Selasa, 11 April 2017

Maina Sara ja Ystavat

Maina Sara ja Ystavat
Ahmad Baedowi  ;   Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta
                                              MEDIA INDONESIA, 10 April 2017

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

MEMBANGGAKAN, sekaligus mengharukan. Sebanyak 30 guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Bireun, dan Lhokseumawe berhasil memperoleh gelar master di bidang pendidikan dari Tempere University, Finlandia. Dalam wisuda yang digelar pada Jumat, 7 April 2017, Bapak Surya Paloh menegaskan bahwa program beasiswa Yayasan Sukma untuk guru-guru Sekolah Sukma Bangsa merupakan prototipe dan komitmen kemanusian untuk terus menjaga Aceh dalam situasi damai. Program kemanusian ini merupakan bagian dari pilantropi Media Group untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Aceh pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Di antara 30 orang guru, tersebutlah Maina Sara, seorang akunting dan bendahara sekolah selama lebih dari 10 tahun, yang menunjukkan keseriusan ingin ikut serta dalam program ini. Meskipun sedari awal Maina Sara bukanlah seorang guru, juga dengan keterbatasan fisik yang bisa dikatagorikan difabel, semangat belajar Maina menjadi pusat inspirasi teman-teman guru lainnya. Dengan semua keterbatasannya, Maina Sara menjelma menjadi seorang master bidang pendidikan yang akan membawa Sekolah Sukma Bangsa menapaki masa depan kelembagaan pendidikan yang lebih baik di masa depan.

Niat baik

Bagi Yayasan Sukma dan Media Group, memberikan program beasiswa bagi guru-guru yang berbakat dan mumpuni merupakan niat baik yayasan yang diinisiasi Bapak Surya Paloh ini. Sebagaimana niat untuk mendirikan sekolah 11 tahun lampau, memberikan beasiswa bidang master pendidikan juga merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan dalam rangka meningkatkan status sekolah ke arah yang lebih baik. Kerja sama dengan Finland University meliputi program master bidang pendidikan (comission master degree program) bagi 30 guru Sekolah Sukma Bangsa di Aceh. Program kerja sama ini menelan biaya kurang lebih 1,1 juta euro, yang keseluruhan pembiayaan merupakan wakaf dan tanggung jawab Bapak Surya Paloh selaku pendiri Yayasan Sukma, Jakarta. Selama 18 bulan terakhir, peserta program telah menjalani perkuliahan di Sekolah Sukma Bangsa Bireuen, Aceh, dan satu bulan kuliah di University of Tampere, Finlandia. Program master degree for teacher education yang dilakukan Yayasan Sukma bekerja sama dengan Finland University dengan komposisi perkuliahan dan penelitian yang berimbang tanpa mencabut akar guru dari lingkungan tugas dan peran guru tersebut dilakukan.

Untuk itu, penugasan berupa refleksi yang menggabungkan teori serta kenyataan lapangan dan tanggapan guru terhadap fenomena tertentu menjadi salah satu metode yang kerap dilakukan secara individu dan berkelompok. Model pembelajaran tatap muka dan online mendorong guru untuk memanfaatkan teknologi informasi secara kreatif. Jumlah total unit yang ditetapkan dalam program ini ialah 120 ECTS (European credit transfer system) atau SKS, yang setiap satu unitnya mensyaratkan waktu 20-25 jam di luar kelas untuk melakukan tugas dan membaca materi yang berhubungan dengan topik tertentu. Bisa dibayangkan bahwa program ini cukup intens dan untuk itu para guru tidak melakukan tugas mengajar selama mereka menjadi peserta program dan tinggal di asrama guru yang disediakan di lingkungan sekolah. Secara umum kerja sama Yayasan Sukma dengan Finland University ini merupakan tindak lanjut dari payung besar kerja sama bidang pendidikan Indonesia-Finlandia yang telah ditandatangani kedua negara melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Konteks Aceh

Dalam naskah kerja sama yang ditandatangani kedua negara disebutkan bahwa pengembangan kinerja sistem pendidikan pada tingkat dasar dan menengah merupakan sentral isu dari kerja sama tersebut. Dalam memorandum tersebut terdapat enam subarea yang menjadi fokus kerja sama. Pertama, pertukaran informasi dan publikasi ilmiah serta tenaga ahli di bidang pendidikan dan pengasuhan usia dini, taman kanak-kanak, dasar, menengah, serta pendidikan kejuruan dan teknik.  Kedua, pengembangan kurikulum dan kualifikasi. Ketiga, pengkajian. Keempat, pembelajaran dan pengajaran, termasuk pendidikan guru dan pengembangan profesional. Kelima, manajemen sekolah dan kepemimpinan serta peningkatan mobilitas termasuk guru, staf administrasi, dan murid. Yang keenam, isu pendidikan lainnya yang dapat disepakati secara langsung oleh mitra dari kedua belah negara. Kerja sama kedua negara ini diharapkan dapat menaungi seluruh bentuk kerja sama antara Indonesia dan Finlandia, termasuk kerja sama dengan sekolah-sekolah swasta di Indonesia seperti Yayasan Sukma. Menurut Finland University CEO, Pasi Kaskinen, sangat boleh jadi bahwa setelah penandatanganan kerja sama bidang pendidikan antara Indonesia dan Finlandia ditandatangani pada 19 Maret 2015, kurang dari 2 bulan sesudah itu Yayasan Sukma merupakan pionir dan pelopor yang mengambil inisiatif untuk merealisasikan kerja sama yang lebih operasional.

Yayasan Sukma menjadi institusi pendidikan pertama yang melakukan kerja sama bidang pendidikan dengan Finland University. Dalam konteks menjaga perdamaian di Aceh, lulusnya 30 guru Sekolah Sukma Bangsa yang mayoritas berasal dari guru-guru asal Aceh diharapkan akan menambah daya dukung dan keinginan yang kuat masyarakat Aceh memelihara perdamaian. Poros Aceh-Helsinki merupakan tonggak sejarah yang tak bisa dilepaskan dari semangat Aceh yang ingin tetap menjadi bagian dari Negara Keastuan Republik Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan di Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya memiliki warna tersendiri dan kompleksitas permasalahan yang tinggi sehingga diperlukan sebuah inovasi pendidikan yang juga unik, terutama sebagai duta perdamaian dan katalisator perdamaian Aceh.

Salah satu langkah awal dari inovasi itu ialah mempersiapkan guru-guru yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk merumuskan bersama modifikasi kurikulum yang responsif dengan kebutuhan Aceh dan Indonesia saat ini. Diharapkan, lulusnya 30 guru Sekolah Sukma Bangsa merupakan langkah awal bagi tumbuhnya kebijakan pendidikan inovatif yang menunjang perubahan pendidikan yang melibatkan partisipasi aktif guru dari akar rumput. Akhirnya, proficiat untuk Yayasan Sukma, dan selamat kepada rekan-rekan guru Sekolah Sukma Bangsa Aceh yang telah berhasil membuat Aceh bangkit dari keterpurukan akibat tsunami dan konflik, serta berharap akan membawa Sekolah Sukma Bangsa di Aceh menjadi sekolah internasional pertama di Aceh yang berisikan putra-putri Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar