Selasa, 23 Mei 2017

Signifikansi Hubungan Indonesia-Swedia

Signifikansi Hubungan Indonesia-Swedia
Bagas Hapsoro  ;   Duta Besar RI di Swedia, merangkap Latvia
                                                          KOMPAS, 22 Mei 2017



                                                           
Dimensi hubungan Indonesia-Swedia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sangat berbeda hubungan ini dengan periode dua dasawarsa sebelumnya ketika hubungan kedua negara didominasi isu-isu politik, seperti demokrasi dan hak asasi manusia.

Kondisi sekarang telah berubah. Indonesia telah menyelesaikan kasus Aceh dengan penandatanganan Piagam Helsinki tahun 2005. Indonesia juga mengalami perubahan di ranah demokrasi: dari sebuah negara yang dikungkung krisis multidimensi menjadi stabil, demokratis, dan maju secara ekonomi. Pemerintah Swedia kini melihat Indonesia menjadi tempat berusaha, pasar besar, dan ladang untuk berinvestasi.

Sejak tahun lalu sejumlah perjanjian telah ditandatangani, utamanya mengenai riset, teknologi, pertahanan, dan transportasi. Februari lalu, persetujuan kedua negara di bidang energi baru dan terbarukan.

Bagi Indonesia, Swedia kini sudah semakin dikenal. Selama beberapa dekade, Swedia telah menjadi pusat inovasi bagi teknologi-teknologi mutakhir. Swedia merupakan negara penemu Bluetooth, packaging Tetra Pak, Skype, dan Sportify. Semua prestasi ini membuat Swedia menjadi destinasi kuliah yang menarik bagi wirausaha dan inovator dunia di masa depan.

Peluang dan tantangan

Penguatan kerja sama Swedia- Indonesia kiranya merupakan peluang yang sangat baik. Sebab, dengan menduduki posisi ke-2 dalam Indeks Inovasi Global tahun 2016, Swedia adalah negara kaya inovasi yang telah menghasilkan penemuan-penemuan seperti cardiac pacemaker, GPS, dan sabuk pengaman tiga titik. Dalam beberapa bulan belakangan, saling tukar kunjungan periset dari universitas dari Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berlangsung sangat pesat. Utamanya dengan Universitas Lund, Stockholm University,University of Gothenburg,danUppsala University. Universitas- universitas itu menawarkan berbagai program kuliah, termasuk master dan doktor.

Hasil Indeks Inovasi Global, yang telah menempatkan Swedia berada di jajaran elite dunia dengan menduduki urutan kedua, dinilai berdasarkan sumber daya manusia dan indeks penelitian, infrastruktur, kemajuan bisnis dan pasar dagang, pengetahuan dan produksi teknologi dari sejumlah negara. Tujuannya adalah menemukan masyarakat-masyarakat yang paling maju dalam hal teknologi. Pendeknya, Swedia telah hadir di benak masyarakat Indonesia yang kini makin dekat dengan globalisasi.

Pemerintahan Swedia menyadari kalau moto triple helix (kerja sama antara pemerintah, industri, dan pendidikan) telah menjadikan negara itu maju di antara negara Skandinavia lainnya. Apalagi ditopang strategi ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah menjadi faktor penting yang mengangkat negara mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan hanya dari 100 tahun yang lalu, dan hingga kini terus mendedikasikan sumber daya mereka ke dalam bidang ini.

Sejak berpuluh tahun yang lalu, Swediajuga memiliki standar yang tinggi dalam pendidikan dan penelitian. Hal ini terbukti dengan penghargaan Nobel yang berasal dari Swedia. Pada 1901, penghargaan Nobeltelah memberikan berbagai anugerah dalam bidang fisika, kimia, medis, sastra, dan kemajuan dalam mempromosikan perdamaian dunia. Yayasan Nobel pertama kali didirikan tahun 1895 saat Alfred Nobel menuliskan warisan terakhirnya yang digunakan untuk penghargaan Nobel.

Swedia tak hanya terkenal dalam teknologi, tetapi juga dalam fashion, perabotan, dan musik. IKEA, pemimpin dalam perabotan dan perlengkapan rumah, didirikan olehIngvar Kamprad, seorang pengusaha asal Swedia yang memulai kariernya dengan menjual pemantik api di desa, sampai akhirnya ia menjadi pendiri perusahaan furnitur terlaris di dunia.

Hennes dan Mauritz, penemu merek pakaian H&M, juga merupakan retailer Swedia yang memulai karier mereka sebagai retailer pakaian wanita ”Hennes” pada 1947. Hanya dalam beberapa tahun kemudian mereka menjadi retailer fashion yang trendi, modis, dan terkenal di kalangan anak muda.

Perusahaan-perusahaan multinasional Ericsson, Volvo, Electrolux, Sandvik, dan lainnya juga telah mengalihkan operasi mereka ke Swedia mengingat perkembangan ekonomi Swedia dan kualitas sumber daya manusia di sana. Swedia dipercaya memiliki potensi yang kuat dalam inovasi, yang menjadikannya destinasi populer bagi pengusaha dan mahasiswa.

Kunjungan Raja Gustav

Tulisan ini dibuat dalam rangka menyongsong kedatangan Raja Carl XVI Gustaf ke Indonesia pada 22-24 Mei 2017. Ini merupakan kunjungan kenegaraan yang pertama kalinya dilakukan anggota Kerajaan Swedia sejak Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Swedia tahun 1952 atau 65 tahun lalu.

Kunjungan ini merupakan bukti meningkatnya ketertarikan masyarakat Swedia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia. Diharapkan selama di Indonesia, Raja Swedia dan Presiden RI dapat menandatangani kesepakatan dalam kerja sama transportasi, riset, dan kebudayaan.

Nilai perdagangan Indonesia dan Swedia pada 2016 tercatat bahwa Indonesia melakukan ekspor ke Swedia senilai 145 juta dollar AS, sedangkan nilai impor Indonesia dari Swedia mencapai 526 juta dollar AS. Patut dicatat, barang yang diimpor Indonesia rata-rata adalah high end. Di lain pihak, kebanyakan ekspor komoditas Indonesia adalah produk primer, seperti makanan, minuman, serta tekstil dan pakaian jadi.

Dengan digencarkannya ”10 tujuan wisata di luar Bali”, kita berharap wisatawan Swedia yang rata-rata berjumlah 35.000 orang dapat meningkat lagi pada tahun- tahun ke depan. Momentum sudah ada, tinggal pelaksanaannya lebih digiatkan dengan partisipasi semua pelaku, yakni pemerintah, pengusaha, dan akademisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar