Minggu, 30 Maret 2014

Tunas Indonesia dari Ujung Halmahera

Tunas Indonesia dari Ujung Halmahera

Fanny Henry Tondo  ;   Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI), Jakarta
SINAR HARAPAN, 29 Maret 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Mendengar kata “Halmahera”, barangkali ada di antara pembaca yang belum mengenalnya. Halmahera merupakan sebuah pulau berbentuk mirip huruf K, berada dalam wilayah administratif Provinsi Maluku Utara. Ada beberapa kabupaten di pulau ini. Salah satu di antaranya Halmahera Utara (Halut).

Kabupaten ini merupakan wilayah remote atau jauh, baik dari ibu kota negara maupun ibu kota provinsi, Sofifi. Tetapi, posisinya memiliki nilai tawar yang tinggi karena berada di bibir Pasifik, berhadapan langsung dengan negara-negara di relung Pasifik, apalagi negara-negara ASEAN. Artinya, Halut memiliki nilai geostrategis yang patut diperhitungkan, di samping kaya sumber daya alamnya.
   
Sayangnya, hal ini belum didukung sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan kompetitif. Indikatornya adalah indeks pembangunan manusia (IPM)-nya yang relatif rendah, 69,98 (BPS 2012). Ini berada di bawah rata-rata nasional, 73,29.

Padahal, untuk mewujudkan Indonesia yang tangguh dan maju, dibutuhkan manusia yang cerdas dan berdaya saing tinggi. Itu dapat diawali dengan memperkuat kemampuan anak melalui pendidikan anak usia dini (PAUD).
   
Keikutsertaan anak sebagai tunas bangsa dalam PAUD dapat menjadi dasar yang kuat dalam mengembangkan diri menghadapi tahapan sekolah yang lebih tinggi.

Hal tersebut karena PAUD memberikan stimulus pendidikan bagi anak yang sesuai tahapan tumbuh kembangnya pada usia prasekolah (3-5 tahun). Melalui PAUD,  sang anak dapat diperkenalkan dengan nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan, dan nilai-nilai positif lain.

Profil PAUD di Halut

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada 2013, dari 197 desa yang ada di Halut, jumlah desa yang memiliki PAUD baru 112. Artinya, masih ada 85 desa yang belum memilikinya. Hanya dua kecamatan yang sudah memiliki PAUD di setiap desanya, yaitu Kecamatan Tobelo Timur dan Galela Barat.
   
Kecamatan-kecamatan lainnya belum mencapai target 100 persen, seperti kedua kecamatan tadi. Kecamatan Kao dan Kao Teluk, misalnya, baru mencapai 42,86 persen  dan 36,36 persen. Kecamatan Loloda Utara bahkan masih berada di posisi 27,78 persen, terendah di antara kabupaten lainnya. Dari 18 desa di kecamatan itu, 13 desa belum memiliki PAUD.
   
Di tingkat Provinsi Maluku Utara, persentasi desa yang memiliki PAUD di Kabupaten Halut termasuk rendah, baru 48,22 persen. Sementara itu, di kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Halmahera Tengah (Halteng) dan Tidore Kepulauan, sudah mencapai 72.92 persen dan 72,22 persen.
   
Kondisi tersebut mengindikasikan, Kabupaten Halut masih harus berjuang keras mewujudkan yang diharapkan pemerintah melalui program “Satu desa Satu PAUD”.

Kendala dan Tantangan

Ada beberapa kendala sekaligus tantangan yang dihadapi dalam dimensi pendidikan, khususnya dalam PAUD. Pertama, terbatasnya infrastruktur pendidikan, termasuk fasilitas belajar-mengajar. Hal ini diperparah dengan infrastruktur lainya, seperti transportasi yang belum mendukung.
   
Kedua, kuantitas dan kualitas tenaga pendidik belum memadai. Hal ini menyebabkan kebutuhan kompetensi peserta didik belum sesuai harapan.
   
Ketiga, kesejahteraan pendidik yang rendah. Jaminan kesejahteraan para pendidik PAUD sangat mendukung terselenggaranya program ini secara optimal dan berkualitas.
   
Keempat, biaya operasional pendidikan belum memadai. Hal ini turut memengaruhi kualitas penyelenggaraan PAUD.
   
Kelima, kondisi ekonomi masyarakat turut memengaruhi orang tua mengikutsertakan anaknya dalam program ini. Dengan berbagai pilihan kebutuhan hidup yang harus diputuskan, sering PAUD belum menjadi prioritas. Akhirnya, keadaan ini dikembalikan kepada orang tua untuk memutuskan yang terbaik bagi masa depan anak.

Potensi dan Peluang

Halut yang juga dikenal dengan nama hiboalamo, yang berarti “Rumah Besar”. Ini pada dasarnya memiliki kemampuan bersaing dengan daerah lain asalkan betul-betul memaksimalkan potensi dan memanfaatkan peluang yang ada.

Potensi pengelolaan PAUD secara swakelola sangat besar. Banyak PAUD yang dibuka secara swakelola di daerah ini. Hal ini biasanya dilaksanakan oleh organisasi atau yayasan agama.

Di daerah Tobelo, banyak PAUD yang didirikan yayasan Kristen. Itu misalnya, PAUD Bukit Kasih dan PAUD Bukit Zaitun. Kedua PAUD  ini dikelola sebuah organisasi gereja terbesar di sana, Gereja Masehi Injili Halmahera (GMIH). Ada pula PAUD Hati Bunda yang dikelola Gereja Bethany. Hal ini merupakan potensi untuk mendekatkan PAUD dengan masyarakat.
   
Pemerintah perlu pula berupaya ekstra memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan mineral daerah yang didukung manajemen yang tangguh. Ini dalam rangka mem-back up program pendidikan di daerah, termasuk PAUD, baik dalam bentuk beasiswa maupun dukungan operasional lain.
   
SDA Halut sangat kaya, termasuk bahan makanan yang dapat menyuplai gizi dan vitamin yang berguna bagi pertumbuhan anak secara fisik, terutama kecerdasannya. Hal ini dapat diperoleh, antara lain dari sumber daya laut dalam yang memberi asupan protein hewani untuk anak, seperti ikan, lobster, dan udang.

Produksi ikan di daerah ini cukup besar. Tahun 2010, produksi tuna 1.608 ton, cakalang 5.680 ton, tongkol 1.157 ton, layang 1.076 ton, layar 312 ton, selar 613 ton, kakap 1.055 ton, dan kerapu 595 ton. Sementara itu, produksi lobster, julung, ikan karang, baronang, kakaktua, botana, dan bobara 1.029 ton.
   
Ada pula tanaman hortikultura sebagai sumber protein dan zat-zat yang berguna untuk kesehatan dan daya tahan anak. Tanaman hortikultura di daerah ini, antara lain alpukat, nanas, pisang, terung, mentimun, dan kangkung. SDA seperti ini sebetulnya harus dimanfaatkan maksimal untuk pembangunan SDM.
   
Peluang lain yang perlu diperhatikan, adanya anggaran pemerintah pusat tahun 2014 untuk Ditjen PAUDNI Kemdikbud, Rp 608,128 miliar. Ini diharapkan dapat seoptimal mungkin dimanfaatkan daerah.
   
Maju Hibualamo!

Peningkatan mutu pendidikan daerah Halut akan sangat mendukung terwujudnya generasi hibualamo yang sehat, mandiri, profesional, dan berbudaya, yang menjadi visi pendidikan daerah Halut. Untuk merealisasikan hal tersebut, dapat dimulai dengan pembangunan PAUD secara optimal.
   
Pemerintah daerah (pemda), khusunya Pemda Halut perlu betul-betul memperhitungkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerahnya. Itu apabila ingin membangun manusia Halut secara serius.

Beberapa kelemahan yang ada perlu diketahui dengan betul dan diperkuat. Sementara itu, kekuatan yang dimiliki perlu ditingkatkan dan dimantapkan. Jadi, terjadi akselerasi peningkatan pembangunan pendidikan Halut, baik secara kuantitas maupun kualitas.
   
Program PAUD tentunya perlu diakselerasikan dengan visi kabupaten, yaitu terwujudnya Halut yang aman, adil, damai, dan sejahtera dalam suasana kekeluargaan sejati, maju dan mampu bersaing dan tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Untuk mewujudkan Halut yang mampu bersaing, tentunya Pemda Halut perlu memikirkan dan menerapkan secara serius kebijakan dan program yang tepat dalam bidang pendidikan. Itu termasuk yang terkait program Satu Desa Satu PAUD. Hal ini bersifat fundamental bagi masa depan tunas bangsa. Mari membangun Hiboalamo yang maju, mandiri, dan semakin jaya di masa depan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar