Kamis, 25 Februari 2016

Duduk Bicara Meredakan Ketegangan

Duduk Bicara Meredakan Ketegangan

Rene L Pattiradjawane ;   Wartawan Senior Kompas
                                                     KOMPAS, 24 Februari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Situasi keamanan di kawasan Asia menjadi tegang, tidak hanya karena penempatan rudal darat-ke-udara HQ-9 di Pulau Woody di kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS), tetapi juga ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea setelah Korea Utara uji coba ledakan nuklir bawah tanah dan peluncuran satelit yang dilakukan pada awal bulan ini.

Ada kekhawatiran ketegangan ini berubah menjadi konflik terbuka ketika pihak-pihak yang bersengketa, baik di gugusan Kepulauan Paracel maupun Semenanjung Korea, tidak berhasil mencapai titik temu menghadapi ketegangan ini. Berbagai kecaman yang muncul di Beijing, Washington, Tokyo, Seoul, dan Pyongyang menunjukkan konflik berkepanjangan merebut lingkup pengaruh di Asia meningkat secara dramatis.

Menlu Wang Yi dijadwalkan bertolak ke Washington untuk berbicara dengan AS menghadapi situasi baru di LTS dan Semenanjung Korea. Bersamaan dengan kecaman dilontarkan berbagai pihak, terjadi peningkatan aktivitas militer, dari LTS ke arah utara di Jepang dan Korsel yang menjadi seteru Korut.

Situasi ini memberikan warna baru konflik Semenanjung Korea ketika Tiongkok tidak mau bertindak atas uji coba nuklir dan peluncuran satelit Korut. Berbagai sanksi dan kecaman tertuju kepada Pyongyang, mulai dari pembekuan rekening bank Korut di Tiongkok, dihentikannya aktivitas industri di kawasan Kaesong yang mempekerjakan 54.000 buruh Korut, mengoperasikan 126 perusahaan Korsel, serta penempatan pengebom B-52, F-22, dan rudal pertahanan mandala THAAD (Terminal High-Altitude Area Defense).

Kita khawatir kesalahan membaca situasi dan kondisi tegang di Semenanjung Korea akan memicu konflik terbuka, menghadapi ancaman perang yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya. Ada beberapa faktor perlu disimak secara saksama.

Pertama, tidak bisa disangkal perekonomian Tiongkok dalam masalah dengan laju pertumbuhan melambat yang bisa menjadi ancaman serius bagi pasar global. Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan Kamar Dagang Uni Eropa di RRT awal pekan ini disebutkan, RRT gagal menangani kelebihan kapasitas produksi industrinya menyebabkan terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi.

Ini menjelaskan RRT dalam situasi ”kerepotan” karena persoalan dalam negeri terkait masalah ekonomi domestik bisa mengacaukan legitimasi kekuasaan pemerintah dalam mengendalikan persoalan Korut. Dan secara bersamaan, Beijing sadar kalau masalah Korut hanya bisa diselesaikan dengan pengaruh RRT walaupun Kim Jong Un belum diberi kesempatan bertemu dengan para pemimpin di Beijing.

Kedua, selama ini persoalan yang muncul di Semenanjung Korea selalu menggunakan pendekatan usang Perang Dingin, menghadapi masalah dengan kekuatan militer menggelar berbagai perangkat keras. Dampak yang ditimbulkan melebar ketika berbagai pihak berkepentingan di Semenanjung Korea membaca niatan penempatan THAAD dan pesawat pengebom sebagai bentuk ancaman lain.

Mekanisme pertemuan Six-Party Talks terhenti pada tahun 2009 ketika Tiongkok, AS, Korsel, Korut, Jepang, dan Rusia tidak berhasil mencapai kesepakatan setelah Korut tetap meluncurkan roket satelit yang dikecam dunia internasional. Sejauh ini tidak ada pilihan yang tersedia ketika Beijing tidak mau menjadi penekan Pyongyang dan AS memilih menempatkan perangkat keras militer sebagai penggetar.

Perlu gagasan baru untuk bisa meredakan berbagai ketegangan ini, termasuk di antaranya pertemuan informal dilakukan oleh ASEAN disponsori oleh Indonesia sebagai ”honest broker.” Berbagai tekanan ekonomi dan perdagangan yang semakin berdampak luas memerlukan saluran diplomasi baru yang tidak mengikat dengan tujuan agar semua pihak yang bersengketa mau duduk dan bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar