Rabu, 28 Desember 2016

Ibu, Pilar Utama Pendidikan

Ibu, Pilar Utama Pendidikan
Maina Sara  ;   Guru sekolah Sukma Bangsa Pidie, Aceh
                                         MEDIA INDONESIA, 26 Desember 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

JAMES Esdras Faust, pemuka agama, pengacara, dan politikus kelahiran Amerika pernah berujar "The influence of a mother in the lives of her children is beyond calculation."

Kutipan itu menunjukkan ibu sosok paling vital dalam fase pendidikan seorang anak.

Proses pendidikan serta tumbuh kembang seorang anak untuk modal kehidupannya kelak sangat dipengaruhi bagaimana seorang ibu menjalankan perannya.

Bahkan, dalam sebuah pepatah Arab yang cukup populer dikatakan al-ummu madrasatul ula, iza a'dadtaha a'dadta sya'ban thayyibal a'raq, yang artinya kurang lebih 'ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.

Karena itu, pendidikan karakter yang saat ini digadang-gadang sebagai model ideal dalam proses pendidikan tentu tidak bisa mengalienasi betapa pentingnya peran ibu di rumah.

Ibu sosok penting di balik pembentukan karakter bagi anak-anaknya.

Bahkan dalam realitas di sekeliling kita, dapat disaksikan, meskipun anak memiliki ibu yang tidak memiliki pendidikan sekalipun, nyatanya ia mampu mengantarkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Inilah energi tak kasatmata yang dimiliki seorang ibu.

Energi yang menjelma dalam bentuk kasih sayang, teladan, nasihat, hingga doa yang mampu mengubah sesuatu yang terlihat seakan tidak mungkin menjadi mungkin.

Hal ini senada dengan apa yang pernah diutarakan Marion C Garretty, "Mother love is the fuel that enables a normal human being to do the impossible."

Bahkan, Abraham Lincoln juga mengakui doa sosok ibu yang dimilikinya telah menyertai kesuksesan sepanjang hidupnya, "I remember my mother's prayers and they have always followed me. They have clung to me all my life."

Sejumlah penelitian juga menunjukkan ibu memiliki peran sentral dalam pendidikan anak.

Yoder dan Lopez (2013) menilai peran ibu di rumah punya pengaruh yang signifikan dalam mendorong peningkatan pencapaian si anak dalam belajar.

Oleh karena itu, sangat disayangkan jika masih ada para ibu yang berasumsi sekolah satu-satunya tempat bagi proses pendidikan serta tumbuh kembang anak-anak.

Seyogianya, sosok ibulah yang memahami betul kebutuhan tumbuh kembang si anak dari usia dini hingga dewasa.

Teori pertumbuhan dan perkembangan yang diungkapkan Piaget (1896-1980) juga mengindikasikan peran ibu dalam memberi perhatian dan membimbing si anak di rumah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tumbuh kembangnya kelak.

Musa Izzanardi, yang beberapa waktu lalu sempat hangat diberitakan di berbagai media sebagai peserta SBMPTN termuda (13 tahun), merupakan anak yang mendapat pendidikan langsung dari ibunya (home schooling) sejak usia dini hingga memasuki perguruan tinggi.

Kepekaan ibunya melihat sosok Musa yang memiliki kelemahan fungsi motorikn menyimpulkan menempuh pendidikan formal tidak akan cocok bagi anaknya.

Bersandar pada kesimpulan tersebut, akhirnya ibu Musa memutuskan untuk mengajari anaknya di rumah dengan materi pelajaran yang disesuaikan tingkatan usianya.

Meskipun Musa diberitakan gagal lulus seleksi pada SBMPTN yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, berbekal proses belajar dengan ibunya, ia tetap terbukti mampu bersaing dengan peserta SBMPTN lainnya yang notebene berusia jauh lebih tua daripada Musa.

Sosok hebat

Ada sebuah bait lagu anak yang cukup populer di era 90-an, 'Selamat belajarlah nak dengan penuh semangat, rajinlah selalu tentu kau dapat, hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.'

Syair lagu ini mengingatkan saya terhadap pesan yang selalu ibu saya sampaikan ketika dulu setiap kali saya hendak berangkat ke sekolah.

Pesan yang terdengar sederhana, tapi bertransformasi menjadi nilai luhur yang saya tanamkan dalam diri hingga hari ini.

Saya merasakan sosok ibu telah benar-benar memiliki peran sentral bagi tumbuh kembang serta perjalanan hidup saya.

Sebuah penelitian yang dilakukan lembaga treasury di Inggris (1993-2006) menyimpulkan seorang ibu memiliki efek yang lebih tinggi bagi pencapaian pendidikan anak-anaknya jika dibandingkan dengan sosok ayah.

Pendampingan seorang ayah tidak memiliki pencapaian yang tetap.

Namun sebaliknya, hasil riset tersebut mengatakan seorang ibu yang melakukan pendampingan kepada anak-anaknya memiliki peningkatan 20% bagi anak perempuannya, dan 10% bagi anak laki-lakinya.

Karena pentingnya kebutuhan perkembangan si anak, hari ini telah banyak para ibu yang memiliki pendidikan tinggi rela meninggalkan pekerjaannya demi fokus memberikan pendidikan maksimal kepada anaknya di rumah.

Salah satunya ialah Septi Peni Wulandari dari Salatiga.

Pakar yang memopulerkan jarimatika ini rela menanggalkan status PNS-nya demi mendedikasikan ilmunya untuk menjadi guru utama bagi anak-anaknya di rumah.

Di sisi lain, tidak sedikit pula ibu pekerja yang mampu memaksimalkan waktu ketika berada di rumah untuk mendampingi dan mendukung keberhasilan anak-anaknya.

Salah satunya ibu saya.

Beliau ibu pekerja yang bekerja keras untuk membantu biaya pengobatan saya karena dari kecil saya memiliki sebuah penyakit yang menyebabkan kaki saya mengecil sebelah.

Di saat-saat saya mulai kehilangan gairah untuk menempuh pendidikan karena kerap kali dirundung karena kekurangan yang saya miliki, kehadiran ibu untuk terus mendukung, mendampingi, mengarahkan, bahkan menyemangati saya untuk terus bersekolah, menjadi energi tersendiri.

Hal itu mampu menghadirkan kilatan semangat untuk terus berjuang menghadapi segala bentuk perundungan, sekaligus membuktikan kekurangan fisik tidak menghalangi saya untuk berprestasi.

Bagi saya, perjuangan ibu tidak kalah dengan perjuangan aktivis perempuan terkenal dari Pakistan Malala Yousafzai.

Dia mengatakan, "Honor your daughters. They are honourable."

Kehormatan seorang perempuan dapat mempengaruhi kehormatan komunitas berikutnya di masa depan.

Jika seorang ibu mampu memperjuangkan keberhasilan anak perempuannya, di saat ia menjadi ibu, ia juga akan memperjuangkan keberhasilan bagi anak-anak dan keluarganya.

Ini merupakan sebuah long sustained education yang tidak terputus untuk kemajuan pendidikan di masa depan.

Hal ini sejalan dengan pemikiran aktivis pendidikan Greg Mortenson yang mengatakan, "Once you teach a boy, they leave the villages and go to search for work in the cities, but if you want to change the community, the answered is to educate girls."

Ungkapan yang dikatakan Mortenson tersebut sangatlah tepat karena anak-anak gadislah yang akan mendidik anak-anak dan membimbing keluarganya di masa depan ketika dia sudah menjadi seorang ibu.

Dalam memperingati hari ibu yang jatuh beberapa hari lalu, saya ingin mengucapkan 'Selamat Hari Ibu'.

Saya dedikasikan tulisan ini buat ibu saya dan semua ibu-ibu hebat di seluruh Indonesia. ●


Tidak ada komentar:

Posting Komentar