Minggu, 27 September 2015

Kepercayaan Strategis

Kepercayaan Strategis

Rene L Pattiradjawane  ;  Wartawan Senior Kompas
                                                     KOMPAS, 23 September 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Selama hampir 500 tahun, aktivitas global dalam politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial-budaya terkonsentrasi di Lautan Atlantik, menghubungkan Amerika Utara dan benua Eropa. Pada abad ke-21, keseluruhan aktivitas global bergeser ke Lautan Teduh, nama yang diberikan penjelajah Portugis, Ferdinand Magellan, bagi Samudra Pasifik pada 1520.

Pergeseran geopolitik global ke Pasifik ditandai kunjungan kenegaraan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping ke Amerika Serikat hari ini untuk bertemu Presiden AS Barack Obama. Agenda Xi Jinping di AS termasuk pidato di depan sidang PBB merayakan berdirinya 70 tahun organisasi dunia tersebut.

Bagi Obama, Xi Jinping bukan orang asing. Sejak Xi Jinping menjabat wakil presiden tahun 2012, ia sudah bertemu Obama di Gedung Putih. Tahun 2013, kedua pemimpin kekuatan ekonomi global ini bertemu secara informal di Sunnylands, California. Pada 2014, keduanya bertemu kembali di KTT APEC di Beijing dan mengumumkan ambisi bersama untuk mengurangi emisi karbon sebagai sumbangsih terhadap persoalan perubahan cuaca global.

Dibandingkan dengan pertemuan Obama-Xi sebelumnya, pertemuan AS-Tiongkok kali ini sangat krusial dan penting membahas isu-isu global, termasuk isu bilateral kedua negara. Belum pernah dalam sejarah diplomasi global yang sangat panjang, kita melihat pentingnya hubungan Washington-Beijing.

Pentingnya hubungan AS-Tiongkok tecermin dalam angka-angka perdagangan kedua negara ini. Pada 2014, total perdagangan bilateral kedua negara mencapai 555,1 miliar dollar AS, investasi dua arah mencapai 120 miliar dollar AS, dan pertukaran kunjungan warga negara keduanya mencapai 4,3 juta orang. Selain memiliki perjanjian kota kembar dan persahabatan antarprovinsi yang mencapai 220 pasang, kedua belah pihak juga telah memberlakukan kebijakan visa masuk ganda (multiple entry) yang berlaku selama 10 tahun.

Dalam sejarah dunia, belum pernah kita melihat hubungan bilateral yang sangat rumit seperti hubungan AS-Tiongkok dalam menjaga stabilitas satu sama lain. Kesetimbangan AS-Tiongkok dengan tradisi sejarah dan budaya yang berbeda serta sistem politik terbesar di dunia yang bertolak belakang menjadi krusial bagi kelangsungan globalisasi ketika interaksi nirbatas mampu mengucilkan batas-batas politik geografi serta menghasilkan perubahan krusial menghadirkan dan mendorong beragama inovasi bagi kepentingan umat manusia.

Kita melihat ada beberapa faktor krusial yang perlu disimak secara bersama. Pertama, kehadiran budaya harmonisasi (hexie wenhua) sebagai plaform dasar kebijakan Tiongkok menghadapi perubahan dunia yang tidak memiliki preseden dibandingkan dengan abad sebelumnya. Ketika Tiongkok secara unilateral melakukan devaluasi, tidak ada yang mengira bahwa dampak yang ditimbulkan sangat masif ketimbang tujuan semula mereka mendorong ekspor secara kompetitif.

Kedua, akibat kemajuan teknologi komunikasi informasi, dunia bergerak mencari model alternatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin rumit serta menjadikan aset terlalu mahal untuk dimiliki dan kelebihan kapasitas atas barang dan jasa menjadi mubazir. Di Indonesia kita mengenal namanya ekonomi gotong royong, dalam skala global orang mulai berbicara tentang ekonomi berbagi (sharing economy).

Pertemuan Obama-Xi setidaknya akan menghadirkan beberapa klarifikasi sebagai aspek positif dalam membangun kepercayaan strategis AS-Tiongkok. Dan, kita berharap, hubungan baru antarnegara besar, seperti AS-Tiongkok, mampu membawa interaksi positif bagi kerja sama yang saling menguntungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar