Minggu, 19 Februari 2017

Berebut SBY di Putaran Dua Pilgub Jakarta

Berebut SBY di Putaran Dua Pilgub Jakarta
Hendri Satrio  ;    Founder Lembaga Survei KedaiKOPI,
Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia
                                               KORAN SINDO, 16 Februari 2017

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Hasil survei Kedai KOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) Pilgub Jakarta memperoleh hasil yang mirip dengan kebanyakan lembaga survei lainnya. KedaiKOPI memantau lebih dari 190.000 suara dari 350 TPS di 167 kelurahan di 6 wilayah Jakarta. KedaiKOPI juga mengajak masyarakat memantau hasil hitung cepat melalui program “SuaraTPS” yang dapat diunduh melalui Google Play Store. Hitung cepat KedaiKOPI mencatat kemungkinan akan ada putaran kedua Pilgub Jakarta setelah tidak ada pasangan kandidat yang meraih suara 50%+1.

Menurut KedaiKOPI, Agus-Sylvi meraih 16,95%, Basuki-Djarot 43,74%, dan Anies-Sandi 39,31%. Pasangan Basuki-Djarot mendominasi suara di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Sementara pasangan Anies- Sandi unggul di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Pemilih Rasional di Jakarta

Suara Agus-Sylvi di Pilgub 2017 ini mengalami fluktuasi paling tajam. Maksudnya, dari berbagai hasil survei, termasuk KedaiKOPI, Agus-Sylvi memulai prosesi pilgub pada posisi terendah, kemudian sempat tertinggi dan kembali pada posisi terbawah versi hitung cepat. Suara Agus-Sylvi dari pemberitaan di berbagai media massa mulai turun terus hingga di level hitung cepat sejak acara debat pertama yang diselenggarakan KPUD Jakarta. Suara Agus-Sylvi bahkan mulai dilewati dua pasangan lain pascadebat kedua dan makin kecil pascadebat ketiga.

Perkiraan bahwa pemilih di Jakarta rasional besar kemungkinan terjawab dengan gambaran suara Pilgub Jakarta pascadebat. Pemilih di Jakarta memiliki penilaian tersendiri terhadap setiap pasangan calon seusai debat dilakukan. Paslon dengan program kerja yang paling mudah dimengerti tampaknya jadi pilihan pemilih di Jakarta. Apakah hanya debat kandidat yang menjadi faktor penarik perhatian pemilih memiliki pilihan rasional?

Tentu saja tidak, tapi saya berpendapat perhelatan debat menjadi faktor penting yang membuat pemilih melihat kesiapan masing-masing kandidat dalam kompetisi ini. Turunnya suara paslon satu berimbas positif pada elektabilitas dua paslon lainnya. Paslon nomor 2 yang pernah merasakan posisi panas di level terbawah misalnya, pascadebat mampu mengerek naik suaranya bahkan kembali ke posisi tertinggi kendati belum setinggi saat kampanye resmi dimulai.

Situasi Politik Jelang Putaran Dua

Setelah hitung cepat, hampir pasti Basuki-Djarot dan Anies-Sandi lolos ke putaran dua. Menjelang prosesi putaran dua, banyak hal yang juga masih mengganjal yang terkait Pilkada Jakarta. Polemik posisi Basuki yang berada dalam posisi antara harus nonaktif (versi kelompok masyarakat) dan tidak perlu nonaktif (versi pemerintah) masih akan membayangi proses menuju putaran dua. Selain itu, posisi hukum Basuki pada kasus dugaan penistaan agama merupakan hal lainnya.

Parpol pengusung Agus-Sylvi juga kemungkinan besar akan memindahkan dukungan. Bila mengikuti arah dukungan ke Istana, besar kemungkinan PPP, PAN, dan PKB akan mengarahkan dukungan ke Basuki-Djarot, walaupun masih ada kemungkinan mereka tidak mengalihkan dukungan lantaran latar belakang tiga parpol ini memiliki pendukung dari kalangan masyarakat beragama Islam. Justru yang menarik ditelaah pada putaran dua adalah akan ke mana pemilik episentrum Cikeas dan ketua umum parpol pengusung utama Agus-Sylvi, SBY mengarahkan dukungan?

Berebut Suara Cikeas

Menempati posisi ketiga di Pilgub Jakarta justru membuat episentrum Cikeas menjadi sangat menarik dan seksi. Masyarakat pasti akan menerka-nerka ke mana suara Agus-Sylvi berlabuh. Para timses dua paslon lain pun pasti mulai mengintip ke mana suara yang kerap dicitrakan memiliki dukungan dari anak muda ini mengarah. Wajar bila dicitrakan bahwa pemilih Agus-Sylvi juga merupakan sebagian pemilih SBY. Dalam survei KedaiKOPI misalnya, responden menyatakan bahwa salah satu faktor yang membuat elektabilitas Agus- Sylvi adalah Agus merupakan pemilik merek Yudhoyono.

Oleh karena itu, memenangkan hati SBY menjadi sangat penting. Kubu dua paslon tersisa pasti menginginkan suara mengambang milik paslon nomor 1 itu. Sulit menerka ke mana SBY akan mengarahkan suara jagoan mereka. SBY bila kita berhitung akan memiliki beberapa opsi. Opsi pertama adalah opsi khas SBY dan Partai Demokrat, menjadi suara penyeimbang. Nah, bila ini pilihan maka dua paslon lain akan gigit jari lantaran SBY dan pendukungnya tidak akan berkampanye untuk salah satu dari mereka. Suara pemilih akan tetap bebas mencari jagoannya masing-masing. Opsi kedua, menelaah kemungkinan koalisi SBY-Prabowo.

Koalisi ini sempat akan terjadi di awal Pilgub Jakarta. Bahkan, Sylvi pada salah satu acara debat KPUD Jakarta sempat berseloroh kepada Sandiaga Uno. “Kita nyaris berpasangan,” kata Sylviana Murni. Opsi ketiga adalah sejarah. Kendati sulit terjadi tapi dalam politik semua mungkin terlaksana. Demokrat berkoalisi dengan PDIP mendukung Basuki- Djarot. Artinya Indonesia akan melihat Megawati-SBY berdamai. Opsi keempat yang mungkin terjadi adalah kemungkinan opsi yang bisa berimbas ke Pilpres 2019. Ujungnya tetap untuk Basuki-Djarot.

Dukungan yang terjadi bila Jokowi menerima SBY di Istana. Kendati Istana sudah berkali- kali menegaskan tidak berpihak pada semua pilkada yang terjadi, sudah jadi rahasia umum bahwa hubungan Basuki Tjahaja Purnama dan Presiden Jokowi sangat dekat. Nah, bila terjadi kemesraan lagi antara SBY dan Jokowi dan berimbas ke Pilgub Jakarta, sangat besar peluang Basuki menjadi petahana pertama yang bisa menjadi gubernur dua periode di Jakarta sejak pemilihan langsung dilaksanakan.

Putaran pertama Pilgub Jakarta yang melelahkan sudah selesai dilaksanakan. Saat ini kita hanya perlu menunggu hasil penghitungan final dari KPUD Jakarta. Untuk putaran dua, bila ingin merasakan kursi empuk DKI 1 maka dua paslon tersisa bukan hanya perlu mengambil hati suara pendukung paslon 1, mereka juga harus memastikan suara pemilih yang sudah mereka genggam tidak lari ke paslon lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar