Rabu, 22 April 2015

Memanfaatkan Peluang 60 Tahun KAA

Memanfaatkan Peluang 60 Tahun KAA

Maxi Gunawan  ;   Ketua Komite Tetap
Hubungan Kerja sama Lembaga Internasional Kadin Indonesia
MEDIA INDONESIA, 21 April 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

PADA bulan ini, Indonesia punya hajatan besar, yaitu menjadi tuan rumah peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta dan Bandung. Gegap gempita acara ini seolah mengulang peristiwa yang digagas Bung Karno 60 tahun yang lalu.

Konferensi Asia Afrika yang kemudian menjadi cikal bakal gerakan negara-negara nonblok itu, faktanya lebih banyak mempunyai efek politik ketimbang ekonomi.

Buktinya ialah sebagian negara anggota KAA yang hadir pada 60 tahun yang lalu sampai sekarang terus berusaha membangun, agar semakin eksis menjadi negara yang tak cukup berstatus `berkembang', tapi menjadi `negara maju'.
Diakui atau tidak, Indonesia sang tuan rumah termasuk dalam kategori negara yang sedang menuju ke sana.

Dilatarbelakangi kenyataan itulah berbarengan dengan pergelaran peringatan 60 tahun KAA, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) menyelenggarakan Asia Africa Business Summit yang akan dilangsungkan di Jakarta, pada 21-22 April. Sebuah acara yang patut kita apresiasi. Kini dan ke depan, Kadin memang harus proaktif menjadikan Indonesia setara dan sejajar dengan negara-negara lain dalam perekonomiannya, sehingga menjadikan bangsa ini sejahtera.

Para pelaku usaha anggota Kadin harus semaksimal mungkin memanfaatkan Asia-Africa Business Summit, sebab event seperti ini belum tentu bisa digelar setiap tahun. Mengapa saya mengatakan para pelaku usaha perlu proaktif, termasuk para pengusaha atau anggota Kadin yang ada di daerah?
Agar tidak kehilangan momentum yang tepat, untuk menjadi salah satu negara yang layak diperhitungkan di pentas perekonomian dunia.

Pemerintahan Joko Widodo dan Kadin perlu menambah dan memberikan pembobotan, agar spirit entrepreneurship dan dunia usaha tetap bergairah.
Saya percaya suasana kebatinan ini akan terus terkawal, sehingga Kadin ke depan bisa diandalkan sebagai mitra tangguh bagi pemerintah dalam menggalakkan ekspor, meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk penguatan daya saing produk dalam negeri.

Sedikitnya 29 negara mengirimkan wakilnya dalam KAA 60 tahun yang lalu. Dari ke-29 negara tersebut, ada empat negara yang ekonominya kini melesat dengan pesat, yaitu Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan. Empat negara ini selayaknya kita jadikan mitra bisnis untuk memajukan perekonomian kita, sebab selain punya SDM yang berkualitas, mereka juga menguasai teknologi.

Namun, yang juga tidak boleh dilupakan, yakni sebagian negara yang kini tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga telah maju beberapa langkah mendahului Indonesia. Beberapa di antaranya ialah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

MEA merupakan bentuk konkret dari impian negara-negara yang berada di kawasan ASEAN, untuk mengintegrasikan ekonominya di kawasan Asia Tenggara.

Oleh sebab itu, para pengusaha yang tergabung dalam Kadin harus menengok keberadaan MEA. Diharapkan nantinya, MEA juga akan ikut mewarnai wajah perekonomian dunia.

Sebagian besar anggota Kadin ialah para pemain usaha kecil menengah (UKM). Kadin selama ini memang telah berhasil menjadi `tuan rumah' di negeri sendiri. Agar bisa eksis di kawasan ASEAN sebe lum mengglobal di kancah dunia, kemampuan daya saing UKM mau tidak mau harus ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemam puan, keuangan, serta teknologi.

Kadin tidak berdaya kalau tidak berjalan beriringan dengan pemerintah. Sebaliknya, pemerintah juga perlu partner. Sebenarnya kita memiliki potensi di dunia usaha, tapi sayangnya kita masih asing di negeri sendiri. Ke depannya, sudah tentu Kadin harus bisa menjadi lokomotif utama bagi dunia usaha dan bisa menangkap peluang usaha, investasi dan media usaha bagi siapa pun.
Keberadaan MEA ialah momentum yang strategis bagi kita, untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan produk-produk unggulan kita dengan berbasiskan data yang akurat dan terukur.

Faktanya, kita punya keunggulan di bidang pertanian, perikanan, dan perkebunan. Kita bisa lebih dulu konsentrasi di sektor ini. Memanfaatkan momentum MEA, Indonesia harus bekerja keras untuk membangun bangsa dan negara lewat sektor-sektor unggulan ini.

Tahun 2015, menurut saya, merupakan saat yang tepat bagi dunia usaha dan juga pemerintahan baru untuk sadar informasi menyangkut dunia usaha. Kadin harus bisa menjadi jembatan kukuh yang mampu menghubungkan antara kebutuhan pemerintah dan kebutuhan dunia usaha.

Kadin bukan wadah politik, melainkan wadah dunia usaha. Namun, Kadin juga selayaknya paham politik, asal tidak larut ke dalam politik praktis, lalu terjerumus menjadi underbouw partai politik.

Para anggota Kadin tetap diberi kebebasan untuk memilih, termasuk dalam memilih dunia usaha yang di dalamnya terdapat begitu banyak peluang.
Jika potensi dan produk unggulan Indonesia ingin mengglobal, Kadin tidak bisa menjebakkan diri atau puas hanya berusaha di `kampung halamannya' sendiri.

Gegap gempita 60 tahun KAA dan kegiatan yang mengikutinya (Asia Africa Business Summit) dan MEA harus dapat kita jadikan suatu momentum yang baik bagi Indonesia, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sesungguhnya kita mampu eksis tidak saja di bidang politik, tapi juga ekonomi. Saya amat yakin, Bung Karno 60 tahun lalu menggagas pertemuan akbar KAA di Bandung tidak semata-mata bertujuan politis, tapi juga ekonomis agar sila kelima dari Pancasila “keadilan sosial bagi rakyat Indonesia“ (bisa juga bermakna kesejahteraan bagi bangsa ini) bisa segera terealisasi.

Di saat kita menjadi tuan rumah peringatan 60 tahun KAA, usia kemerdekaan negeri kita pada Agustus nanti 70 tahun. Usia yang sama juga dialami Korea Selatan. Tahun ini, rakyat Korsel juga memperingati hari kemerdekaannya yang ke-70. Sama-sama 70 tahun merdeka, tapi prestasi ekonomi dan tingkat kesejahteraan kedua negara sungguh sangat berbeda.

Negeri ini telah mampu menjadi negara industri berteknologi tinggi, padahal sumber daya alam dan SDM mereka terbatas. Harus diakui, bahwa etos kerja dan semangat belajar bangsa Korsel tinggi.

Kita punya potensi luar biasa, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kita punya banyak pengusaha, meskipun jumlahnya belum massal seperti di negara lain. Kadin, termasuk para pengusaha yang selama ini telah eksis di daerah, ke depan harus bisa menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia.

Semoga Asia-Africa Business Summit dan MEA bisa menjadi motivator bagi para pelaku dunia usaha untuk bangkit menjadikan Indonesia hebat.

Konkretnya, semua komponen dalam Kadin selayaknya bahu-membahu membangun kekuatan, sehingga negeri ini bisa memberikan kontribusi bagi negara dan dunia. Peringatan 60 tahun KAA dan MEA harus bisa dijadikan semua komponen bangsa ini, untuk membuang ego sektoral dan menggantinya dengan kerja keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar