Kamis, 24 Desember 2015

Telling Islam to the World

Telling Islam to the World

Shamsi Ali  ;  Imam Besar Mesjid New York; Presiden Nusantara Foundation USA
                                                  REPUBLIKA, 22 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Tidak dapat disangkal jika dunia kita sekarang mengalami pengecilan. Dengan kata lain, dari hari ke hari dunia ini terasa semakin sempit. Serasa jika semua manusia hidup dalam sebuah rumah bersama.

Pengecilan dunia ini disebabkan, antara lain, oleh alat transportasi dan telekomunikasi yang super speedy. Kecepatan lalu lintas telekomunikasi ini mengingatkan kita akan kehebatan ilmuwan di zaman Nabi Sulaiman AS yang mampu memindahkan takhta Ratu Bilqis, bahkan lebih cepat dari kedipan mata manusia.

Dunia yang seperti ini menjadikan lalu lintas informasi juga begitu dahsyat dalam hiruk-pikuknya. Apa yang terjadi di sebuah kampung terpencil di sebuah negara dengan mudah dan cepat diketahui oleh orang lain di kampung atau kota lain nun jauh di seberang sana.

Suasana seperti ini kemudian menyadarkan kita tentang informasi mengenai Islam di luar sana. Penyebaran informasi mengenai Islam begitu dahsyat dan cepat. Bahkan, menerobos setiap sudut dan penjuru dunia kita.

Sayangnya memang, karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh umat ini, khususnya media, pada galibnya yang menyebar cepat mengenai agama ini adalah wajah distorsi tentangnya. Baik itu melalui media maupun melalui cara-cara lainnya.

Kenyataan ini menyadarkan akan tanggung jawab kita untuk ikut dalam menentukan "warna" wajah Islam ke seluruh dunia. Artinya, umat ini harus mampu mengambil alih kendali dalam menentukan bentuk wajah Islam yang menembus pelosok-pelosok dunia saat ini.

Islam di dunia, khususnya di dunia Barat pasca-9/11 menjadi agama dengan perkembangan terpesat. Peristiwa serangan teroris di Amerika Serikat dengan jatuhnya WTC ternyata tidak seperti yang disangkakan banyak orang. Bahwa serangan WTC itu sesungguhnya adalah wujud "kuburan dakwah" di Amerika Serikat.

Justru sebaliknya, peristiwa kemanusiaan itu ternyata menjadi awal momentum kebangkitan kembali dakwah di Amerika dan Barat secara umum. Menurut estimasi yang ada, orang-orang Amerika yang memeluk agama ini pasca-9/11 naik minimal empat kali lipat dibandingkan sebelum peristiwa itu.

Saya pribadi sebagai saksi hidup dari serangan itu juga sekaligus menjadi saksi hidup dan bahkan pelaku di lapangan dalam pengembangan Islam. Berbondong-bondong manusia mencari, mempelajari, dan bahkan menerima Islam sebagai jalan hidup dan keselamatannya.

Namun bagi saya pribadi, perkembangan Islam di Amerika tidak saja dilihat dari sudut kuantitasnya. Yang lebih penting lagi adalah sudut kualitasnya.

Jika sebelum tragedi WTC, yang memeluk agama ini rata-rata di penjara-penjara Amerika. Mereka mantan kriminal yang relatif tidak berpendidikan dan bahkan pengangguran. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana rendahnya kualitas manusia yang menerima Islam saat itu.

Akan tetapi, setelah peristiwa 9/11 yang masuk ke agama ini rata-rata anak muda, terdidik, dan profesional. Sehingga dari sudut pandang SDM Muslim Amerika semakin menggembirakan dan membanggakan.

Kenyataan akan dunia global di atas, sekaligus realitas jika Islam memang secara alami adalah agama global, umat harus menyadari akan tanggung jawab globalnya. Yaitu, membangun komitmen untuk membawa Islam ini ke seluruh pelosok alam untuk mewarnai kehidupan manusia di seluruh dunia.

Kewajiban inilah sesungguhnya yang disadari oleh Nusantara Foundation sehingga bersama-sama dengan Dompet Dhuafa, Urban Syiar, Elhijab (Elzatta), Fadhly (Padi Group), dan banyak lagi partner, termasuk Tali Foundation dan Insan Cendekia Madani, serta Darul-Qur'an, dan lain-lain, menginisiasi sebuah gerakan global dengan nama "Telling Islam to the world".

Gerakan ini telah lama saya pribadi jalani di dunia Barat, khususnya di Amerika. Tapi, sadar akan tanggung jawab yang lebih besar sekaligus tantangan yang semakin kompleks, semakin juga terasa perlunya gerakan bersama dan kebersamaan dalam mengusung tanggung jawab ini.

Gerakan menyebarkan Islam ke seluruh dunia ("telling Islam to the world") kini telah resmi diluncurkan di Jakarta pada 18 Desember 2015. Namun, implementasi awal dan utama akan digerakkan dari New York. Mengapa Jakarta dan New York?

Peluncurannya di Jakarta, ibu kota Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Tentu disadari atau tidak, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan Islam yang sesungguhnya. Yaitu, Islam yang berwajah antitesis dengan wajah Islam yang dipersepsikan oleh dunia Barat saat ini.

Apalagi, memang Indonesia adalah negara dengan penduduk yang berkarakter akhlaqul karimah Islam. Karakter yang ramah, bersahabat, rendah hati, mengedepankan harmoni dan kerja sama di atas kebencian dan konflik serta gotong royong atau kerja sama.

Nusantara sebagai eksekutor gerakan ini berpusat di kota New York, Amerika Serikat. Kota yang seringkali dijuluki sebagai jantung dunia atau ibu kota dunia. New York adalah rumah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Wall Street. New York adalah kota yang menjadi "target" serangan antiperadaban (terorisme) tahun 2001.

Dengan menampilkan Islam yang berkarakter Indonesia dari Kota New York dimaksudkan, antara lain, pertama, bahwa Islam itu memang benar-benar agama dunia (global). Kedua, menghadirkan Islam yang secara langsung menjawab tuduhan jika Islam adalah inspirasi serangan 9/11.

Oleh karena itu, gerakan "telling Islam to the world" adalah gerakan yang akan mempertemukan antara Jakarta dan New York (connecting Jakarta to New York) dengan sinar Islam. Bahwa Islam yang sejati adalah yang berkarakter rahmatan lil-alamin. Islam yang seperti itu yang dirindukan oleh dunia kita saat ini. Cahaya ini pulalah yang digerakkan dari jantung dunia global kita (New York), Amerika Serikat.

Gerakan ini adalah mimpi. Mimpi besar yang tampaknya jauh dalam pandangan mata kasat. Akan tetapi, mimpi bagi kita yang tersadarkan adalah kenyataan. Apalagi jika memang mimpi itu dilihat dengan pandangan mata hati.

Maka itu, saya mengajak kita semua untuk menghadirkan mimpi ini dalam komitmen kita. Pandanglah mimpi ini dengan senyuman. Karena dengan pandangan hati akan tampak masa depan Islam yang sedang tersenyum. Alhamudulillah wallahu akbar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar