Selasa, 22 Desember 2015

Seni, Arsitektur, Alam

Seni, Arsitektur, Alam

Bre Redana  ;  Penulis Kolom “UDAR RASA’ Kompas Minggu
                                                      KOMPAS, 20 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana gelap datang dan hitam tercipta? Mempertimbangkan hubungan antara seni, arsitektur, alam, kehidupan, arsitek Tadao Ando dan seniman James Turrell menciptakan ruangan di Chichu Art Museum di pulau Naoshima, Jepang, yang membawa orang bukan saja pada pengalaman visual, fisik, tapi pikiran, dan kemudian roh.

Dengan harus melalui reservasi, pengunjung museum dibawa ke program Open Sky. Program ini berlangsung 45 menit petang hari menyongsong jatuhnya malam.

Akhir November lalu yang berarti awal musim dingin, petang datang lebih cepat di Naoshima. Persis pukul 17.00 kami dibimbing masuk ruang segi empat, dengan kemiringan dinding yang memungkinkan orang duduk bersandar dan dengan nyaman melihat ke atas, pada atap bolong, mengkonfigurasi langit awan angkasa.

Dalam dingin dan keheningan musim dingin, detik demi detik merangkak. Tak ada suara, kecuali Anda mampu memaknai, bahwa jeda atau hening itu pun adalah bagian dari bunyi. James Turrell, seniman Amerika yang sangat teliti memperhitungkan cahaya dalam seni visualnya, mengendalikan cahaya lembut, kadang kehijauan, oranye, merah jambu, putih, merespons bayangan malam yang melindap.

Lama-lama, kami terbiasa dengan angkasa yang meremang. Pandangan kami menjadi lebih tajam. Satu noktah bintang kami mampu melihatnya, sebelum muncul bintang-bintang lain dengan nyala lebih terang berpendar-pendar.

Melalui pengalaman ruang dari sebuah arsitektur yang percaya pada proses penjadian alam, bahwa pada mulanya adalah cahaya, kami menjadi tersadar, dari mana datangnya hitam. Kurang lebih: dari terang turun ke gelap. Lalu dari mana datangnya putih, dari arsitektur yang hanya menghadirkan paduan warna hitam-putih?

Mungkin itulah yang hendak disampaikan oleh kolaborasi seni dan arsitektur di Chichu Art Museum: kalau hitam tercipta dari proses terang turun ke gelap, maka putih tercipta dari hitam menuju ke Yang Maha Pencipta.

Arsitektur dalam hal ini bukan lagi urusan bagaimana menciptakan bangunan magrong-magrong, apa-apa ada, superblock, one stop living, dan macam-macam istilah yang digunakan oleh para pengembang. Sebagaimana puncak peciptaan seni, seni yang baik bukan sekadar seni yang mampu menghadirkan impresi demi membuat orang terpesona (dan beli), tetapi bagaimana membawa orang menuju pengalaman estetik menyingkap keindahan semesta.

Naoshima merupakan pulau kecil, sekitar sembilan jam dari Tokyo dengan naik kereta supercepat, ditambah naik kereta biasa beberapa kali ganti di kota-kota kecil, sebelum sampai pelabuhan penyeberangan yang akan membawa kita ke pulau itu.

Tadinya Naoshima pulau sederhana, berikut bangunan-bangunan kuno berusia ratusan tahun yang dihidupi penduduk kampung dari generasi ke generasi. Kemudian, sebuah yayasan yang bergerak di dunia pendidikan mencoba merevitalisasi pulau itu, menjadikannya sebagai antithese dari metropolitan yang bising seperti Tokyo.

Sejak awal digulirkannya proyek ini sekitar 25 tahun lalu, arsitek Tadao Ando terlibat, dengan membangun Benesse House Museum, Oval, Minamidera, serta Chichu Art Museum tadi. Di samping itu, masih ada lagi pemanfaatan lanskap untuk karya-karya di ruang terbuka, memajang karya seniman-seniman ternama, seperti Yayoi Kusama, Niki de Saint Phalle, Walter De Maria, serta banyak lagi.

Pada zaman ini, dunia arsitektur dan tata ruang lebih banyak dikuasai oleh pemodal untuk kepentingan dagang. Lihat di televisi itu. Mereka memasarkan hunian mewah seperti menjual pisang goreng, tanpa tenggang rasa. Mereka tak ambil peduli dengan implikasi ruang yang mereka ciptakan. Bahwa space, ruang, di tangan arsitek bisa menjelma sebagai masterpiece, sebaliknya juga bisa menjadi bencana sosial.

Naoshima adalah tempat ziarah seni dan arsitektur. Di situ arsitek dan seniman menciptakan ruang internal manusia, untuk menyadari: tak ada yang lebih menakjubkan dari karya Ilahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar