Jumat, 28 Juni 2013

Belum Gagal Sebelum Menyerah

Belum Gagal Sebelum Menyerah
Billy Boen ;  CEO PT YOT Nusantara; Director PT Jakarta International Management; Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO, 28 Juni 2013


Apa maksud dari judul tulisan ini? Sebenarnya cukup straight forwardalias jelas, ya makna dari judul ini. Selama kita belum menyerah, kita belum bisa disebut gagal. Kalau di sebuah pertandingan sepak bola, pertandingan dinyatakan selesai ketika wasit meniupkan peluit panjang tanda pertandingan berakhir. 

Sebelum itu, ya pertandingan belum berakhir. Jadi kalau di akhir babak pertama klub A tertinggal 0-4 oleh klub B, apakah klub A dinyatakan kalah? Belum. Apakah masih ada kesempatan untuk klub A memenangkan pertandingan? Jelas masih ada. Klub A bisa “dinyatakan” kalah meski pertandingan belum berakhir kalau para pemain klub A mainnya sudah “asal-asalan” karena mereka menyerah. 

Pernahkah kita melihat klub yang sudah menyerah sebelum pertandingan berakhir? Pernah. Banyak. Tapi, apakah kita juga sering melihat sebuah klub yang tertinggal, usaha semaksimal mungkin untuk mengejar ketinggalan, dan akhirnya menang? Banyak juga! Di dalam bisnis juga sama. Dan contoh yang paling klasik adalah cerita nyata yang melegenda, tentang seseorang yang “ribuan” kali gagal ketika mencoba membuat resep ayam goreng, hingga akhirnya berhasil. 

Nama ayam gorengnya: KFC. Nama si pembuatnya: Colonel Sanders. Saya pernah menyelesaikan lari maraton sejauh 42,2 kilometer (Banyak yang salah paham dengan menyebut lari 5 kilometer, 10 kilometer, dan 21 kilometer sebagai maraton, padahal maraton adalah 42,2 kilometer). Dikilometerke-28, bisikan dalam diri untuk menyerah dan tidak melanjutkan perjalanan begitu sering muncul. 

Ketikaitu, telapak kaki kiri saya sudah luka. Sangat mudah untuk saya memutukan untuk berhenti dan tidak melanjutkan lomba lari Singapore Marathon 2012 itu. Apalagi, di kilometer itu sudah banyak para pelari yang duduk dipinggir lintasan lari. Ada yang sudah membuka sepatunya, ada yang sedang merintih kesakitan, dan mobil ambulans bolak-balik mengangkut beberapa pelari yang cidera. 

Saya memutuskan untuk terus berlari. Di kilometer 32 hingga 35, bisikan itu berubah menjadi “teriakan” dan bukan lagi muncul sekali-kali, tapi terus menerus. “Teriakan” dalam hati itu mengajak saya untuk menyerah. Meski kecepatan lari saya sudah jauh lebih pelan dibandingkan di 21 kilometer pertama (pertengahan lomba), saya tetap memutuskan untuk lari. Di saat itu, saya belum gagal. Saya belum menyerah. Nah, kalau waktu itu saya memutuskan untuk menyerah, saat itulah saya bisa dikatakan gagal. 

Untung saya masih bisa menyelesaikan perlombaan lari yang memang tidak mudah. Maraton memang bukan untuk semua orang, atau dengan kata lain, tidak semua orang bisa menyelesaikan maraton. Seperti yang kita semua ketahui, bahwa tidak ada jalan menuju sukses yang semulus sutera. Ketika kita memulai karier, kita pasti dihadapkan dengan berbagai rintangan (dan tantangan). Begitu juga ketika kita hendak memulai bisnis. Meski di awal kita percaya bahwa bisnis kita akan lancar, di atas kertas bagus, pada kenyataannya, bisnis kita di awal pasti nggak akan mulus. 

Di situlah mental kita dicoba. Makanya saya sering bilang via Twitter @billyboen: Bisnis itu nggak gampang. Bisnis itu perlu mental yang kuat. Nah, ketika kita memulai bisnis dan rugi di awal-awal, atau meleset dari perkiraan kita, itu biasa. Salah satu bisnis saya merugi di tiga tahun pertama. Di tahun keempat baru mulai untung. Kebayang ngga kalau di 36 enam bulan pertama saya dan mitra bisnis saya memutuskan untuk menyerah? Ya jelas hari ini bisnis itu sudah tidak ada. 

Saya beruntung memiliki mitra bisnis yang tangguh, yang bisa mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah. Di bisnis digital printingyang saya dirikan bersama mitra bisnis saya yang lain, justru kebalikannya. Perusahaan ini kami dirikan ketika memang sudah ada beberapa klien yang meminta kami untuk menghandle kebutuhan digital printing-nya. Jadi, dari awal memang sudah menghasilkan. 

Setelah berjalan lebih dari setahun dan ada suatu masalah, perusahaan kami merugi setiap bulannya. Selama kalau tidak salah15bulankami terus mencoba. Di periode itu, kami belum bisa dikatakan gagal, meski perusahaan merugi. Tapi akhirnya kami gagal, ketika kami memutuskan untuk gulung tikar. Kalau ditanya kenapa saya yang kala itu pemilik saham terbesar memutuskan untuk menyudahi bisnis itu, karena memang saya tidak memiliki passion di bisnis itu. 

Sebuah pelajaran buat saya. Ketika kita masih berusaha, terlepas dari hasilnya baik atau buruk, kita tidak bisa dikatakan gagal. Tapi, detik di mana kita memutuskan untuk menyudahi perjuangan kita, di detik itulah kita dikatakan gagal. Perusahaan yang terus menerus merugi, kemudian diputuskan oleh pemiliknya untuk vacuum alias operasionalnya diberhentikan sementara, belum bisa dikatakan gagal. Ada loh, perusahaan yang sengaja dibuat mati suri oleh pemiliknya yang berpikir bahwa ide bisnisnya bagus tapi waktunya yang kurang tepat. 

Biasanya perusahaan yang dimatisurikan ini akan dihidupkan kembali operasionalnya ketika si pemiliknya merasa waktunya sudah tepat. Bagaimana cara yang tepat untuk mengetahui apakah kita harus menyudahi perjuangan kita (gagal) atau mematisurikan perusahaan kita (belum gagal)? Tidak ada jawaban yang pasti untuk ini. Semua kembali kepada instinct dan situasi yang ada saat itu. 

Nggakada formulanya. Jadi, ketika Anda sekarang ini masih berusaha menuntaskan tugas yang diberikan oleh atasan, apapun outcome-nya, Anda belum bisa dikatakan gagal. Kalau hasilnya belum memuaskan, coba lagi. Jangan coba terus menerus dengan cara yang sama. Ada pepatah yang bilang, “Hanya orang bodoh yang mencoba berulang-ulang dengan cara yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda.

” Nah, kalau ketika mencoba pertama kali hasilnya jelek, coba dengan cara yang berbeda. Anda belum gagal. Sadari itu. Kalau sudah mencoba berkalikali dengan cara yang berbedabeda namun hasilnya juga belum sesuai yang Anda inginkan, Anda masih belum bisa dibilang gagal, kalau Anda masih ingin mencobanya. Mungkin Anda bisa minta tolong orang lain? Meminta bantuan orang lain, bukan pertanda Anda gagal. Justru ini membuktikan bahwa Anda adalah orang yang tidak mau melihat diri Anda gagal. 

Setiap hari kita akan selalu dihadapkan oleh berbagai rintangan. Kalau kita selalu memutuskan untuk menyerah, buat apa hidup ini? Bukankah kita akan bahagia ketika kita berhasil mencapai apa yang kita ingin capai? Ini bisa kita raih, kalau kita nggak mudah menyerah. Ingat, Anda belum gagal sebelum Anda menyerah. See you ON TOP! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar