Rabu, 23 Juli 2014

Adiksi Sistem Otomatis

                                             Adiksi Sistem Otomatis

Chappy Hakim  ;   Senior Pilot, Airline Transport Pilot License (ATPL) No 2391
KOMPAS,  19 Juli 2014
                                                


TANGGAL 8 Maret 2014, pesawat B-777-200ER Malaysia Airlines MH370 tujuan Beijing lenyap tidak berbekas setelah kehilangan kontak dengan petugas pengawas lalu lintas udara. Pesawat itu belum satu jam take off dari Kuala Lumpur International Airport. Keberadaan pesawat beregistrasi 9M-MRO dengan 12 awak Malaysia dan 227 penumpang dari 14 negara tersebut tidak diketahui hingga kini.

Pemerintah Malaysia tanggal 24 Maret memperoleh penjelasan dari British Air Accidents Investigation Branch bahwa pesawat naas itu diduga kuat jatuh di selatan Lautan Hindia, sebelah barat Kota Perth, Australia. Sampai sekarang tidak ditemukan reruntuhan kerangka pesawat dan juga tidak diketahui pasti lokasi terakhir MH370.

Tanggal 6 Juli 2013, pesawat B-777-200ER Asiana Airlines flight 214 kecelakaan saat mendarat di San Francisco International Airport. Tiga orang meninggal, 181 luka-luka, dan 304 lainnya selamat.

The New York Times (24/6) memuat penjelasan National Transportation Safety Board (NTSB) tentang kecelakaan tersebut. Menurut NTSB, kecelakaan terjadi karena pilot terlalu mengandalkan mekanisme pengendalian otomatis, yang sebenarnya tidak dia kuasai dengan baik.

Sistem otomatis

NTSB juga berpendapat bahwa kecelakaan itu telah memunculkan pertanyaan besar terhadap sistem otomatis yang seharusnya meningkatkan keamanan terbang dan membantu penerbangan jarak jauh karena menurunkan basic pilot skills. Saat itu pilot terpaksa mendarat manual karena alat bantu pendaratan otomatis di San Francisco International Airport tidak berfungsi.

Bureau d’Enquetes et d’Analyses pour la Securite de l’Aviation Civile (BEA), badan sejenis NTSB Perancis yang bermarkas di Le Bourget, dan DSB (Dutch Safety Board), biro keamanan penerbangan sipil Belanda, menyimpulkan, masalah otomatisasi pilot adalah salah satu penyebab kecelakaan pesawat terbang.

Kedua badan penyelidik ini pula yang mengetengahkan diskusi mendalam dengan pihak National Safety Board mengenai automation addiction sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Federal Aviation Administration (FAA) baru saja mengeluarkan laporan setebal 279 halaman yang merupakan hasil penelitian panjang dari satu kelompok kerja mengenai Pilots Addicted to Automation. Dikatakan antara lain sebagai berikut, ”The FAA report stresses the risk that future accidents could occur as commercial airline pilots become overly reliant on automated computer systems in the cockpit and lose their hands-on, manual flying skills.” 

Kebiasaan yang terlalu mengandalkan sistem otomatis telah menarik perhatian para ahli sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Automatic pilot telah membuat penerbangan secara umum menjadi lebih aman, tetapi seiring dengan itu, ketergantungan yang sangat besar terhadap sistem otomatis di kokpit akan sangat membahayakan.

Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) telah membiayai satu penelitian di Iowa University yang memakan waktu tiga tahun lebih dalam masalah hubungan pilot, sistem otomatis, dan kecelakaan pesawat terbang.

Dr Thomas ”Mach” Schnell yang memimpin tim riset menjelaskan hasil penelitiannya bahwa ketergantungan yang berlebihan terhadap sistem otomatis telah menurunkan dan banyak mengganggu konsentrasi pilot dalam menerbangkan pesawat.

Dia juga mengatakan bahwa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pilot modern telah menjadi sangat tergantung kepada sistem otomatis di kokpit.
Studi tersebut juga telah menemukan bahwa 60 persen dari kecelakaan ternyata disebabkan oleh kesalahan dalam mengoperasikan Flight Management 
Computer.

Untuk hal ini, Michael Huerta, Administrator FAA, telah menyerukan kepada seluruh maskapai penerbangan untuk segera meningkatkan lagi training pilot mereka dengan fokus ketergantungan pada sistem otomatis di kokpit.

Perlu koreksi

Jarum jam tidak bisa diputar terbalik, era penerbangan otomatis memang akan tetap berlanjut dengan segala tantangan yang akan dihadapi. Namun, beberapa koreksi penting harus dilakukan demi keamanan terbang.

Penyelidikan dan penelitian serius yang mendalam dari institusi yang sangat kredibel pada dunia penerbangan internasional telah menunjukkan bahwa automation addiction telah terbukti dapat membahayakan penerbangan.

Isu tentang automation addiction ternyata sama sekali bukan omong kosong, tetapi sudah menjadi bahan studi dan penelitian yang sangat serius di NASA, Iowa University, FAA, NTSB, dan institusi lainnya di Eropa.

Kembali pada belum adanya kabar tentang pesawat supermodern B-777-200ER Malaysia Airlines MH370 tentunya masih mengundang tanda tanya besar, apa gerangan yang telah terjadi.

Apakah ada yang salah pada Boeing 777-200ER? Apakah memang ada faktor seperti yang ditunjukkan dari sebagian hasil penelitian panjang yang telah dilakukan oleh NASA di Iowa University, FAA, dan NTSB?

Semoga yang terbaik yang diterima para keluarga penumpang MH370.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar