Rabu, 28 Agustus 2013

Nasionalisme, Disiplin, dan Etos Kerja

Nasionalisme, Disiplin, dan Etos Kerja
Sayidiman Suryohadiprojo  ;    Mantan Gubernur Lemhannas
KOMPAS, 28 Agustus 2013


Ketika bangsa Indonesia memperingati 68 tahun kemerdekaannya, patut sekali ditandaskan pentingnya nasionalisme, disiplin nasional, dan etos kerja.

Sekarang bangsa Indonesia jauh sekali dari tujuan nasional yang ia tetapkan ketika memper- juangkan kemerdekaannya. Nasionalisme adalah sikap hidup dan semangat yang mengusahakan yang terbaik bagi bangsa kita agar selalu mendapat tempat terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia. Indonesia menjadi kebanggaan seluruh rakyatnya.
Harga diri setiap manusia Indonesia sangat dipengaruhi keadaan bangsanya, tempat dan posisi bangsanya di tengah umat manusia. Sebab itu, nasionalisme menjadi dorongan kuat untuk selalu mengusahakan yang terbaik bagi bangsanya, bahkan kesediaan berkorban untuk kepentingan bangsa apabila diperlukan. Sikap hidup dan semangat itulah yang memenuhi kalbu para pejuang kemerdekaan. Perjuangan itu memaksa penjajah Belanda mengakui kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Setelah 68 tahun merdeka, ter- nyata kondisinya jauh dari membanggakan, malah seperti bangkrut. Obat paling tepat untuk mengubah itu adalah menggelorakan kembali sikap dan semangat itu untuk membawa bangsa bangkit mencapai yang terbaik.
Pasti ada yang menyangsikan kemungkinan itu terjadi sebab korupsi berlangsung di segala lini oleh kalangan kaum politik, sikap keras radikal merusak bangsa sendiri, hilangnya rasa persatuan dan solidaritas, serta konsumsi narkoba. Namun, saya yakin masih ada yang sehat kuat lahir batin dan sanggup bangkit.
Pada tahun 1945 pun tak sedikit yang lebih suka berpihak kepada penjajah dan tak suka melihat Indonesia merdeka. Malah boleh dibilang bahwa pada 1948 ketika Belanda menyerang Yogyakarta serta menahan presiden dan wakil presiden RI serta banyak pemimpin, para pejuang yang tak mau menyerah kepada Belanda merupakan minoritas dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mereka terus berjuang dan akhirnya membawa kemenangan. Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah teladan paling jelas dari kalangan pejuang itu. Maka, sekarang pasti juga ada yang tak mau dikalahkan oleh kondisi bangsa yang bangkrut dan sanggup bergerak mengibarkan bendera nasionalisme Indonesia yang tangguh.
Dulu perjuangan merebut kemerdekaan, sekarang perjuangan merebut keunggulan bangsa dalam kehidupan internasional. Perjuangan merebut kemerdekaan, di samping punya aspek mental moral yang kuat, bertitik berat pada aspek adu kuat fisik. Perjuangan merebut keunggulan sekarang menuntut kekuatan mental moral yang tangguh, sekalipun juga memerlukan kekuatan fisik yang ulet dan tangguh untuk mampu berjuang lama.
Harus bisa bangkit
Keberhasilan perjuangan merebut keunggulan terutama harus diwujudkan melalui disiplin nasional dan etos kerja. Hanya dengan disiplin nasional kuat, kalangan yang minoritas dalam jumlah akan dapat menghasilkan performa yang meyakinkan, yang membawa bangsa kembali kepada jalur yang benar dan kepada kemenangan. Karena ada semangat nasional yang kuat, segenap pejuang akan sanggup dan bersedia menegakkan disiplin nasional.
Mereka akan selalu mengendalikan diri untuk bersatu, bersikap jujur, sungguh-sungguh dalam segala tindakan dan perbuatan, loyal dan setia kepada tujuan nasional serta kepada organisasi dan sesama pejuang, berani karena benar untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan menjaga tegaknya hukum dan peraturan.
Disiplin nasional yang kuat itu harus menghasilkan realitas baru yang memiliki keunggulan. Maka, dengan disiplin nasional, dikembangkan etos kerja tinggi: menghasilkan performa yang tak hanya besar dalam kuantitas, juga menonjol dalam kualitas.
Etos kerja merupakan sikap selalu kerja keras dalam jumlah jam banyak, tetapi juga sikap menghasilkan kualitas terbaik. Etos kerja itu meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa, baik dalam produksi pertanian, kelautan, pertambangan, segala macam industri, maupun dalam penegakan hukum, pendidikan, dan pengembangan iptek. Juga dalam berbagai aspek budaya, seni, dan olahraga. Tak boleh dan tak akan lagi Timnas PSSI dipermalukan dengan 8-0 seperti baru kita alami, satu hal yang tak pernah terjadi sepanjang sejarah PSSI.
Para pejuang merebut keunggulan melakukan itu semua dengan melandasi perjuangannya dengan dasar negara Pancasila sebab hanya dengan jalan itu, perjuangan akan menghasilkan tujuan nasional yang telah ditetapkan sejak perjuangan merebut kemerdekaan.

Marilah mulai bergerak di bidang dan tempat kita masing- masing dengan mengembangkan semangat nasionalisme, disiplin nasional, dan etos kerja yang makin tangguh, serta menciptakan koneksi antarkita sehingga menjadi satu gerakan nasional. Dulu kita mulai dengan BKR di tempat kita masing-masing yang kemudian berkembang menjadi TKR- TRI-TNI dan memilih Sudirman sebagai panglima besar. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar