Rabu, 31 Juli 2013

Keteladanan Pemimpin

Keteladanan Pemimpin
Djoko Darmono  ;   Pengamat Birokrasi Pemerintahan
SUARA KARYA, 30 Juli 2013


Sesungguhnya Kota Jakarta bukanlah kota yang ramah. Di Kota Jakarta sering terjadi aksi demonstrasi, kerusuhan, perkelahian, dan tindak kekerasan lainnya. Suatu keberanian luar biasa, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (yang akrab disapa Jokowi-Ahok) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jaya berani blusukan ke mana-mana membenahi Kota Jakarta. Terakhir, mereka malah mengancam akan memidanakan pedagang kaki lima yang melanggar perda.

Jokowi aktif menggelar kegiatan pasar murah yang digelar selama bulan Ramadhan di setiap wilayah kota. Gubernur DKI bahkan sempat berkeliling ke beberapa stan yang menjual bahan-bahan pangan dan sembako murah.

Sebelumnya Jokowi sukses memprakarsai gelar pesta rakyat yang membeludak dipenuhi warga Jakarta. Salah satu acara menarik dalam rangkaian peringatan HUT Ke-486 Kota Jakarta adalah Jakarta Night Festival (Malam Muda Mudi) dengan mendirikan panggung atraksi di beberapa tempat.

Kedua pemimpin Jakarta itu sama-sama berasal dari daerah. Gaya bicara Jokowi yang kalem, Ahok yang meletup-letup, tidak menjadi persoalan bagi masyarakat Jakarta. Di mata mereka, kedua pemimpin itu tampaknya telah menunjukkan satunya kata dan perbuatan. Kebijakannya transparan, lugas, dan berani. 
Karena keberpihakannya kepada lapisan bawah membuat mereka dijadikan ikon oleh masyarakat kecil.

Hikmah apa yang dapat kita petik dari penyelenggaraan pasar murah di bulan Ramadhan dan pesta rakyat Malam Muda-Mudi Jakarta yang berlangsung aman? Faktor utamanya adalah keteladanan pemimpin.
Jokowi-Ahok yang baru menjabat sembilan bulan dengan cepat mampu merebut hati masyarakat, dicintai oleh sebagian besar rakyatnya. Masyarakat Jakarta sendiri tampaknya tidak mau mencederai niat baik pemimpinnya yang tulus memperhatikan mereka. Pesta kali ini berlangsung meriah setelah pesta yang pernah diadakan oleh Gubernur Ali Sadikin tahun 1970-an.

Rakyat akan mengikuti apa kata pemimpinnya sepanjang pemimpin itu memberikan teladan yang baik. Tidak banyak berwacana dan jauh dari sifat arogan. Jokowi blusukan karena ia ingin tahu kondisi masyarakatnya. Demikian pula Ahok berbicara tegas apa adanya, dengan tujuan ingin menciptakan aparatur yang bersih dan tidak lelet dalam bekerja.

Memang, kita belum bisa menuntut banyak dari Jokowi-Ahok karena persoalan Jakarta yang begitu bertumpuk dan bertaut erat dengan wilayah tetangganya, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Salah satunya, jika nanti Jokowi-Ahok berhasil membenahi semrawutnya transportasi di Jakarta, sungguh suatu prestasi yang luar biasa.

Upaya Jokowi-Ahok melakukan bersih-bersih terhadap aparaturnya serta membenahi Kota Jakarta untuk kenyamanan, tentu akan mendapat dukungan luas masyarakat. Memang, untuk membenahi Indonesia, kita butuh banyak pemimpin yang tulus dan berpihak kepada rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar