lain, Assad sepertinya ringan saja melihat kehancuran dan jatuhnya korban secara masif. Ia bahkan berambisi menjadikan perang Suriah itu sebagai perang kawasan, blok Iran versus blok Arab Saudi yang didukung Barat. Yang terpenting baginya hanyalah dia selamat dan kekuasaannya survive.

Serangan Israel belum lama ini memberikan bukti tambahan bagi teori konspirasi yang selalu mereka nyatakan selama ini. Bahwa apa yang terjadi di Suriah tidak lain ialah upaya untuk memotong tangantangan perlawanan terhadap Israel, hasil konspirasi wahabi dan kekuatan asing untuk menghancurkan Suriah. Oleh karena itu, Assad tak segansegan untuk memperluas area konflik itu ke berbagai penjuru baik di Libanon, Yordania, Turki, bahkan juga Israel sebab itu merupakan bentuk perjuangan kekuatan perlawanan melawan Israel-Barat yang sudah disiapkan sejak lama.

Ketiga, polarisasi yang terbentuk dalam konflik sekarang ini sesungguhnya polarisasi lama. Tidak ada yang baru dalam konstelasi konflik itu kecuali terkait dengan posisi Hamas yang tidak mengambil sikap keberpihakan terhadap salah satu pihak kecuali dalam peristiwa serangan Israel terhadap Suriah. Perang Suriah ibarat sebuah ledakan bom yang telah dirakit dalam waktu lama sebagai hasil pergaulan di antara aktor-aktor di kawasan. Oleh karena itu, sangat masuk akal jika perang itu cenderung akan meluas ke berbagai wilayah lain di kawasan di sekitar Suriah.


Jika upaya politik beberapa negara besar di Jenewa dalam beberapa waktu ke depan ini gagal memberikan solusi yang dapat disepakati kedua pihak, kemungkinan konflik itu benarbenar meluas secara masif dan intensif sangat besar. Apalagi jika opsi intervensi militer benar-benar diambil, bara Suriah bisa menyiram sebagian besar subkawasan Arab Timur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar