Sabtu, 26 Juli 2014

Salam Tiga Jari

                                                       Salam Tiga Jari

Agus Dermawan T  ;   Pengamat Budaya dan Seni
KORAN TEMPO, 24 Juli 2014
                                                


Atas lukisannya yang amat terkenal, Guernica (1937), Picasso (1881–1973) berkata, "Saya adalah manusia yang selalu mencari sisi positif seseorang. Saya selalu ingin menggambarkan bagian-bagian yang baik saja dari setiap pribadi manusia. Dengan begitu, lukisan Guernica adalah petunjuk kegagalan saya dalam menemukan sisi-sisi baik yang saya maksudkan itu. Guernica adalah tanda bahwa saya baru mampu melihat kecelakaan besar kemanusiaan."

Dunia tahu bahwa Guernica adalah mahakarya yang menggambarkan perang habis-habisan warga sipil di Spanyol pada pertengahan 1930-an. Pertikaian tanpa tentara itu menghasilkan teriakan pedih membahana. Ratusan orang mati dan darah mengalir bagai air kali. Syahdan, neraka ini bermula dari perbedaan politik dua kubu masyarakat, yang menyebabkan setiap kelompok tak henti berusaha mengepruk dan mengalahkan. Dan setiap persona diganggu oleh nafsu untuk tak henti mengolok-olok di segala sisi jalan. (Sebelum media sosial dan setiap gadget mengakomodasi olok-olok semacam ini pada zaman sekarang). Guernica adalah lawan kata dari keinginan Picasso untuk selalu menggambarkan sisi-sisi baik manusia.

Picasso memang hadir sebagai "penasihat moral sosial-politik" pada abad ke-20. Iktikad untuk senantiasa melukiskan "sisi-sisi baik" adalah rumus utamanya. "Kita punya lawan yang menyimpan sekarung kebaikan. Kita punya kawan baik yang punya beberapa bungkus keburukan," kata ribuan karyanya. Puncak dari perhelatan pikiran positif itu adalah lambang perdamaian yang ia cipta, dan lantas dipakai lembaga sosial-politik seluruh dunia sepanjang masa. Lambang itu berupa burung merpati putih.

Sang lambang diciptakan ketika Picasso diminta untuk membuat poster Congres Mondial Des Partisans de la Paix (Kongres Dunia Pejuang Perdamaian) yang disponsori oleh Partai Komunis Prancis, pada April 1949. Di situ ia mempresentasikan secara realistis seekor merpati putih dalam teknik litografi. Lalu, atas berbagai karya yang selalu menjunjung "sisi-sisi baik manusia", Picasso dinobatkan sebagai salah satu dari "100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah" oleh Michael H. Hart. Namanya bersanding dengan Nabi Muhammad SAW, Isaac Newton, Copernicus, dan Yesus.

Seniman adalah pencari dan pemanifestasi hal-hal baik! Bertolak dari Picasso, kita boleh teringat kepada para seniman Indonesia yang riuh berpartisipasi dalam pemilihan presiden tempo hari. Dalam acara ini rumah besar seniman terbelah dua.

Kini, setelah 22 Juli, dua pasang manusia baik itu selesai berkompetisi. Ada belahan seniman yang kalah, ada belahan seniman yang menang. Namun nurani seniman sejati akan mengatakan bahwa kemenangan pasangan manusia baik bisa terjadi lantaran dihantar oleh manusia baik yang kalah. Sementara itu, filsafat kesenian bertutur: kebaikan tidak pernah kalah, meski ia bukan pemenang.

Dari sini kita sah berangan, alangkah indah jika kedua kelompok seniman pengusung para manusia baik itu segera kembali menyatukan rumah besarnya. Mereka kemudian bersama-sama membuat perhelatan seni yang menjunjung dua pasang manusia baik itu dalam satu panggung: "Perhelatan Seni Salam Tiga Jari", misalnya. Apabila perhelatan ini terjadi, Picasso di surga mungkin akan tersenyum berseri-seri. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar