Jumat, 23 Desember 2016

Waspadai 'Konser' Akhir Tahun Kelompok Bahrun Naim

Waspadai 'Konser' Akhir Tahun
Kelompok Bahrun Naim
Stanislaus Riyanta  ;   Analis Intelijen dan Terorisme;
Alumnus Program Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia
                                                DETIKNEWS, 22 Desember 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Akhir tahun 2016 ini secara secara berurutan Densus 88 berhasil melakukan pencegahan aksi teror. Densus 88 melakukan penangkapan terhadap terduga pelaku teror disertai dengan berbagai barang bukti. Penangkapan yang dilakukan Densus 88 di Bekasi, Ngawi, Payakumbuh, Deli Serdang dan Tangerang Selatan membuktikan bahwa ada gerakan kelompok teror yang akan melakukan aksi atau 'konser' di akhir tahun.

Di Bekasi, Densus 88 berhasil mengamankan terduga calon pengantin bom bunuh diri berjenis kelamin perempuan dengan barang bukti berupa bom panci dengan daya ledak hingga radius 300 meter. Perempuan bernama Dian Yulia Novi yang ditangkap Densus 88 pada hari Sabtu (10/12/2016) tersebut rencananya akan melakukan aksi bom bunuh diri di Istana pada saat pergantian pasukan Paspampres. Setelah Dian dan beberapa orang kelompoknya tertangkap, Polri juga mengamankan orang yang diduga terlibat dengan rencana aksi ini yaitu Khafid Fathoni (22), yang ditangkap di Ngawi. Khafid merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Solo.

Di Purworejo, Densus 88 mengamankan seorang perempuan dengan inisial IP (35) pada kamis (15/12/2016). IP ditangkap di rumahnya dengan dugaan sebagai anggota kelompok bom panci yang berhasil diamankan oleh Densus 88 di Bekasi. Kelompok dengan calon pengantin Dian Yulia Novi ini diketahui berafiliasi dengan Bahrun Naim, yang sekaligus diduga sebagai sponsor dari rencana aksi bom bunuh diri di Istana. Hal ini dibuktikan dengan adanya transfer dana dari Bahrun Naim kepada kelompok bom panci Bekasi.

Pada Rabu (21/12/2016), Polri menangkap serorang terduga teroris di Kecamatan Biru-Biru, Deli Serdang Sumatera Utara. Terduga teroris berinisial S ini merupakan kaki tangan Gigih Rahmat Dewa di Batam yang merupakan bagian dari jaringan Bahrun Naim. Di Payakumbuh seorang terduga teroris dengan inisial JT alias H ditangkap Densus 88 (21/12/2016). JT alias H diduga mempunyai peran sebagai pembeli bahan-bahan untuk pembuatan bom.

Di hari yang sama, Densus 88 berhasil menangkap satu orang terduga teroris bernama Adam di Tangerang Selatan. Dari hasil interogasi maka Densus 88 melakukan pengembangan dan melakukan penyergepan terhadap kelompok Adam di sebuah rumah kontrakan nomor 46 RT 02/RW 01 Kampung Curug, Setu, Tangerang Selatan. Densus 88 menembak mati 3 orang tersebut.

Tindakan tegas dari aparat kepolisian ini dilakukan karena tiga orang yang akan ditangkap melakukan perlawanan dengan senjata api dan melempar bom. Dalam penangkapan tersebut Densus 88 berhasil mengamankan bom pipa dan senjata api. Dari penyelidikan yang dilakukan ternyata diketahui bahwa 2 dari 3 orang yang tewas adalah calon pengantin bom bunuh diri.

'Konser' Akhir Tahun

Akhir tahun adalah waktu ideal dan favorit bagi kelompok teroris, terutama di Indonesia untuk melakukan aksinya, atau sering juga disebut sebagai sebuah 'konser'. Indonesia tentu tidak akan lupa dengan peristiwa aksi bom malam natal tahun 2000. Rangkaian bom Natal di sejumlah gereja pada tahun 2000 oleh kelompok Jamaah Islamiyah tersebut merenggut banyak korban. Dalam hitungan menit, ratusan korban berjatuhan, merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.

Pada akhir tahun 2013, polisi berhasil menangkap terduga teroris yang akan melakukan aksi bom Natal 2013 dan tahun baru 2014. Para teroris yang tertangkap Densus 88 tersebut adalah Irwan Kurniawan alias Arqom, ditangkap di Lamongan, Jawa Timur; Fahri alias Agus dan A ditangkap ditangkap di Kali Abang Nangka, Bekasi Utara.

Di Bekasi, pada 23 Desember 2015, Polri menangkap Arif Hidayatulah dan kelompoknya termasuk yang berasal dari Uighur. Arif Hidayatulah diketahui tergabung dalam Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Arif Hidayatulah adalah teman kuliah Bahrun Naim yang sekarang berada di Suriah. Dalam penangkapan ini diketahui ada satu orang yang lolos, yaitu Nur Rohman, yang dikemudian hari diketahui menjadi pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta.

Dari trend analisis tersebut di atas dan dari berbagai bukti-bukti yang diperoleh oleh Polri melalui satuan khususnya Densus 88, maka Indonesia patut mewasapadai 'konser' akhir tahun kelompok teroris. Kerja keras Densus 88 mengamankan terduga teroris beserta barang buktinya dimungkinkan masih meloloskan anggota kelompok lainnya. Anggota kelompok yang lain, jika ada, tentu akan lebih agresif dan nekad untuk melancarkan 'konser' akhir tahunnya, sebagai bentuk perlawanan terhadap Polri/Densus 88 atas ditangkapnya orang-orang satu kelompoknya.

Dominasi Bahrun Naim

Penangkapan terduga teroris di Bekasi, Ngawi, Payakumbuh, Deli Serdang, dan Tangerang Selatan diduga didominasi oleh peran Bahrun Naim yang merupakan salah satu tokoh ISIS yang berasal dari Indonesia. Bahrun Naim diduga sekarang berada di Suriah, walaupun ada pihak yang menyebutkan bahwa Bahrun Naim saat ini sudah berada di Mindanao Filipina.

Keterlibatakan Bahrun Naim sebagai otak dari rencana 'konser' akhir tahun di Indonesia tentu bukan asal tuduh. Densus 88 tentu mempunyai peta jaringan, bukti transaksi keuangan, bukti arus komunikasi, dan tentu saja pengakuan-pengakuan dari terduga teroris yang tertangkap dan diinterogasi, walaupun nilai dari pengakuan biasanya hanya akan jadi petunjuk, bukan sebagai kebenaran.

Motivasi Bahrun Naim untuk melakukan 'konser' akhir tahun di Indonesia diduga terkait dengan rencana pengembangan ISIS di Asia Tenggara. Terdesaknya ISIS di Irak dan Suriah membuat ISIS perlu menyelamatkan diri dengan mencari tempat lain. Diduga tempat yang akan menjadi basis ISIS setelah pergi dari Irak dan Suriah adalah Afghanistan dan Asia Tenggara. Bahrun Naim tentu mempunyai harapan besar terhadap keberadaan ISIS di Asia Tenggara.

Keinginan eksistensi Bahrun Naim sebagai tokoh ISIS yang berasal dari Indonesia untuk menjadi pemimpin ISIS di Asia Tenggara tidak bias diabaikan. Salah satu cara Bahrun Naim untuk membuktikan eksistensinya adalah dengan mengadakan 'konser' akhir tahun di Indonesia. Hal ini sejalan dengan perintah dari pemimpim ISIS di Suriah kepada para simpatisannya untuk mengadakan aksi di wilayahnya masing-masing.

Pencegahan

Densus 88 yang melakukan penangkapan terduga teroris di berbagai kota adalah langkah pencegahan yang berhasil dilakukan dan patut mendapat apresiasi. Keberhasilan Densus 88 ini secara signifikan akan melemahkan rencana 'konser' akhir tahun yang akan dilakukan oleh kelompok teroris jaringan Bahrun Naim. Namun tetap perlu diwaspadai masih ada kelompok-kelompok lainnya yang belum terdeteksi dan ditangani oleh Densus 88.

Masyarakat dapat berperan aktif mencegah aksi terorisme terutama aksi terror 'konser' akhir tahun dengan mengamati lingkungannya masing-masing, Dari berbagai penangkapan yang dilakukan terlihat bahwa orang-orang yang ditangkap melakukan kontrak rumah atau sewa kamar sebagai tempat transit. Masyarakat terutama yang mempunyai usaha mengontrakkan rumah atau menyewakan kamar perlu waspada jika ada orang-orang yang akan kontrak/sewa dalam jangka waktu pendek.

Tidak ada salahnya masyarakat cerewet terhadap orang-orang yang tidak dikenal, tanyakan alamat asalnya, pekerjaan, dan alasan kontrak/sewa rumah. Jika orang tersebut mempunyai tujuan negatif tentu tidak suka dan akan menghindar jika 'diinterogasi'. Koordinasi dengan aparat setempat perlu dilakukan jika ada orang tidak dikenal datang di suatu lingkungan.

Perayaan Natal diduga merupakan salah satu momen yang menjadi incaran kelompok teroris. Gereja adalah salah satu sasaran teror, hal ini terbukti dari aksi teror di Medan dan Samarinda yang menyerang gereja. Warga gereja tentu memahami siapa saja masyarakat yang biasa datang ke gereja tersebut, jika ada orang yang tidak dikenal tidak perlu ragu meminta bantuan aparat keamanan yang bertugas untuk melakukan tindakan pencegahan. Aparat keamanan perlu menggandeng elemen masyarakat untuk mencegah peristiwa bom malam natal tahun 2000 terulang. Semakin banyak elemen masyarakat yang bersatu untuk mencegah aksi teror maka semakin ragu pelaku teror akan melakukan aksinya.

Polisi merupakan salah satu sasaran utama dari kelompok teroris jaringan Bahrun Naim, hal ini terbukti dari aksi-aksi teror serangan kepada Polisi di Thamrin Jakarta, Tangerang dan Surakarta. Perlu waspada terhadap pancingan untuk berkumpul di suatu tempat yang akan menjadi killing zone aksi bom bunuh diri. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan Polri dan aparat lainnya diperlukan untuk mencegah dan melawan terorisme.

Ancaman terorisme terutama aksi 'konser' akhir tahun bukan sekedar dongeng. Bukti-bukti sudah diperoleh. Masyarakat harus waspada, Polri dan aparat keamanan lain tidak bisa mencegah tanpa keterlibatan masyarakat. Terorisme harus dilawan secara serius, dan tidak perlu menunggu ada korban selanjutnya untuk tidak mengatakan bahwa terorisme adalah pengalihan isu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar