Minggu, 27 Oktober 2013

Memberi Pujian Ada Kiatnya

Memberi Pujian Ada Kiatnya
Agustine Dwiputri  ;   Penulis Rubrik “Konsultasi Psikologi” Kompas
KOMPAS, 27 Oktober 2013


Saya adalah ibu dari dua anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sekaligus bekerja sebagai supervisor produksi di sebuah pabrik garmen. Saya sering mendapati anak buah saya yang kurang berprestasi dalam mencapai target kerja. Kata ahli psikologi yang sempat saya baca bukunya, atasan harus lebih banyak memberi reinforcement ketimbang hukuman terhadap anak buah. Nah, rasanya tak kurang saya memberi pujian atau perhatian kepada mereka. Bahkan, walaupun menurut saya sebenarnya anak buah belum perlu saya puji, saya beri saja supaya mereka semangat dan melakukan hal-hal sesuai dengan pujian saya.

Terhadap anak-anak, saya juga tidak pelit memuji. Toh memuji tidak merugikan saya, khususnya secara material, secara perasaan memang saya sering merasa ragu, apakah saya sudah benar memuji anak-anak karena saya melihat mereka seperti tak peduli dengan pujian saya. Maksud saya, dampak ke perilaku yang lebih baik belum kelihatan. Harusnya anak-anak kalau sering dipuji, kan, prestasinya lebih baik, ya? Mohon petunjuk dari Ibu bagaimana memberikan pujian yang benar. Terima kasih.

M, 37 tahun.

Ibu M yang baik,

Sesungguhnya kebanyakan orang, meski sudah berhasil menyelesaikan sesuatu dan tampaknya percaya diri, masih menderita kekurangan pujian.
Jadi sudah benar prinsip Anda untuk memberikan lebih banyak pujian daripada hukuman. Pengalaman yang sering terjadi adalah ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, tak seorang pun mengatakan bahwa segalanya telah berlangsung lancar; tetapi ketika situasi berlangsung dengan buruk, pasti langsung menjadi fokus perhatian dan sepertinya semua berantakan. Jadi tetaplah berupaya untuk memberi pujian, hanya memang perlu memperhatikan beberapa ketentuan.

Memuji orang, jika dilakukan secara murni dan tulus, merupakan suatu perilaku yang umumnya disambut dengan senang hati dan cenderung mendorong orang lain untuk berperilaku dengan baik. Bagaimana sebaiknya Anda memuji orang secara efektif sehingga berfungsi sebagai pendorong? Berikut adalah beberapa penjelasan dari Peter Honey (1988), seorang psikolog dan konsultan manajemen di banyak perusahaan.

Spesifik

Pujian yang efektif haruslah bersifat spesifik, contohnya ibu mengatakan: ”Clara, kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumah berhitung secara bagus, kamu cermat, tak ada satu soal pun yang salah, dan tulisanmu juga rapi, padahal lumayan banyak ya tugasmu kali ini.” Ucapan semacam ini mengomunikasikan kepada seseorang hal-hal yang telah Anda amati atau dengar bahwa ia layak memperoleh pujian. Pujian yang bersifat umum tidak berarti apa-apa bagi yang menerimanya dan biasanya diterima oleh seseorang tanpa dampak apa pun. Contohnya: ”Tini, kamu pekerja yang baik,” tanpa ada penjelasan lanjutan.

Berikan alasan dan fakta

Melanjutkan ucapan pujian dengan menyampaikan alasannya, jika perlu mengajukan pertanyaan, mengutarakan fakta-faktanya, tanyakan apa yang dia pikir sebaiknya dilakukan untuk menunjukkan bahwa hal tersebut benar. Pujian semacam ini menunjukkan bahwa Anda memang bersungguh-sungguh dan di samping itu memberikan umpan balik yang berguna untuk juga ikut belajar dari hal tersebut.

Hasil lebih dari harapan

Memujilah untuk sesuatu yang lebih baik dari hasil yang diharapkan karena seseorang telah melebihi target, karena dia telah melakukan usaha ekstra, karena dia biasanya datang terlambat dan sebagainya. Jangan memberi pujian untuk tercapainya suatu kinerja yang memang telah diharapkan karena malah akan dipertanyakan dan menimbulkan kebingungan. Contohnya, apabila anak terbiasa bangun tidur tepat waktu, tak usah memujinya dengan mengatakan: ”Bagus Nak, kamu bangun pagi.”

Pisahkan pujian dan kritik

Memuji diberikan secara tersendiri atau terpisah sehingga dapat dipercaya. Apabila dicampur dengan kritik, malah akan mencurigakan. Relasi yang jujur akan berkembang lebih baik ketika orang berbicara secara ”lurus/langsung”. Berikan pujian jika memang dia layak mendapatkannya, kemudian apabila Anda memandang kritik juga perlu bagi orang tersebut, berikan setelahnya. Jadi tidak mencampurkan keduanya sekaligus. Tidaklah efektif memberikan pujian dengan cara ”sandwich”, di mana pujian diberikan terlebih dahulu untuk membuat orang lain mau menerima kritik Anda (yang sebenarnya merupakan alasan utama yang ingin Anda sampaikan), kemudian diikuti oleh potongan pujian lainnya dengan harapan dapat mendorong orang tersebut untuk berusaha lebih keras di masa selanjutnya dan berharap dia merasa lebih nyaman dengan kritik yang Anda sampaikan.

Saat ini dan di sini

Pujian hendaknya diarahkan ke kondisi saat ini dan di tempat ini, bukan untuk tujuan menjadi simpanan di masa depan. Artinya, dalam memuji kita tidak perlu mengharap sesuatu yang lebih bermanfaat akan terjadi nanti.

Layak dan pantas

Pujian hendaknya diberikan kapan pun apabila memang seseorang pantas mendapatkannya, tidak hanya pada kondisi atau situasi yang khusus, karena untuk memberikan kesan yang baik kepada pihak ketiga. Pujian akan menjadi tidak efektif jika diberikan secara boros hanya ketika orang-orang yang lebih senior hadir. Orang-orang segera akan menyadari bahwa tujuan Anda sebenarnya hanyalah untuk mengesankan atasan daripada memberikan pujian secara murni dan ikhlas.

Nah, Ibu M apakah dalam memberikan pujian baik terhadap anak maupun bawahan, Ibu sudah memperhitungkan keenam butir di atas?

Selamat mencoba dan sukses. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar