Jumat, 27 Juni 2014

Pemuda Dunia dalam Diplomasi Budaya Indonesia

Pemuda Dunia dalam Diplomasi Budaya Indonesia

Al Busyra Basnur  ;   Pengamat Internasional
KORAN SINDO, 25 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Indonesia Channel (Inchan)– sebuah pertunjukan kolosal seni dan budaya Indonesia– diselenggarakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Yogyakarta Kamis minggu lalu. Gelaran tersebut kian memperkuat keyakinan setiap individu, di mana pun di dunia, bahwa soft power diplomacy adalah ”soko guru” diplomasi yang memiliki jangkauan luas, jangka panjang dan tanpa batas.

Diplomasi tidaklah semata milik dan dilakukan pemerintah. Individu dan berbagai elemen masyarakat, utamanya pemuda, bahkan menjadi aktor penting yang dalam banyak hal mencetak hasil justru lebih hebat dari apa yang dilakukan elite pemerintah. Sebab aktor nonpemerintah memiliki pengaruh kuat, penetrasi menyeluruh dan efisien serta berakar ke bawah dan berpucuk ke atas. Ini adalah fakta tak terbantahkan dan menjadi andalan utama diplomasi publik yang Indonesia dan banyak negara lain terus kembang-tingkatkan dalam dunia yang semakin global dan bergerak dinamis siang malam.

Inchan, yang disebut di awal tulisan, menjadi istimewa karena menampilkan 70 pemuda internasional terpilih dari 46 negara, peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang ketika menginjakkan kaki di Indonesia memiliki pengetahuan sangat minim tentang negeri ini. Namun, mereka punya keinginan dan komitmen yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan untuk mendalami Indonesia. Dengan lancar dan membuat banyak orang terpukau, pemuda 20-30 tahun itu menyuguhkan gerak tari dan menggemakan nadanada lagu tradisional Indonesia.

Padahal, mereka hanya punya waktu tiga bulan belajar di berbagai sanggar seni Indonesia. Sementara sekitar 2.000 penonton pertunjukan seni budaya Indonesia itu adalah masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan dan sudut jalan, termasuk orangorang yang lahir dan besar di Indonesia yang sama sekali kaku menari, sumbang melagu dan timpang memainkan alat musik tradisional Indonesia. Inchan juga menjadi penting karena ajang pertunjukan seni budaya Indonesia itu sekaligus menandai penutupan BSBI, sebuah program tahunan pemerintah sejak dua belas tahun lalu. Dibuka di Jakarta dan ditutup di berbagai kota besar di daerah, yang tahun ini Yogyakarta dapat giliran.

Program ini telah melahirkan alumni 588 orang dari 56 negara. Pagelaran Inchan juga menjadi tonggak sejarah tahunan, karena dari sinilah dimulainya langkah baru perjalanan panjang promosi Indonesia di luar negeri dengan mengedepankan peran pemuda di negara-negara sahabat. BSBI melahirkan banyak sahabat Indonesia dan calon Indonesianist dengan energi baru dan wawasan Indonesia baru yang memang sangat kita perlukan di masa hadapan.

Setelah Inchan, peserta BSBI ”pulang kampung” ke negara masing-masing untuk kemudian berkiprah bersama, bagi dan untuk Indonesia serta negara mereka, bagi dan untuk dunia. Beberapa contoh terkini, setelah mengikuti program BSBI 2012, Renie Roos dari Belanda mendirikan Indonesia Netherlands Youth Society, bertujuan membangun pemahaman lebih baik dan mendorong komunikasi pemuda Belanda dan Pemuda Indonesia lebih dinamis. Sementara Brune Charvin dari Prancis, peserta BSBI 2013 membuat film dokumenter tentangPakarena, taritradisionalSulawesi Selatan untuk disiarkan di negaranya. Tahun ini sejumlah peserta BSBI menyatakan akan tinggal di Indonesialebihlamauntukmendalami seni dan budaya Indonesia, karena waktu tiga bulan tak cukup.

Konektivitas

Dalam hubungan antarbangsa dan upaya bersama menuju dunia lebih ramah, damai dan bersahabat, pemuda menjalankan peran sentraldanstrategis. Karenaitu, pemuda perlu diberi bekal cukup dan ruang gerak lebih luas untuk mengenal dan mengembangkan diri, berkarya dan mengabdi serta aktif dalam setiap kegiatan yang mendorong peningkatan pemahaman mereka tentang pentingnya hubungan dan kerja sama internasional. Dalam hubungan antarbangsa, pemuda adalah ”aset” dan ”aktor” kemajuan dunia beserta umatnya. Karena itu, konektivitas pemuda antar bangsa sangat penting, bahkan menentukan terutama dalam melanjutkan penataan baru, bahkan merajut kembali hubungan antar bangsa.

Masa depan dunia akan lebih banyak ditentukan pemuda sekarang yang kelak menjadi pemimpin dan pengendali kebijakan negara masing-masing. Ini yang kemudian menyentakkan Perdana Menteri Kanada, Brian Mulroney (1984-1993) yang secara khusus mendorong penyelenggaraan program pertukaran pemuda internasional melalui Canada World Youth (CWY) di bawah Canadian International Development Agency (CIDA). Kanada menyelenggarakan program pertukaran pemuda internasional dengan sekitar 50 negara termasuk Indonesia.

Dari program tersebut, telah lahir ratusan ribu sahabat muda Kanada di berbagai kawasan dunia yang terkoneksi dengan baik dengan Kanada. Indonesia memberikan perhatian besar terhadap pembangunan dan kemajuan pemuda dengan menyelenggarakan berbagai program dan pelatihan, selain pendidikan formal tentunya. Dalam membekali pemuda dengan wawasan dan pengetahuan internasional, banyak program berorientasi luar negeri diselenggarakan baik oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Luar Negeri maupun lembagalembaga nonpemerintah. Misalnya pertukaran pemuda Indonesia dengan Kanada, Australia, Tiongkok, Malaysia, Kapal ASEAN dan Jepang, pengiriman siswa dan mahasiswa berprestasi Indonesia ke luar negeri, dan Duta Belia. Sebagian besar alumni program tersebut kini tersebar luas di berbagai pelosok Tanah Air, di desa dan di kota, di gunung dan daerah pesisir. Mereka mengabdi menjadi pemimpin, penggerak, inisiator dan kontributor dalam denyut pembangunan kemajuan bangsa, baik pada tataran nasional maupun internasional.

Disisilain, Indonesiataksemata hanya fokus pada upaya meningkatkan peran dan kualitas sekitar 70 juta pemuda bangsa kita. Di seberang laut sana, di negara-negara sahabatkita, banyaksekalipemuda dan tokoh terkemuka yang berpotensi menjadi sahabat Indonesia. Mereka jadi sasaran lirikan dan perhatian kita. Berbagai program pemuda dan mahasiswa kita selenggarakan pula, antara lain program BSBI, Darmasiswa, pertukaran pemuda luar negeri dan Presidential Friends of Indonesia (PFoI) .

Duta Muda

Sekitar 80.000 pemuda Indonesia saat ini belajar di berbagai negara. Jumlah itu naik dari tahun ke tahun. Di Eropa saja, tahun 2013 meningkat 30% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan sama juga terjadi di Amerika Serikat, 30% juga, meski saat krisis ekonomi 1998 jumlahnya menurun tajam menjadi separo. Selain kuliah sebagai tugas utama di kampus yang tentunya harus diselesaikan tepat waktu, mahasiswa adalah juga soft power diplomacy Indonesia yang memperkenalkan sekaligus mempromosikan Indonesia di lingkungan masingmasing.

Sebagian mahasiswa telah melakukan peran tersebut amat baik, terutama di Eropa, Amerika Utara, dan beberapa negara Asia melalui pertunjukan seni budaya, ceramah, diskusi, dan pameran. Bahkan, 40 mahasiswa Harvard University, Massachusetts Institute of Technology, dan Tufts Fletcher School of Law and Diplomacy Amerika Serikat yang datang ke Jakarta dan menyelenggarakan Asia Leadership Trek III bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri tanggal 25 Juni 2014 minggu ini, merupakan salah satu bukti nyata mahasiswa Indonesia di luar negeri bekerja keras, berpromosi dan berdiplomasi setidaknya di kampus.

Sebab, sebagian mereka itu adalah mahasiswa Indonesia. Karena itu, kita menaruh harapan besar agar pemuda mahasiswa Indonesia di luar negeri lebih meningkatkan peranan dalam mempromosikan Indonesia. Andai saja 50% dari total mahasiswa Indonesia itu berperan mempromosikan Indonesia, berarti ada 40.000 orang duta muda kita yang menopang Perwakilan RI di luar negeri mempromosikan Indonesia. Ini perlu menjadi pemikiran serius agenda kita ke depan, agar kesadaran mahasiswa Indonesia di luar negeri lebih ditumbuhkembangkan bahwa mempromosikan Indonesia adalah bagian dari tugas dan misi bangsa yang harus mereka lakukan tanpa pamrih. Jumlah mereka luar biasa besar dibanding jumlah mahasiswa asing yang ada di Indonesia, yang juga merupakan sahabat bangsa yang diharapkan mempromosikan Indonesia di luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar