Senin, 30 September 2013

Kedaulatan Budaya

 Kedaulatan Budaya
Anton Tabah  ;  Kolumnis, Staf Ahli Kapolri
REPUBLIKA, 26 September 2013


Selama Agustus-September 2013 bangsa ini dihebohkan pro-kontra Miss World. Miss World memang fenomenal. Ia dipuja dan menjadi ikon kebebasan bangsa-bangsa modern, dengan dalih seni, kebebasan, dan demokrasi. Tapi, lupa bangsa Indonesia telah berikrar sebagai bangsa yang meletakkan ajaran dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap langkah berpikir, bersikap, dan berperilaku yang terkristalisasi dalam filosofi Pancasila. 

Dalam pro kontra harus tampil pemimpin yang negarawan. Pro kontra masalah Miss World ini tidak terjadi sekarang saja. Ketika Orde Baru pun pernah terjadi. Pemimpin yang baik tak akan membiarkan pro-kontra itu membesar karena akan rentan terjadi konflik horizontal yang mengerikan.
Efek budaya sering berbenturan. Seperti doktrin lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lalu orang berargumen di era keterbukaan belalang mana di ladang siapa dan ikan apa di lubuk mana, sulit diidentifikasi? Itu alasan sekuler yang menafikan agama. Seperti kebebasan kawin sejenis.
Gaya hidup melahirkan budaya, budaya melahirkan hukum (Berger 1977).
Keniscayaan ini dinisbatkan dengan analogi lahirnya hukum dari dua rahim yaitu rahim filosofi dan rahim sosiologi. Hukum yang lahir hanya dari rahim sosiologis akan menjadi janin kebebasan permisif bukan hanya dengan pornografi dan pornoaksi, juga terhadap budaya gaul bebas bahkan budaya yang terang- terangan menentang agama apa pun. 

Ribuan tahun lalu nenek moyang kita Joyoboyo telah meramal kerusakan bangsa ditandai tiga hal. Yaitu, kali ilang kedunge (sungai-sungai didangkalkan), pasar ilang kumandange (pasar-pasar tradisional diganti pasar modern), wong wadon ilang wirange (wanita sudah tak punya malu membuka aurat di muka umum). Riuhnya pendukung miss world bersuara lantang membela mati-matian agar kontes di Indonesia adalah pembenaran ramalan Joyoboyo tadi. Mereka berlindung di bawah pa yung kebebasan dan demokrasi, lupa jika budaya kebebasan dan demokrasi bangsa Indonesia berbeda dengan Barat. Demokrasi dan kebebasan kita dipayungi bimbingan petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.

Ada beberapa keunggulan bangsa Indonesia. Pertama, filosofis tujuan utama NKRI dibentuk untuk berkedaulatan, melindungi, dan mencerdaskan bangsa.
Kedaulatan politik, ekonomi, hukum, budaya, pangan, dan lain-lain. Termasuk pula melindungi budaya luhur bukan budaya hina umbar aurat. Filosofi mencerdaskan bangsa bukan memintarkan bangsa. 
Kedua, aktualisasi kedaulatan bangsa. Tak gampang menerima inviltrasi budaya asing. Ingat penjajahan modern bukan dengan perang senjata tetapi perang budaya. Yang tidak memahami konsep perang modern ini berkhianat lalu memihak pada kekuatan musuh mati-matian menerima budaya yang nyata-nyata bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. 

Ketiga, dari berbagai penampilan kontes Miss World jelas pornoaksi mengumbar aurat sangat nyata bernuansa ketelanjangan (UU 44/2008 Psl 4 ayat 1 dan KUHP Pasal 156a). Sekali lolos masuk Indonesia yang berkomitmen mempertahankan budaya luhur dan menjunjung tinggi ajaran Tuhan Yang Maha Esa, muaranya Indonesia tak mampu membendung gempuran budaya sekuler (merendahkan agama).

Keempat, kontes Miss World ini membukakan dialog hati nurani. Patutkah kita sebagai bangsa yang religius memaksakan diri menonton yang tak pantas dan kontroversi? Pantaskah bangsa yang berhati nurani bersukaria dengan Miss World di tengah rakyat yang menderita, miskin, terbelakang untuk membeli tempe-tahu, makanan rakyat sehari-hari saja berat? Mengapa membuat yang kontroversi toh masih banyak yang tidak kontroversi? Kasus miss world kesempatan untuk merenungkan aktualisasi diri akan kedaulatan hukum dan kedaulatan budaya mengapresiasi 4 hal tersebut. Dengan demikian kita menjadi bangsa yang cerdas bukan pintar. 

Dari segi sejarah, sangat nyata bahwa Miss World merupakan ajang eksploitasi tubuh wanita untuk mendapatkan keuntungan materi duniawi. Para wanita dipajang bak barang dagangan untuk menarik para pembeli. Dilihat dari segi budaya ketimuran saja, sungguh sangat tidak cocok dengan jati diri bangsa yang menjunjung tinggi norma kesopanan dan agama. 

Fenomena Miss World sebuah problem serius yang melanda kaum wanita abad ini. Mereka sudah terlampau jauh dan berupaya melepaskan diri bukan saja dari budaya Timur, tapi juga melepaskan diri dari agama terpengaruh tren Barat yang tersihir kebebasan, padahal penghormatan Barat terhadap kaum wanita hanya di kulit luar, faktanya dilecehkan secara substansial. Perempuan itu manusia istimewa. 

Tuhan memberi aturan lebih protektif. Hal itu bukan berarti agama mengekang kebebasan perempuan, sebaliknya memuliakannya. Berbeda dengan perempuan Barat mengagung-agungkan kebebasan justru merusak kehormatan perempuan itu sendiri. Memutuskan memilih yang memberi banyak manfaat.
Tuhan jika melarang sesuatu dalam Kitab Suci selalu memberi info indah manfaat jika ditaati perintah-Nya. Itulah arti dari manusia cerdas bukan pintar.
Tetapi, apa yang terjadi? Fakta-fakta dan bukti-bukti menunjukkan banyak eks peserta kontes Miss World terjerumus ke kubangan moralitas rendah menjadi model telanjang bahkan pelacur tingkat tinggi. Kontes Miss World di Indonesia mungkin dari segi materi menguntungkan bagi penyelenggara tapi sangat merugikan dalam pembangunan ketahanan moral bangsa. Ruginya lebih dahsyat dari pada untungnya.

Melarang Miss World di Indonesia tiada pengaruhnya dengan HAM atau demokrasi. Karena setiap negara punya kaidah dan batasan-batasannya sendiri dan tidak ada pengaruhnya dengan perekonomian dan pariwisata. Pemerintah juga harus cerdas bukan cuma mengejar ekonomi lalu mudah mengizinkan hal-hal yang kontraproduktif dengan budaya perusak moral bangsa.

Pemimpin negara harus bersifat negarawan, mampu memberi arahan yang tegas, tidak membiarkan pro kontra berkembang liar. Polri memberi konstribusi bukan hanya tegaknya ke daulatan hukum, tetapi juga tegaknya kedaulatan budaya karena di tangan Polri perizinan berada. Polri harus cerdas dalam menegakkan kedaulatan hukum. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar