Minggu, 29 September 2013

P u t i n

 P u t i n
Sarlito Wirawan Sarwono ;  Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
KORAN SINDO, 29 September 2013

“Maaf, karena suatu hal, tulisan Prof Sarlito Sarwono tidak muncul Minggu yang lalu.” 

Selama ini saya kurang memperhatikan Rusia. Tidak ada yang menarik hati saya tentang Rusia, kecuali perannya di Suriah yang lebih membela pemerintah Al-Assad (yang konon menyebarkan bom kimia yang mengerikan itu) dan menentang Amerika yang konon lebih propemberontak. Lagu kuno, begitulah yang saya pikir. 

Sejak zaman Perang Dingin (pasca Perang Dunia II) sampai hari ini lagunya masih begitu-begitu juga: Blok Soviet lawan Blok Amerika (karena itu Presiden Indonesia, Soekarno, menginisiasi perkumpulan negara-negara nonblok). Tetapi beberapa waktu lalu saya mendapat kiriman e-mail, isinya sambungan ke sebuah alamat Youtube. Ketika saya buka laman Youtube itu saya terperangah, di situ Vladimir Putin, Presiden Rusia, menyanyi. 

Waduh, tidak mengira Putin yang berwajah cool itu bisa menyanyi. Ini baru lagu, ini lagu baru! (Meminjam copyright iklan minuman zaman dulu). Well (ungkapan bahasa Inggris), lagunya bukan baru juga sebenarnya, tetapi ketika dinyanyikan oleh Putin, lagu itu jadi punya warna baru. Blue Berry Hills, sebuah lagu oldies yang pernah dinyanyikan penyanyi-penyanyi kondang Amerika (musuh Rusia) pada zamannya seperti Fats Domino, Louis Armstrong, Elvis Presley dan Celine Dion. 

Putin mulai dengan memainkan tuts piano dengan dua jari (dia tidak bisa main piano) melantunkan nada-nada intro dari Blue Berry Hills, kemudian dia berdiri, bernyanyi dengan suara tenor cenderung bariton, dan lafal bahasa Inggris yang lancar (padahal jarang orang Rusia bisa berbahasa Inggris) dan bergabung dengan big band dan vocal group yang mengiringinya. Semua itu dikemas dalam irama jazz yang apik (band saya, The Proefessor Band, biasa membawakan lagu ini dalam irama swing atau slow rock). Luar biasa. 

Tetapi itu belum segalanya. Karena penasaran saya search (maaf, bahasa Inggris melulu) lagi Youtube untuk mencari situs-situs lain tentang Putin. Ketemu! Kali ini dia sedang main yudo. Ternyata dia yudoka bersabuk hitam. Saya bukan yudoka (waktu saya mahasiswa dulu saya memilih karate, karena waktu itu semua teman-teman saya di UI lebih banyak yang karate daripada yudo), tetapi saya lihat bantingannya, dan bagaimana dia menjatuhkan diri ketika dibanting. 

Mantap, bro! Rupanya presiden-presiden negara-negara adidaya harus olahragawan (Obama adalah pebasket). Mungkin pada 2014 kita perlu pilih presiden yang olahragawan juga supaya Indonesia jadi negara adidaya. Masih penasaran, saya browsing Putin lagi di Youtube. Dapat lagi. Kali ini Putin sebagai Kristen yang taat. Dia ternyata anggota jemaah Gereja Kristen Ortodox Rusia, yang mirip gereja Katolik. 

Bangunan gereja yang indah, prosesi biarawan megah berwarna-warni, lagu-lagu yang merdu, dsb, hanya bahasanya Rusia (gereja Katolik berbahasa Latin). Dalam narasi dijelaskan bahwa Putin mempunyai seorang ayah komunis yang loyalis, jadi antiagama. Tetapi diam-diam ibunya mempermandikannya (upacara peresmian dalam agama Kristen; dalam Islam: pengucapan dua kalimat syahadat) di gereja waktu Putin berumur 1,5 bulan, dan sampai sekarang Putin bukan hanya penganut Kristen yang taat, melainkan juga mendorong kehidupan dan kebebasan beragama di Rusia. 

Suatu hal yang luar biasa bagi seorang mantan perwira KGB. Menarik salah satu komentar di Youtube itu (dari seorang Amerika) yang ditulis seperti ini, “Mereka kita sebut negara komunis, tak bertuhan, tetapi nyatanya mereka taat beragama, sementara kita (AS) katanya mengagungkan Tuhan, nyatanya membolehkan homoseks dan narkoba, dan terlibat perang”.

Akhirnya, saya menemukan salah satu teks pidato Putin. Kalau tidak salah di salah satu forum PBB. Di situ dia menyerukan perundingan damai untuk mengatasi konflik di Suriah. Bukannya Rusia mau membela rezim Al-Assad, tetapi jalan perundingan selalu lebih baik ketimbang agresi senjata (yang terlalu sering dilakukan oleh Amerika). Suka tidak suka, semua kita harus taat hukum. Hanya PBB yang boleh bertindak atas nama hukum internasional. Begitu ada suatu negara yang mau bertindak sendiri tanpa melewati PBB (termasuk Amerika), rusaklah sudah perdamaian di bumi ini. 

Luarbiasa! Mungkin saja saya sangat subjektif, karena terpukau pada seorang Putin yang baru saya kenal sisi kepribadiannya yang lain, yang manusiawi. Dalam browsing saya selanjutnya banyak juga saya temukan yang kritis, bahkan tidak suka sama sekali pada Putin. Tetapi itu biasa. Tidak ada manusia yang sempurna. Yang penting, jadi manusia harus utuh. Bukan hanya rasional, tetapi juga berperasaan peka. Tidak hanya bisa berpolitik, tetapi pandai bermusik. 

Tidak hanya duniawi tetapi juga rohani. Dan buat pemimpin, tidak hanya punya visi-misi, tetapi juga punya integritas kepribadian (satunya kata dan perbuatan). Integritas inilah yang membuat Putin dua kali terpilih jadi presiden (2000-2008), tidak bisa terpilih untuk ketiga kalinya, ditunjuk jadi Perdana menteri oleh Presiden Dimitri Medvedev (2008-2012) dan sesudah rehat sejenak terpilih lagi jadi Presiden (2012 sampai sekarang). Usai browsing internet, saya pindah ke televisi Indonesia. 

Wah, bingung saya. Siaran berita kok isinya kalah pilkada, demo; belum lama demo minta naik UMP, buruh sudah demo minta naik UMP lagi (kapan kerjanya, kok demo melulu?); Pemprov DKI berusaha menata angkutan umum massal, pemerintah pusat beramai-ramai menggenjot produksi mobil murah; dan yang terakhir ribut-ribut soal ketua Komisi III DPR. Jadi siapa yang pantas saya pilih buat jadi presiden saya tahun 2014? Pasalnya, yang saya mau pilih malah tidak mau, katanya, ”Saya enggak mikir, enggak mikir. Kalau tanya soal Blok G, saya jawab. Kalau soal politik, tanya Ibu Ketua.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar