Jumat, 22 April 2016

Saridjah Soedibjo dan RA Kartini

Saridjah Soedibjo dan RA Kartini

Reza Indragiri Amriel ;  Mantan ketua Delegasi Indonesia, Program Pertukaran Pemuda Indonesia Australia; Alumnus Psikologi Forensik, The University of Melbourne
                                                       JAWA POS, 20 April 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

SEPULUH November, Hari Pahlawan, masih sekitar tujuh bulan lagi. Tetapi, satu nama perlu diusulkan sejak sekarang untuk memperoleh gelar pahlawan nasional. Teristimewa bertepatan dengan momen Hari Kartini tahun ini.

Merujuk kepada tujuh kriteria pahlawan nasional yang ditetapkan Kementerian Sosial, hampir dapat dipastikan bahwa mereka yang sangat berpeluang dianugerahi gelar pahlawan nasional adalah individu-individu dengan riwayat keterlibatan yang tinggi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena itulah, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Sosial, sepatutnya memperluas kriteria dan prosedur penetapan individu sebagai pahlawan nasional. 

Dengan begitu, pahlawan tidak lagi terkesan mutlak melulu beraroma bubuk mesiu, terdengar memekik lantang ''merdeka!'' di podium, atau meneteskan darah sebagai penebus kemerdekaan yang dirampas kaum penjajah.

Bertitik tolak dari situ, betapa indahnya apabila Indonesia juga memiliki lebih banyak lagi pahlawan nasional yang terasosiasi dengan nada, irama, atau kepalan tangan yang mengiringi nyanyian-nyanyian patriotisme. Bahkan sorak-sorai anak-anak yang mendendangkan lagu-lagu gembira. Atau juga dengan keindahan seni, misalnya batik.

Baik selaku seniman lagu maupun artis batik, dua kriteria itu bersimpul kepada sosok Saridjah Niung Bintang Soedibjo alias Ibu Soed. Beliau lestari dalam memori kolektif sebagai penggubah 200-an lagu anak-anak.
Ibu Soed juga dikenal sebagai guru, dramawan, penyiar, pencipta lagu perjuangan, sekaligus perintis motif batik terang bulan yang dikonsep oleh Bung Karno. Sayangnya, nama besar Ibu Soed tidak sebanding dengan kepopuleran lagu-lagu ciptaannya. Nama Ibu Soed kian kurang dikenang terlebih karena dia hadir manakala hak cipta dan royalti sebagai penghargaan bagi seniman masih belum dianggap sebagai perkara serius di negeri ini.

Penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Ibu Soed pada November mendatang jika gagasan ini bisa diterima juga bertepatan dengan masa ketika perlindungan anak menjadi salah satu isu kritis yang tengah Indonesia hadapi saat ini.

Ibu Soed memang bukan aktivis yang mengevakuasi anak-anak dari situasi mara bahaya. Tetapi, dengan portofolionya berupa ratusan lagu anak-anak, seketika bisa dibayangkan begitu seringnya Ibu Soed semasa hidup terinspirasi oleh tingkah polah anak-anak.

Dia kemudian juga menenggelamkan diri ke dalam keasyikan menggubah nada-nada yang menjadi senandung para bocah, bahkan hingga mereka beranjak dewasa. Sungguh intens ikhtiarnya untuk membahagiakan anak-anak.

Berkat kekhidmatan hidup semacam itulah, Ibu Soed sesungguhnya pantas dimasukkan ke golongan aktivis perlindungan anak. Namun garib, hingga kini belum ada satu pun pahlawan nasional yang dikenang berkat pengabdiannya selaku tokoh perlindungan anak. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar