Kamis, 29 Agustus 2013

Saatnya Rakyat Cerdas Menentukan Pemimpin

Saatnya Rakyat Cerdas Menentukan Pemimpin
Benny Susetyo  ;    Pemerhati Sosial
SINAR HARAPAN, 28 Agustus 2013


Pemilihan Gubernur Jatim akan menentukan arah ke depan masyarakat Jatim untuk berkembang menjadi daerah maju atau daerah tertingal.

Potensi Jatim luar biasa membutuhkan gubernur yang mampu mengantar kepada keadaban Jatim menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dan budayanya. Rakyat cerdas akan memilih pemimpin memiliki jiwa pelayanan publik bukan pemimpin bermental diler.

Orientasi pemimpin ke depan bisa menawarkan keadaban publik. Keadaban publik bisa dicapai bila pemimpin memiliki keutamaan publik. Pemimpin jiwa bersih dari money politic serta mempunyai visi melayani rakyatnya.

Visi dijabarkan karya nyata lewat kebijakan pembanguan bersendikan nilai-nilai kerakyatan. Orientasi pembangunan membuat harkat dan martabat rakyat Jatim memiliki kemandirian segala bidang, khususnya energi dan pangan.

Kesejahteran rakyat Jatim tergantung pemimpin yang mampu menerjemahkan visi dalam program yang mengangkat martabat masyarakat kecil. Orientasi pembangunan mengembalikan kembali martabat kemanusian harus menjadi acuan. Persoalannya kita menghadapi kartel politik yang berselingkuh pemodal hitam yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Dibutuhkan Pemimpin Jatim baru yang memiliki arete. Pemimpin memiliki arete mempunyai kemampuan leadership, dikombinasikan keberanian dan kebijaksanaan dalam menghadapi mafia kartel yang menyetir kebijakan, yang selama ini menguntungkan mereka dalam lingkaran kekuasan. Mereka selama ini menikmati kue kekuasaan sedangkan rakyat hanya jadi tumbal kekuasan.

Belajar dari pengalaman masa lalu, dibutuhkan kecerdasan rakyat menentukan pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki spirit arete adalah mereka yang bisa mengombinasikan keberanian, kebajikan, dan kemampuan dalam tata kelola pemerintahan untuk melayani rakyat dengan sikap jujur dan tulus.
Sikap jujur dalam berkekuasaan memang sering disebut sebagai sebuah kemustahilan. Tetapi dalam banyak fenomena kekuasaan, masih ada orang baik dan jujur di tengah orang-orang yang munafik dan serakah.

Jatim membutuhkan pemimpin yang bisa merajut keanekaragaman budaya dan etnis. Pemimpin yang bisa memayungi yang kaya dan melindungi serta mengangkat yang miskin. Kemiskinan yang merajalela di berbagai pelosok desa harus menjadi perhatian khusus bagi pemimpin dengan spirit arete ini.

Potensi

Ekonomi yang dimiliki Jatim akan menjadi kekuatan serta modal bagi pembangunan yang berorientasi kesejahteran masyarakat semesta, bukan kesejahteraan masyarakat golongan tertentu saja.
Sang pemimpin diharapkan bisa membangkitkan kemandirian warga dan mengangkat martabatnya, bukan buta dengan kondisi nyata masyarakatnya. Itu semua bisa dicapai bila sumber daya alam dan ekonomi digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan menjadi alat bagi kaum kaya dan asing untuk memperkaya penguasa dan menginjak-injak harkat dan martabat rakyat kecil.

Dunia kepolitikan kita dicerminkan dengan moralitas politik yang berbeda antara apa yang ada dalam benak elite sebagai sesuatu yang benar, dan di pikiran rakyat sebagai sesuatu yang melukai.
Jembatan untuk meraih dukungan adalah menipu, yakni membenarkan apa saja yang dilakukan elite. Dengan kata lain, publik “dipaksa” menerima segala sesuatu yang salah secara nurani dengan permainan bahasa dan perilaku.

Persoalan Jatim yang begitu kompleks membutuhkan calon gubernur yang tidak saja andal dalam hal administrasi, melainkan gubernur yang memiliki visi membangun Jatim sebagai wilayah yang manusiawi dan berbudaya. Pemimpin berkuasa untuk mengubah budaya politik kejar setoran.

Politik yang memuluskan kaum kaya untuk semakin memperkaya kekayaannya dan abai terhadap penderitaan rakyat kecil. Orientasi politik demikian hanya akan membuat wajah kehidupan warga Jatim semakin terpuruk.

Akhirnya, selamat berpesta demokrasi. Seperti dalam novel Durga Umayi, jangan terkecoh oleh pemimpin licik penuh tipu daya bermuka ganda, seolah membela kepentingan rakyat kecil, tapi di baliknya ada keserakahan terkira untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari kekuasaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar